Rebo Wekasan Jatuh 14 Oktober 2020, Ini Amalan Tolak Bala Sesuai Ajaran Islam
Rebo Wekasan atau Rabu Wekasan adalah Rabu Terakhir Bulan Safar. Tahun ini jatuh 14 Oktober 2020 atau 26 Safar 1442 Hijriyah
Penulis: Pipit Maulidiya | Editor: Iksan Fauzi
Penulis: Pipit| Editor: Iksan Fauzi
SURYA.co.id - Rabu Wekasan adalah nama lain Rebo Wekasan atau Rabu Pamungkas, hari Rabu terakhir Bulan Safar penanggalan Hijriyah, dalam kalender lunar Jawa.
Tahun ini Rebo Wekasan jatuh pada 14 Oktober 2020 atau 26 Safar 1442 Hijriyah.
Sejumlah masyarakat mempercayai Rebo Wekasan sebagai waktu turunnya bencana dan sumber penyakit, sehingga tak jarang di momen ini mereka menggelar rangkaian ritual adat agar selamat.
Bagaimana pandangan Islam? Buya Yahya pengasuh Pondok Pesantren Al Bahjah, Cirebon dalam ceramahnya, menjelaskan jika datangnya penyakit dan marabahaya itu dari Allah SWT.
Sementara waktu turunnya hanya Allah SWT yang mengetahuinya.
Hal tersebut senada dengan penjelasan hadist rasul berikut.
Abu Hurairah berkata, bersabda Rasulullah, "Tidak ada penyakit menular (yang menyebar dengan sendirinya tanpa kehendak Allah), tidak pula ramalan sial, tidak pula burung hantu dan juga tidak ada kesialan pada bulan Shafar. Larilah dari penyakit kusta sebagaimana engkau lari dari singa" (HR Bukhari, 5387 dan Muslim, 2220).
Penjelasan Ustadz Abdul Somad

Dipublikasikan di YouTube oleh Nasehat Islam pada 2 Juni 2018, Ustadz Abdul Somad membahas tentang tradisi umat Islam Indonesia di hari Arba Mustakmir arat Rebo Wekasan ini.
Apakah dibolehkan atau tidak dalam Islam dan bagaimana hukumnya? Berikut penjelasan Ustadz Abdul Somad.
“Ziarah kubur di hari Rabu terakhir bulan Safar, boleh tidak? Ziarah kuburnya boleh, bagus saja itu. Lalu berdoa memohon kepada Allah agar kita dihindarkan dari segala musibah, ini juga boleh,” jelas Ustadz Abdul Somad Melansir tribun-timur.com dengan judul Besok, Rebo Wekasan atau Arba Mustakmir, Apa itu? ini Hukumnya Menurut Ustadz Abdul Somad (UAS)
Sementara terkait keyakinan Allah menurunkan ribuan musibah di hari Rabu terakhir Safar atau Arba Musta’mir, menurutnya itu tak ada haditsnya.
“Itu menurut para ulama tasawuf, mereka dapat itu dari ilham bukan dari hadits Nabi Muhammad. Tapi, kalau mau berdoa meminta dihindarkan dari musibah, silakan saja. mau berdoa sambil bertawasul kepada wali-wali Allah juga boleh,” katanya.
Bertawasul adalah memakai atau menyebutkan nama para wali itu saat berdoa dengan harapan Allah akan mengabulkan doa kita berkat kemuliaan para wali Allah tersebut.
“Misalnya bertawasul dengan Wali Songo. Saat berdoa bilangnya begini: Ya Allah, berkat kemuliaan para wali-Mu ini, aku memohon kepada-Mu, dan seterusnya. Kalau ini boleh,” pungkasnya.
Shalat Hajat Rebo Wekasan
Sejumlah Ulama Islam mengajarkan, jika ada kekhawatiran penyakit atau marabahaya bisa memohon pertolongan Allah SWT, sebagaimana dijelaskan almarhum KH Maimoen Zubair.
"Allah menurunkan Bilhi (bala), supaya selamat minta kepada Allah, Shalat Hajat.
Niat Shalat Hajat Li Daf'il Bala'
نَوَيْتُ صَلاَةَ الْحَاجَةِ لِدَفْعِ الْبَلَاءِ
Nawaitu Sholatal Khaajati Lida'fi lbalaai
Shalat terdiri dari 4 rakaat, ada tahiyat awalnya sama seperti shalat Isya.
Setiap setelah membaca Al Fatihah membaca:
Surat Al Kautsar 17 kali
Surat Al Ikhlas 5 kali
Al Falaq 1 kali
An Nas 1 kali kemudian rukuk.
Kemudian bangun lagi (rukuk selanjutnya) membaca surat Al Kautsar 17 kali
Surat Al Ikhlas 5 kali
Surat Al Falaq 1 kali
dan An Nas 1 kali," jelas KH Maimoen Zubair.
Kemudian membaca doa minta keselematan, contohnya:
“Ya Alloh, aku berlindung kepada-Mu dengan kalimat-Mu yang sempurna dari angin merah dan penyakit yang besar di jiwa, daging, tulang dan urat.
Maha Suci Engkau apabila memutuskan sesuatu hanyalah berkata kepadanya, “Jadilah” maka “jadilah ia”.