Berita Magetan

Penyebab Pendaki Gunung Lawu Tewas Telanjang Dada karena Mengalami Paradoxical Undressing, Apa Itu?

Penyebab kematian pendaki Gunung Lawu bernama Andi Sulistiawan (18) pada Senin (6/7/2020), diduga mengalami paradoxical undressing. Apakah itu?

surya.co.id/doni prasetyo
Tim SAR gabungan batal mengevakuasi jenazah Andi Sulistiawan dari tebing wilayah Geger Boyo, sekitar100 meter dari Hargo Dumillah, Puncak Gunung Lawu karena cuaca buruk, Senin (6/7/2020). Foto Andi Sulistiawan semasa hidup (foto kanan). 

SURYA.co.id - Penyebab kematian pendaki Gunung Lawu bernama Andi Sulistiawan (18) pada Senin (6/7/2020), diduga mengalami paradoxical undressing.

Seperti diketahui, Andi ditemukan tewas dalam kondisi telanjang dada di puncak Gunung Lawu.

Pendaki asal Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah itu sempat hilang misterius sebelum akhirnya ditemukan dalam kondisi telentang tak bernyawa sekitar 100 meter dari Hargodumilah di ketinggiam 3265 dpl, Puncak Gunung Lawu.

Salah satu relawan dari komunitas Anak Gunung Lawu, Budi Santoso, menyebut korban mengalami paradoxical undressing sebelum akhirnya ditemukan meninggal dengan kondisi tanpa baju.

Seperti dilansir dari Kompas.co dalam artikel 'Pendaki Tewas di Gunung Lawu Disebut Alami Paradoxical Undressing, Ini Tips Atasi Hipotermia'

Budi menyebut paradoxical undressing ini sebagai salah satu hal yang terkadang terjadi pada para pendaki.

"Saat hipotermia sudah di fase yang berat, akan membuat orang tidak sadar dan tidak responsif pada rangsangan.

Sebelum hilang kesadaran ada perilaku aneh untuk upaya terakhir bertahan hidup," sebut Budi, saat dihubungi Rabu (8/7/2020).

Paradoxical undressing adalah korban merasa kepanasan dan karena ketidaksadarannya melepas pakaiannya satu per satu.

"Dan ingin secepatnya menuju tempat berlindung, perilaku ini disebut Terminal Burrowing," lanjut dia.

Budi menyatakan frekuensinya terjadinya pendaki yang mengalami paradoxial undressing tidak lah sering.

Namun, hal inilah yang mungkin terjadi pada kasus terakhir pendaki hilang di Gunung Lawu yang ada di antara Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah dan Kabupaten Magetan, Jawa Timur itu.

"Betul, dan itu dialami Andi Sulistiawan (korban)," kata Budi.

Budi menyebut, selain dari kondisinya yang telanjang dada, kesimpulan korban dikonfirmasi mengalami paradoxial undressing juga berasal dari keterangan kondisi terakhir korban yang datang dari para teman yang mendaki bersamanya.

"Sudah tidak responsif, tindakannya di luar nalar, sudah berhalusinasi," ujar dia.

Untuk hipotermia yang sudah akut atau parah, Budi menyebut memang sulit untuk dilakukan pertolongan pertama.

Namun, untuk kasus hipotermia biasa sebenarnya tips yang bisa dilakukan sangatlah mudah. Hanya saja membutuhkan kesadaran dari masing-masing pribadi.

"Kalau yang fase akut memang agak sulit, (tapi untuk hipotermia pada umumnya) típsnya sebetulnya mudah kok. Pendaki harus membawa pakaian cadangan," jelas Budi.

Pakaian cadangan digunakan untuk mengganti pakaian basah yang biasanya menyebabkan terjadinya hipotermia.

"Mereka sering mengabaikan ketika pakaian mereka basah entah kehujanan ataupun berkeringat, sangat berpotensi terserang hipotermia," ungkap Budi.

Ia pun menyebut pihak dari pengelola dan petugas yang berjaga di Gunung Lawu, khususnya di pintu Cemara Kandang, sudah memberikan sejumlah edukasi pada pendaki sebelum melakukan pendakian.

"Ya tentang perlengkapan sesuai safety prosedur, (dilarang sembarangan membuang) sampah, dilarang membuat api unggun," jelas Budi.

Ada pun perihal kondisi cuaca saat ini, Budi menyebut bukan waktu yang buruk untuk melakukan pendakian.

"Musim-musim ini sangat direkomendasikan," jawabnya singkat.

Sebelumnya, ditemukan mayat dalam kondisi telanjang dada di puncak Gunung Lawu, Magetan pada Senin (6/7/2020). 

Diketahui identitas mayat tersebut bernama Andi Sulistiawan (18). 

Pendaki asal Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah itu tiba-tiba hilang misterius sebelum akhirnya ditemukan dalam kondisi telentang tak bernyawa sekitar 100 meter dari Hargodumilah di ketinggiam 3265 dpl, Puncak  Gunung Lawu.

Saat ditemukan, tidak ada identitas apapun di sekitar mayat lelaki bertelanjang dada mengenakan celana jeans tersebut. 

Berikut fakta lengkap kejadiannya: 

1. Antar teman buang air kecil 

Andi Sulistiawan mendaki Gunung Lawu bersama lima teman pada Sabtu (4/7/2020) sekitar pukul 16.00 WIB.

Mereka sampai ke puncak gunung sekitar pukul 22.00 WIB, lalu mendirikan tenda di lokasi tersebut.

Menurut ketua rombongan, Ervan Hermanto, korban diketahui terakhir kali Minggu (6/7) sekitar pukul 03.00.

"Saat itu, teman kita Nurhayati, satu satunya perempuan dalam rombongan, ingin buang air (kencing), membangun saya. Tapi yang bangun Andi Sulistiawan, dan dia bersedia mengantarkan,"kata Ervan Harmanto anak warga Kemuning, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah ini.

2. Hilang misterius

Kondisi di pintu pendakian Cemorosewu, Desa Ngancar, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, Senin (6/7/2020).
Kondisi di pintu pendakian Cemorosewu, Desa Ngancar, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, Senin (6/7/2020). (instagram)

Saat mengantar Nurhayati, Ervan masih melihat korban. 

Tapi tiba-tiba ketika Nurhayati buang air kecil, Andi tiba-tiba menghilang.  

"Nurhayati sendiri juga mencari, namun tidak ditemukan,"jelasnya.

3. Ditemukan tak bernyawa

Mengetahui temannya hilang, anggota rombongan langsung mencarinya.

"Kami mencari Andi Sulistiawan sampai ke Hargo Dalem, Pasar Dieng sampai Hargo Tiling, hingga pukul 13.00," kata Ervan.

Setelah tidak ditemukan, Minggu (5/7), sekitar pukul 17.00, Ervn dan teman-temannya melapor ke Base Camp (BC) Cemorosewu,"kata Ervan.

Suasana di pintu pendakian Cemoro Sewu, Desa Ngancar, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, Senin (6/7/2020).
Suasana di pintu pendakian Cemoro Sewu, Desa Ngancar, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, Senin (6/7/2020). (SURYA.CO.ID/Doni Prasetyo)

Keesokan harinya, SEnin (6/7/2020), Jarwo anggota Paguyuban Giri Lawu (PGL) yang bertugas di Puncak Gunung Lawu melapor ke BC Cemorosewu menemukan mayat di wilayah Geger Boyo.

Namun karena belum ada pihak berwenang, Jarwo tidak berani mendekat.

"Mas Jarwo melapor ke Base Camp, Senin (6/7) sekitar pukul 11.00. Tapi karena tidak berani mendekat, sebelum ada petugas Kepolisian. Anggota PGL itu hanya melapor ke Base Camp belum berani bertindak,"kata Supriyanto
Kepala Urusan Tata Usaha dan Teknik Kehutanan PT Perhutani Lawu Selatan kepada Surya, Senin (6/7).

Sesuai informasi yang dihimpun Surya, menyebutkan, jenazah Andi Sulistiawan mestinya dievakuasi, Senin (6/7/2020), sekitar pukul 15.00.

Namun karena cuaca di puncak Gunung Lawu yang sebelumnya sangat aman, tiba tiba cuaca di puncak Gunung Lawu berubah ektrim.

Akhirnyapetugas SAR gabungan, menunda evakuasi jenazah Andi Sulistiawan yang ditemukan di tebing wilayah Jawa Tengah itu sampai cuaca membaik.

Rencananya jenazah dilewatkan lewat pintu pendakian Cemorokandang, Desa Gondosuli, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar.

4. Diduga hipotermia

Diduga Andi Sulistiyawan terjatuh atau mengalami hipotermia.

Hipotermia adalah kondisi seseorang ketika suhu tubuh menurun secara drastis.

Secara logika, hipotermia memicu orang memakai pakaian tebal, tapi hipotermia juga bisa membuat seseorang untuk berhalusinasi.

Bahkan ia bisa melakukan hal yang berkebalikan, yaitu merasa gerah dan melepas pakaiannya.(Luthfia Ayu/Putra Dewangga/Kompas.com/Surya.co.id)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved