UTBK SBMPTN 2020
Update Info UTBK di Surabaya: 3 Lokasi Tes yang Sediakan Rapid Test, Unair Siapkan 6 Tempat Ujian
Berikut update info terbaru tentang UTBK di Surabaya Edisi Minggu 5 Juli 2020, 3 Lokasi Tes yang Sediakan Rapid Test dan Unair Siapkan 6 Tempat Ujian
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Adrianus Adhi
Kemudian, peserta diwajibkan pakai masker dan sarung tangan kesehatan saat memulai ujian. Setelah ujian, sarung tangan harus langsung dibuang di tempat sampah yang sudah siapkan.
"Selain itu, sebelum pelaksaan tes kami semprot ruangan dengan disinfektan, setelahnya juga kami semprot ulang untuk sesi berikutnya.
Kami pikir itu sebagai langkah antisipasif agar penyebaran Covid-19 tidak terjadi,” pungkas Suko Widodo.
3. Respon Pemerhati Pendidikan soal rapid test jadi syarat wajib UTBK
Keputusan Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini yang mewajibkan peserta Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) dalam Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2020 untuk menunjukkan hasil rapid test non reaktif atau PCR tes negatif mendapat respon dari berbagai kalangan.
Setelah SURYA.CO.ID melakukan penulusuran kepada beberapa peserta UTBK, mereka rata-rata menilai menjadi beban.
Pasalnya, aturan yang di keluarkan pada 2 Juli 2020 itu dianggap mendadak. Karena jarak rapid test dengan waktu pelaksanaan UTBK yang terbilang mepet.
Salah satu peserta UTBK Universitas Airlangga Surabaya Jurusan Psikologi, Achmad Anfasa mengaku merasa kebingungan dengan munculnya peraturan hasil rapit test non reaktif sebagai syarat UTBK.
"Sebelumnya (Saat sebelum ada aturan rapid test) saat pendaftaran UTBK itu saya tanya kepada panitia pakai test rapid nggak pak, mereka bilang tidak diwajibkan.
Eh tiba-tiba kemarin tanggal 2 dikabarin rapid test jadi syarat wajib ikut UTBK," ujar calon mahasiswa dari Surabaya itu saat melakukan rapid test di Klinik Modern Dasa Medika Surabaya, Sabtu (4/7/2020).
Tak hanya itu, ia juga merasa kesusahan saat mencari tempat untuk melakukan rapid test yang murah.
"Saya tanya ke teman-teman di mana rapid test yang paling murah. Jadi saya tanya yang sudah melakukan rapid test. Ditambah lagi saya awalnya takut ngomong sama orang tua, karena harus keluar uang yang tidak sedikit untuk tes," ujarnya.

Sementara itu, dr Shelivia Destiana selaku dokter umum yang bertugas untuk melakukan test terhadap mahasiswa menilai rapid test ini tidak efisien untuk dilakukan.
"Menurut saya sih tidak efisien, karena sebetulnya dengan menerapkan phisycal distancing saat ujian saya rasa itu sudah cukup.
Tapi, mungkin karena jumlah kasus di Surabaya tertinggi dibanding daerah lain (black zone) yang membuat aturan ini kemudian diberlakukan," ungkapnya.