Khofifah Blak-blakan Soal Mobil PCR yang Membuat Risma Marah, Alasan Dikirim ke Tulungagung
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa akhirnya blak-blakan soal mobil Lab PCR yang membuat Walikota Surabaya Tri Rismaharini atau Risma marah.
Penulis: Fatimatuz Zahro | Editor: Tri Mulyono
Ada RSUD dr Soetomo, RSUA (ITD), BBLK, BBTLK, RS Premier, National Hospital, dan RS PHC.
Total kapasitas tujuh titik lab uji PCR ini mencapai 1.564 tes spesimen dalam sehari.
“Jadi sebetulnya ada 7 laboratorium yang bisa digunakan untuk tes PCR di Surabaya.
Kalau ini dimaksimalkan akan menjadi percepatan untuk uji spesimen,” kata Khofifah.
Sebagaimana diketahui, Risma marah karena dua unit mobile laboratorium PCR bantuan dari BNPB pada Pemprov Jatim dialihkan ke Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Tulungagung setelah sehari penuh dioperasionalkan di sejumlah titik di Surabaya.
Video Wali Kota Risma yang marah tersebut viral lantaran menganggap ada aksi serobot penggunaan mobil PCR yang diklaim seharusnya hanya dioperasionalkan di Kota Surabaya saja.
Di sisi lain, Gugus Tugas Jatim menyatakan mobil PCR tersebut bukan hanya untuk Surabaya melainkan juga untuk daerah lain di Jatim, bergantung pada kebutuhan yang ada.
Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur Joni Wahyuhadi menegaskan bahwa salah paham yang terjadi antara Pemprov Jatim dengan Pemkot Surabaya disebabkan karena adanya missed komunikasi atau salah paham.
Hal itu utamanya dikarenakan adanya pesan yang tak tersampaikan dari Dinas Kesehatan Kota Surabaya ke Gugus Tugas Jawa Timur.

Dalam konferensi pers yang dilakukan di Gedung Grahadi pada hari Jumat (29/5/2020) malam, Joni yang menjadi penanggung jawab operasional dua unit mobil Laboratorium PCR bantuan dari BNPB itu sudah memprioritaskan Kota Surabaya sejak hari pertama dan hari kedua mobil itu datang.
Namun saat hari ketiga, menurut Joni, Pemkot Surabaya tidak mengomunikasikan kebutuhan atau agenda permintan pemeriksaan dengan menggunakan mobil tersebut.
Sehingga mobil tersebut sudah terlanjur dikirimkan ke daerah lain yaitu Tulungagung dan Sidoarjo yang juga memiliki antrean yang panjang.
“Hari pertama kita kirim mobil itu ke RSUA Surabaya karena memang mobil PCR itu ditujukan untuk subsitusi RSUA yang ITD nya mengalami masalah.
Jadi memang kita operasionalkan ke RSUA di hari pertama untuk melanjutkan PCR di sana,” jelas Joni.
Kemudian penggunaan mobil PCR digeser ke Asrama Haji Surabaya namun lantaran sudah sore hanya mampu mengerjakan sebanyak 10 sampel.