Kilas Balik

Sukses Membujuk 14 Ribu KKB Papua Lodewijk Mandatjan Menyerah, Berikut Biodata Sarwo Edhie Wibowo

Sukses Membujuk 14 Ribu KKB Papua Lodewijk Mandatjan agar Menyerah, Berikut Sosok dan Biodata Sarwo Edhie Wibowo.

Kolase Tribun Jambi dan Wikipedia
Sarwo Edhie Wibowo yang Sukses Membujuk 14 Ribu KKB Papua Lodewijk Mandatjan agar Menyerah. 

SURYA.co.id - Peran Sarwo Edhie Wibowo untuk membujuk kelompok kriminal bersenjata atau KKB Papua agar menyerah memang cukup besar.

Apalagi yang Sarwo Edhie hadapi kala itu adalah KKB Papua pimpinan Lodewijk Mandatjan, yang memiliki sekitar 14 ribu pasukan.

Tapi, Sarwo Edhie Wibowo berhasil membujuk Lodewijk Mandatjan agar menyerah tanpa menggunakan kekerasan.

Ribuan KKB Papua anggota Lodewijk Mandatjan itupun berangsur-angsur kembali ke NKRI tanpa perlawanan.

Berikut sosok dan biodata Sarwo Edhie Wibowo :

Dilihat dari biodatanya yang tertulis di Wikipedia, Letjen TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo dulunya merupakan seorang komandan RPKAD.

Letnan Jenderal TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo lahir di Purworejo, Jawa Tengah, 25 Juli 1925 dan meninggal di Jakarta, 9 November 1989 pada umur 64 tahun.

Letjen (Purn) Sarwo Edhie Wibowo Ayah Ani Yudhoyono
Letjen (Purn) Sarwo Edhie Wibowo Ayah Ani Yudhoyono (Kolase Tribun Jambi dan Wikipedia)

Setelah Gempur Habis-habisan KKB Papua, Kepala Prajurit RPKAD Nyaris Kena Peluru, Begini Kisahnya

KRONOLOGI Ratusan KKB Papua Diburu 2 Pasukan Elite TNI, Para OPM Bersembunyi & Berpindah-pindah

Prajurit RPKAD Tembak Mati 3 KKB Papua & Biarkan Mayatnya Tergeletak, Ternyata Ada Misi Terselubung

Sarwo Edhie adalah ayah dari Kristiani Herrawati, ibu negara Republik Indonesia, yang merupakan istri dari Presiden ke-6 Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono.

Ia juga ayah dari mantan KSAD Pramono Edhie Wibowo.

Ia memiliki peran yang sangat besar dalam penumpasan Pemberontakan Gerakan 30 September dalam posisinya sebagai panglima RPKAD (atau disebut Kopassus pada saat ini).

Selain itu ia pernah menjabat juga sebagai Ketua BP-7 Pusat, Duta besar Indonesia untuk Korea Selatan serta menjadi Gubernur AKABRI.

Karier Sarwo Edhie di ABRI meliputi:

- Komandan Batalion di Divisi Diponegoro (1945-1951)

- Komandan Resimen Divisi Diponegoro (1951-1953)

- Wakil Komandan Resimen di Akademi Militer Nasional (1959-1961)

- Kepala Staf Resimen Pasukan Komando (RPKAD) (1962-1964)

- Komandan RPKAD (1964-1967).

Letjen (Purn) Sarwo Edhie Wibowo Ayah Ani Yudhoyono
Letjen (Purn) Sarwo Edhie Wibowo Ayah Ani Yudhoyono (kopassus.mil.id)

14 Ribu KKB Papua Lodewijk Mandatjan Menyerah

Lodewijk Mandatjan merupakan pimpinan kelompok kriminal bersenjata atau KKB Papua paling legendaris.

Hal ini lantaran Lodewijk Mandatjan memiliki 14 ribu pasukan untuk melakukan aksi teror pada tahun 1964-1967.

Jumlah yang sangat besar jika dibandingkan dengan anggota KKB Papua yang sekarang.

Meski demikian, Lodewijk Mandatjan akhirnya menyerah dan kembali ke NKRI berkat usaha Sarwo Edhie Wibowo.

Sarwo Edhie Wibowo menjabat sebagai panglima Kodam XVII/Tjendrawasih pad atahun 1968-1970.

Melansir dari buku berjudul 'Sarwo Edhie dan Misteri 1965' seri buku TEMPO, Sarwo Edhie Wibowo mulai membenahi model operasinya untuk menghadapi KKB Papua pimpinan Lodewijk Mandatjan.

Operasi rancangan Sarwo Edhie Wibowo ini mengutamakan operasi teritorial bersifat persuasif tanpa peperangan.

Letnan satu Sintong Panjaitan sangat ingat betul instruksi Sarwo Edhie Wibowo kepada pasukannya.

Sarwo menegaskan, pemberontakan pasti hancur jika terus dipukul.

"Tapi mereka saudara kita" kata Sarwo.

"Baiklah mereka kita pukul, kemudian kita panggil mereka agar kembali" tambah Sarwo.

Pesawat Dakota dan pengebom ringan B-15 Mitchell milik Angkatan Udara terbang menyebarkan selebaran berisi seruan agar KKB Papua pimpinan Lodewijk Mandatjan turun gunung.

Sarwo juga memerintahkan Mayor Heru Sisnodo dan Mayor Udara John Saleky pergi tanpa senjata untuk membujuk Lodewijk Mandatjan agar mau keluar dari hutan.

Dengan jaminan perlindungan dari RPKAD (sekarang Kopassus), Lodewijk Mandatjan bersedia turun gunung dan disusul pengikutnya pada November 1968.

Mantan kepala pusat penelitian politik LIPI, Ikrar Nusa Bhakti, menyaksikan ketika Sarwo Edhie Wibowo asyik bercengkerama dengan Lodewijk Mandatjan di kompleks Raiders, Biak.

"Padahal Mandatjan pemberontak yang menyebabkan banyak tentara terbunuh" kata Ikrar.

Ikrar ingat pula berbagai upaya TNI merangkul masyarakat Papua.

Tokoh masyarakat diberi radio transistor merek Philips L4, yang pada waktu itu termasuk barang mewah.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved