Virus Corona di Pamekasan
Bupati Baddrut Tamam, Akui Ada Beberapa Kendala dalam Perangi Covid di Pamekasan
Dalam memerangi penyebaran Covid-19 di Pamekasan, banyak kendala dan kesulitan di lapangan.
Penulis: Muchsin | Editor: Parmin
SURYA.co.id | PAMEKASAN – Dalam memerangi penyebaran Covid-19 di Pamekasan, banyak kendala dan kesulitan di lapangan.
Selain tingkat kesadaran masyarakat belum masip, petugas dan tim medis mendapat rintangan dari keluarga pasien ataupun pasien sendiri yang menolak untuk dimasukkan ke ruangan khusus demi kesembuhan pasien.
Hal itu diungkap Bupati Pamekasan Baddrut Tamam, Jumat (8/5/2020).
Bupati mengungakapkan, sempat prihati dengan beberapa kejadian.
Petugas medis, termasuk sopir yang sudah mengenakan pakaian hazmat, mendatangi rumah pasien untuk dibawa, ternyata menunggu lebih dari tujuh jam untuk memberikan kesadaran terhadap pasien dan keluarganya.
“Bayangkan, petugas medis dan sopir ambulan mengenakan APD lengkap, menunggu pasien dari pukul 19.00 hingga pukul 02.00 dini hari. Selama tujuh jam itu, petugas dengan sabar, tidak bisa minum dan makan, serta menahan untuk baung air kecil. Padahal, ini semua demi pasien, untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang maksimal. Tapi pasien sendiri yang kurang koperatif,” ujar Baddrut Tamam, Jumat (8/5/2020).
Menurut bupati, masalah kesehatan milik semua elemen masyarakat. Peran gugus satuan tugas Covid-19 itu, di antaranya melakukan tracking, sosialisasi yang masih kepada masyarakat dengan menciptakan kesadaran bagi masyarakat, tentang bahaya Covid dan bantuan pelayanan maksimal terhadap masyarakat.
Karena itu, perang terhadap Covid ini bisa terhambat, tanpa partisipasi masyarakat yang tidak bersamaan dengan keinginan pemerintah. Sebab pihaknya sadar, tugas memerangi Covid, bukan semata-mata ada pada pemerintah, tetapi tugas semua pihak.
Diakui, masalah Covid yang paling dikhawatirkan dan berbahaya jika terdapat pasien Covid dengan status orang tanpa gejala (OTG).
Sehingga pemerintah memohon semua pihak untuk bekerjasama memerangi Covid-19.
Dari masyarakat yang diperlukan kejujurannya dan kepatuhannya melakukan pola hidup sehat, untuk cuci tangan, pakai masker dan jaga jarak, hindari kerumunan, tidak mengahadiri beberapa kegiatan .
Cara ini dinilai efektif, untuk memutus mata rantai penyebaran Covid.
“Yang aneh, kita memberitahu dan mengajak masyarakat untk jaga jarak, bukannya diikuti, malah kadang kita ini ditertawakan. Tapi tidak apa-apa, karena ini merupakan bagian dari sebuah perjuangan untuk memerangi Covid,” ungkap Baddrut Tamam.
Dijelaskan, dengan bertambahkan warga Pamekasan yang positif Covid-19, pihaknya mengkhawatirkan jika Pandemi Covid di Pamekasan ini sudah mengarah ke transmsi lokal.
Karena penyebarannya antar warga Pamekasan. Jika penyebarannya ini nanti masif, maka makin mengkhawatirkan semua pihak.
Tidak hanya Pamekasan, tapi Jawa Timur dan Indonesia juga khawatir. Karena itu, untuk menyecah terjadinya transmisi lokal Covid di Pamekasan ini, patuhi ajuran pemerintah dan berprilaku jujur.
