Virus Corona di Blitar
Kakek di Blitar Praktik Terapi Unik Diyakini Cegah Corona, Pijat Sambal, Pedasnya sesuai Berat Badan
Cara pijat dengan treatmen seperti itu dilakukan kakek Kamar (63), warga Desa Ngrendeng, Kecamatan Selorejo, Kabupaten Blitar.
Penulis: Imam Taufiq | Editor: Parmin
"Kata istri saya saat itu, wong sambal kok dipakai mengobati. Namun, kami tetap membuat sambal dan saya taruh di kaki anak saya, yang bengkak itu," paparnya.
Karuan, tambah dia, anaknya kesakitan karena panasnya luar biasa, sehingga cuma diberinya sekali. Tak disangkanya, kaki anak yang bengkak itu terus mengempes dan akhirnya sembuh.
"Rupanya, para tetangga heran, saya kok bisa menyembuhkannya. Akhirnya, mereka datang ke rumah saya, kalau sakit, misalnya, pingangnya nyeri atau linu-linu dan sulit jalan," ujarnya.
Sejak itu, papar dia, nama mbah Kamar kian dikenal, sebagai terapis. Dan, yang membuatnya lebih cepat dikenal, karena menggunakan cara aneh, yakni lotion-nya dari sambal.
Kian hari, kian banyak tamu, yang datang, dengan berbagai keluhan dan penyakit. Di antaranya, sakit pinggang, jantung, sesak nafas.
"Katanya, jodoh (sembuh). Bahkan, seringkali, mereka tahu itu dari mulut ke mulut. Ada pasien yang sembuh, kemudian memberi tahu teman, tetangganya atau saudaranya," ungkapnya.
Untuk membuat 'lotion' sambal, mbah Kamar mengguleknya sendiri, di cobek.
Mungkin, tak sekadar menghaluskan, namun ada doanya atau ada ramuan khususnya, itu tak ada yang tahu.
Yang jelas, katanya, ia membuat sambal di saat ada pasien. Banyak sedikitnya cabai, yang dihaluskan, itu tergantung kondisi tubuh orang yang akan dipijat.
Untuk pasien kurus, misalnya, minimal butuh cabai 40 biji. Namun, buat yang gemuk, itu butuh 60 biji.
"Saat cabai itu kami ulek, juga kami beri minyak (entah minyak apa, kami nggak menanyakan detail). Setelah halus, baru dilakukan terapi. Orang yang saya pijat harus dengan posisi seperti tidur,"ungkapnya.
Bersamaan memijat itu, sambal itu dilulurkan ke seluru tubuh orang yang dipijat itu. Ia dipijat mulai kaki sampai punggungnya, termasuk dada.
Itu berlangsung sekitar 20 menit, Lalu, sekujur tubuh pasien itu dilap, agar biji cabai dan sisa sambalnya, tak tertinggal.
"Sambal itu kan pedas dan terasa panas, namun rata-rata mereka yang sudah kami pijat, terus ketagihan. Namun, saya pesan, sehabis saya pijat, tak boleh mandi pakai air hangat selama dua hari," ujarnya.
Soal tarifnya, mbah Kamar mengaku tak memasang harga. Itu seikhlasnya atau tergantung keikhlasan si pasien. Mau memberi berapa pun, ia juga ikhlas. Katanya, yang penting, dirinya bisa menolong.