Mie Setan Mulyorejo Terbakar
Senasib dengan Korban Ledakan Elpiji di Mie Setan Surabaya, Berikut 3 Kasus Serupa Sebelumnya
Senasib dengan Korban Ledakan Elpiji di Mie Setan Surabaya, Berikut 3 Kasus Serupa Sebelumnya
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Adrianus Adhi
Ketiga siswa itu adalah Citra, kelas 4 yang mengalami luka bakar di tangan.
Deva siswa kelas 4 yang mengalami luka bakar di tangan dan Cindy, siswa kelas 6 yang luka bakar di kaki.
Salah satu murid kelas 6, Rio membenarkan kejadian yang membikin heboh itu.
"Iya teman saya yang kena. Pas dia mau beli bakso," kata dia kepada SURYA.co.id.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Vivi.
"Iya, teman saya kena juga, sampai terluka kulitnya. Sekarang sudah di bawa ke rumah sakit," kata Vivi.
Vivi mengatakan, saat itu jam istirahat, dan mayoritas siswa mau beli jajanan.
"Tiba-tiba keluar asap, saya tahunya sudah asap tebal," imbuh dia.
Hingga saat ini, korban dilarikan ke RS Paru dan Karsa Husada Batu.
Dan yang terbaru, tabung gas elpiji meledak di rumah makan 'Mie Setan' Jalan Mulyorejo No.162 Surabaya, Jumat (27/12/2019) terekam di video ini.
Ledakan ini mengakibatkan lima orang pegawai mengalami luka bakar serius.
Ke-5 korban ini adalah:
1) Alansya Aji Wardana (31) warga Mulyorejo. Kondisi terkini, kesadaran korban menurun karena mengalami luka bakar tingkat 2 atau sekitar 80 persen.
2) Mustofa Indri amsya (20) warga Mulyorejo, Surabaya. Kondisi terkini, kesadaran korban menurun karena mengalami korban mengalami luka bakar tingkat 2 atau sekitar 70 persen.
3) M. Putra Amirul Mu'minin (25) warga Mulyorejo, Surabaya. Kondisi terkini, kesadaran korban menurun karena mengalami korban mengalami luka bakar tingkat 2 atau sekitar 70 persen.
4) Dwi Darma Putra (25) warga Gubeng. Kondisi terkini, kesadaran korban menurun karena mengalami korban mengalami luka bakar tingkat 2 atau sekitar 70 persen.
5) Dimas Nur Syarifudin (20) warga Gubeng. Kondisi terkini, kesadaran korban menurun karena mengalami korban mengalami luka bakar tingkat 2 atau sekitar 50 persen.
Kabar terbaru menyebutkan dua orang diantara mereka telah meninggal dunia
Mereka adalah Dimas Nur Sarifudin dan Alansya Aji Wardana
Kapolsek Mulyorejo Kompol Enny P Rustam membenarkan, korban jiwa dalam insiden ledakan tabung elpiji di resto tersebut, Jumat (27/12/2019), bertambah menjadi dua orang.
Sementara itu, jenazah Dimas Nur Sarifudin (20) disemayamkan di neneknya Jalan Mulyorejo Utara No 43, Mulyorejo, Surabaya, Minggu (29/12/2019).
Belasan pelayat berjubel dari ruang tamu rumah hingga meluber ke halaman depan gang rumah neneknya.
Ima, nenek korban, berkali-kali menyeka air mata yang membasahi pipinya.
Salah seorang tetangga yang juga pemilik warkop yang kerap menjadi tempat nongkrong Dimas semasa hidup, Rini (58) berujar, Dimas dikenal sebagai sosok bersahabat, suka menolong dan ramah.
"Dimas sama orang-orang kampung itu baik. Kalau enggak gitu teman-teman enggak datang ke sini semua," katanya saat ditemui di depan rumah duka.
Menurut Rini, karakter Dimas yang gemar membantu orang ditengarai menjadikan para tetangga, teman sepermainan ataupun teman sekolahnya, yang merasa kehilangan tak ingin ketinggalan menyedekahkan doa pada Dimas untuk yang terakhir kali di dekat tubunya yang telah terbujur kaku.
Dimas dikenal cekatan, sigap dan tanggap saat dimintai bantuan warga sekitar ataupu rekannya.
"Kalau ada kerja bakti dia langsung ikut, enggak nunggu disuruh, cekatan," ujarnya.
"Kalau ada yang ngajak 'mas ayo ngancani aku'. ya berangkat. Kalau ada yang butuh dia sering dia tanggap," jelasnya.
Seingat Rini, pernah suatu ketika Dimas diajak oleh seorang tetangga untuk menjemput anaknya yang tak berani pulang seorang diri karena ada razia kendaraan bermotor kepolisian di kawasan Jalan Pahlawan Surabaya.
Ajakan itu memang terdengar sepele, tapi Dimas tak menyepelekannya.
"Kalau ada temannya gak berani pulang karena ada tilangan, dia bantu 'mas ayo ponakanku ga berani pulang. Ayo jemput'.
Ya dia mau," terangnya.
Bahkan Rini sudah menganggapnya seperti anak sendiri.
"Dia kalau sama saya curhat apa saja. Sudah saya anggap kayak anak sendiri," jelasnya.
Sekitar pukul 00.30 WIB, selepas disholatkan di sebuah masjid yang berjarak tak lebih 50 meter dari kediaman neneknya, keranda mayat Dimas dipanggul belasan pemuda bergantian.
Lalu mereka berjalan seirama membelah jalan desa, diikuti puluhan warga berduyun-duyun mengiringi jenazah seraya melafadzkan tahlil seirama dengan hentakkan langkah kaki ke tempat pemakaman umum.