Mie Setan Mulyorejo Terbakar
Senasib dengan Korban Ledakan Elpiji di Mie Setan Surabaya, Berikut 3 Kasus Serupa Sebelumnya
Senasib dengan Korban Ledakan Elpiji di Mie Setan Surabaya, Berikut 3 Kasus Serupa Sebelumnya
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Adrianus Adhi
SURYA.co.id - Pemberitaan tentang meledaknya tabung elpiji 12 kilogram di Restoran Mie Setan Mulyorejo, Kota Surabaya, menghebohkan publik baru-baru ini
Akibat ledakan tersebut, lima orang terkena luka bakar dan akhirnya dua diantara mereka meninggal dunia
Tragedi ledakan tabung elpiji merupakan peristiwa yang cukup sering terjadi dan bahkan menelan korban jiwa
Dirangkum SURYA.co.id, berikut beberapa kasus ledakan elpiji seperti yang terjadi di Mie Setan Surabaya
1. Elpiji Meledak di Sawahan Surabaya
Empat penghuni rumah mengalami luka bakar ketika sebuah tabung gas elpiji tiga kilogram meledAk di dalam rumah di Jalan Simo Kwagean Nomor 49B, Kecamatan Sawahan Surabaya.
Empat korban itu terdiri dari Pasangan Suami Istri (Pasutri) Amin Prayogi (37) dan Risa Eka Pernamasari (33), lalu seorang anaknya, Reva Labibba Oktavia Prayogi (5), serta Abi Eko Dirgantoro (23), saudara mereka.
Kanit Reskrim Polsek Sawahan, AKP Haryoko Widhi menjelaskan, korban rata-rata mengalami luka bakar.
Dua korban Pasutri kini telah dirawat di rumah sakit di William Booth sedangkan anak dan saudaranya di rawat di rumah sakit RKZ Surabaya.
Kata dia, korban mengalami luka bakar pada bagian wajah dan sebagian badan.
"Korban Amin mengalami luka bakar cukup parah 50 persen dan ketiga korban lainnya luka bakar 30 persen," ujarnya saat dihubungi Surya, Jumat (31/8/2018)
Haryoko mengatakan, meledaknya tabung elpiji terjadi pada Kamis malam (30/8) saat para korban berada di dapur rumah.
Dalam situasi itu, Amin masih sempat keluar rumah untuk mengeluarkan tabung gas elpiji yang masih mengeluarkan api dan asap.
"Warga melihat korban Amin keluar rumah sambil membawa tabung gas elpiji yang masih mengeluarkan api dan asap," ungkapnya.
Warga setempat berupaya turut membantu untuk memadamkan api yang berasal dari tabung gas elpiji tersebut.
Kejadian ini juga sempat membakar sejumlah perabot rumah tangga di dalam dapur dan ruang tamu kediaman korban.
"Kami masih mencari tahu penyebab tabung gas elpiji bisa meledak," ucapnya.
2. Juragan Bakso di Tulungagung Terkena Ledakan Elpiji
Kiat (47), pemilik warung Bakso Solo di Desa Sidorejo, Kecamatan Kauman, Kabupaten Tulungagung akhirnya meninggal dunia.
Kiat adalah satu dari empat korban ledakan gas elpiji yang terjadi di warungnya, Selasa (14/8/2018) pukul 20.00 WIB.
Kiat mengalami luka bakar hingga 70 persen, grade II.
Kiat meninggal, Minggu (19/8/2018) pukul 21.30 WIB di RSUD dr Iskak.
“Jenazah sudah dipulangkan semalam, pukul 22.30 WIB,” terang Kabid Pemasaran dan Informasi RSUD dr Iskak, M Rifai, Senin (20/8/2018).
Lanjut Rifai, luka bakar di atas 50 persen memang beresiko tinggi.
Apalagi kondisi pasien ini kehilangan kulit hingga 70 persen.
“Resiko pertama meninggal karena dehidrasi, tapi ini sudah bisa kita atasi,” ujar Rifai.
Namun luka bakar ini memicu gangguan organ-organ lain.
Selain itu kehilangan kulit dalam jumlah banyak ini memicu terjadinya infeksi.
Infeksi ini yang masuk ke pembuluh darah hingga ke otak.
Selasa (14/8/2018) malam, seorang karyawan Bakso Solo di perempatan Cuwiri Kauman ini hendak mengganti tabung gas baru ukuran 3 kilogram.
Namun tiba-tiba terdengar suara mendesis pertanda ada kebocoran gas.
Setelah dicopot regulatornya suara desisan dari gas yang keluar kian kuat terdengar.
Kiat kemudian membawa tabung itu ke dalam kamar mandi dan merendamnya.
Kiat juga menekan katub tabung gas dengan harapan gas berhenti.
Namun gas ternyata semakin deras keluar, hingga tercium dari ruang depan tempat konsumen makan.
Berselang satu menit Kiat bermaksud melihat tabung itu dan menyalakan lampu di dalam kamar mandi.
Diduga terjadi loncatan api saat saklar lampu kamar mandi ditekan.
Loncatan api ini yang kemudian menyulut gas elpiji yang sudah terkumpul, sehingga terjadi ledakan.
Selain Kiat, ada satu keluarga asal Dusun Srabah, Desa Karanganom, Kecamatan Kauman yang juga menjadi korban.
Mereka adalah Khuzaini (30) dan istrinya, Safitri Anugrahsuci (25) serta anaknya Fahrani Zafia Zakinah (2,5).
Khusaini menderita luka bakar 20 persen, Safitri menderita luka bakar 4 persen dan Fahrani menderita luka bakar hingga 10 persen.
Ketiganya masih bisa tertolong karena luka yang dialami tidak separah Kiat.
3. Tabung Elpiji di Kantin Sekolah Meledak
Tabung elpiji milik salah satu penjual di kantin SDN Ngaglik 1, Batu, tiba-tiba meledak, Kamis (12/9/2017) sekitar jam 09.00 wib.
Ledakan ini membuat tiga siswa mengalami luka bakar.
Ketiga siswa itu adalah Citra, kelas 4 yang mengalami luka bakar di tangan.
Deva siswa kelas 4 yang mengalami luka bakar di tangan dan Cindy, siswa kelas 6 yang luka bakar di kaki.
Salah satu murid kelas 6, Rio membenarkan kejadian yang membikin heboh itu.
"Iya teman saya yang kena. Pas dia mau beli bakso," kata dia kepada SURYA.co.id.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Vivi.
"Iya, teman saya kena juga, sampai terluka kulitnya. Sekarang sudah di bawa ke rumah sakit," kata Vivi.
Vivi mengatakan, saat itu jam istirahat, dan mayoritas siswa mau beli jajanan.
"Tiba-tiba keluar asap, saya tahunya sudah asap tebal," imbuh dia.
Hingga saat ini, korban dilarikan ke RS Paru dan Karsa Husada Batu.
Dan yang terbaru, tabung gas elpiji meledak di rumah makan 'Mie Setan' Jalan Mulyorejo No.162 Surabaya, Jumat (27/12/2019) terekam di video ini.
Ledakan ini mengakibatkan lima orang pegawai mengalami luka bakar serius.
Ke-5 korban ini adalah:
1) Alansya Aji Wardana (31) warga Mulyorejo. Kondisi terkini, kesadaran korban menurun karena mengalami luka bakar tingkat 2 atau sekitar 80 persen.
2) Mustofa Indri amsya (20) warga Mulyorejo, Surabaya. Kondisi terkini, kesadaran korban menurun karena mengalami korban mengalami luka bakar tingkat 2 atau sekitar 70 persen.
3) M. Putra Amirul Mu'minin (25) warga Mulyorejo, Surabaya. Kondisi terkini, kesadaran korban menurun karena mengalami korban mengalami luka bakar tingkat 2 atau sekitar 70 persen.
4) Dwi Darma Putra (25) warga Gubeng. Kondisi terkini, kesadaran korban menurun karena mengalami korban mengalami luka bakar tingkat 2 atau sekitar 70 persen.
5) Dimas Nur Syarifudin (20) warga Gubeng. Kondisi terkini, kesadaran korban menurun karena mengalami korban mengalami luka bakar tingkat 2 atau sekitar 50 persen.
Kabar terbaru menyebutkan dua orang diantara mereka telah meninggal dunia
Mereka adalah Dimas Nur Sarifudin dan Alansya Aji Wardana
Kapolsek Mulyorejo Kompol Enny P Rustam membenarkan, korban jiwa dalam insiden ledakan tabung elpiji di resto tersebut, Jumat (27/12/2019), bertambah menjadi dua orang.
Sementara itu, jenazah Dimas Nur Sarifudin (20) disemayamkan di neneknya Jalan Mulyorejo Utara No 43, Mulyorejo, Surabaya, Minggu (29/12/2019).
Belasan pelayat berjubel dari ruang tamu rumah hingga meluber ke halaman depan gang rumah neneknya.
Ima, nenek korban, berkali-kali menyeka air mata yang membasahi pipinya.
Salah seorang tetangga yang juga pemilik warkop yang kerap menjadi tempat nongkrong Dimas semasa hidup, Rini (58) berujar, Dimas dikenal sebagai sosok bersahabat, suka menolong dan ramah.
"Dimas sama orang-orang kampung itu baik. Kalau enggak gitu teman-teman enggak datang ke sini semua," katanya saat ditemui di depan rumah duka.
Menurut Rini, karakter Dimas yang gemar membantu orang ditengarai menjadikan para tetangga, teman sepermainan ataupun teman sekolahnya, yang merasa kehilangan tak ingin ketinggalan menyedekahkan doa pada Dimas untuk yang terakhir kali di dekat tubunya yang telah terbujur kaku.
Dimas dikenal cekatan, sigap dan tanggap saat dimintai bantuan warga sekitar ataupu rekannya.
"Kalau ada kerja bakti dia langsung ikut, enggak nunggu disuruh, cekatan," ujarnya.
"Kalau ada yang ngajak 'mas ayo ngancani aku'. ya berangkat. Kalau ada yang butuh dia sering dia tanggap," jelasnya.
Seingat Rini, pernah suatu ketika Dimas diajak oleh seorang tetangga untuk menjemput anaknya yang tak berani pulang seorang diri karena ada razia kendaraan bermotor kepolisian di kawasan Jalan Pahlawan Surabaya.
Ajakan itu memang terdengar sepele, tapi Dimas tak menyepelekannya.
"Kalau ada temannya gak berani pulang karena ada tilangan, dia bantu 'mas ayo ponakanku ga berani pulang. Ayo jemput'.
Ya dia mau," terangnya.
Bahkan Rini sudah menganggapnya seperti anak sendiri.
"Dia kalau sama saya curhat apa saja. Sudah saya anggap kayak anak sendiri," jelasnya.
Sekitar pukul 00.30 WIB, selepas disholatkan di sebuah masjid yang berjarak tak lebih 50 meter dari kediaman neneknya, keranda mayat Dimas dipanggul belasan pemuda bergantian.
Lalu mereka berjalan seirama membelah jalan desa, diikuti puluhan warga berduyun-duyun mengiringi jenazah seraya melafadzkan tahlil seirama dengan hentakkan langkah kaki ke tempat pemakaman umum.