Nasib Atlet Jatim

Penting Pembinaan Atlet Sedari Dini untuk Ciptakan Generasi Emas Berikutnya

Pemerintah daerah maupun KONI bisa melakukan pemantauan atlet berbakat di perlombaan tanpa perlu menunggu waktu lama

Penulis: Danendra Kusumawardana | Editor: Cak Sur
Istimewa
DR Santika Rentika Hadi M KES 

DR Santika Rentika Hadi M Kes
(Dosen Prodi Penjas FKIP UNIPA Surabaya)

SURYA.co.id -
Untuk melahirkan atlet berprestasi di kancah nasional maupun internasional prosesnya tak singkat. Para atlet senior yang menyabet gelar bergengsi, pastinya sedari dini mengikuti latihan dan pembinaan.

Oleh sebab itu, pembinaan atlet sedari dini begitu penting agar generasi emas berikutnya bisa tercipta. Menurut saya, Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) telah serius melakukan pembinaan bibit atlet potensial.

Itu dapat dilihat dari adanya Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) di sejumlah daerah dan pagelaran turnamen olahraga pelajar yang diadakan lebih singkat yakni 2 tahun sekali. Sebelumnya turnamen olahraga pelajar diadakan 4 tahun sekali.

Dengan percepatan itu, pemerintah daerah maupun KONI bisa melakukan pemantauan atlet berbakat di perlombaan tanpa perlu menunggu waktu lama. Sehingga, proses pembinaan dan pelatihan terhadap atlet muda bisa berjalan lebih efektif.

Selain pemerintah, peran klub-klub olahraga juga penting untuk menelorkan atlet berprestasi. Klub juga sebagai salah satu wadah bagi para atlet untuk mengembangkan kemampuannya hingga dapat menyabet gelar juara.

Pemerintah tak boleh mengabaikan keberadaan klub. Pemerintah harus ikut andil dalam mempertahankan gaung klub olahraga melahirkan atlet berprestasi.

Tak hanya melakukan pemantauan atlet, pemerintah sebaiknya juga memberikan bantuan dan pelatihan bagi para pelatih. Itu agar pembinaan bisa berjalan dengan baik dan sesuai standar.

Tak hanya itu sekolah juga berpeluang untuk melahirkan atlet berprestasi. Seperti Sekolah Atlet SMA Negeri Olahraga yang berada di Sidoarjo.

Selain belajar pelajaran umum, para siswa digembleng sesuai bakat olahraga masing-masing.Tapi saya menyarankan pula agar pembinaan atlet bisa dilakukan di sekolah reguler.

Pasalnya, beberapa atlet memilih pendidikan di sekolah reguler.

Namun, yang jadi hambatannya adalah, jam belajar mengajar di sekolah reguler. Mereka harus belajar sedari pukul 07.00 hingga 16.00. itu membuat mereka kelelahan. Dan juga jam sekolah terkadang berbenturan dengan jam latihan di klub yang mereka ikuti. Sehingga mereka dengan terpaksa tidak bisa mengikuti latihan rutin, yang bisa berakibat menurunnya performa.

Pendidikan tinggi sudah merancang dan memikirkan untuk menuntaskan hambatan tersebut dengan menyediakan program jurusan pendidikan kepelatihan.

Para lulusan program jurusan tersebut, bisa ditempatkan baik di klub maupun sekolah reguler. Mereka bisa mengajar para siswa atau atlet di kegiatan ekstrakurikuler.

Kalau ekstrakulikuler dibina oleh tenaga pengajar dari lulusan perguruan tinggi bisa menciptakan embrio atlet yang bagus.

Lalu, kemudian dibuatlah klub olahraga sekolah. Nantinya, pemerintah bisa mengadakan turnamen antar klub sekolah dengan klub olahraga luar sekolah. Sehingga para atlet yang menimba ilmu di sekolah reguler tak kehilangan kesempatan untuk menjadi atlet berprestasi.

Tetapi, ada masalah yang harus diselesaikan dengan cara duduk bersama. Yakni jam dan waktu kegiatan ekstrakurikuler serta gaji pengajar ekstrakulikuler. Kalau kegiatan ekstrakurikuler hanya diadakan seminggu sekali, itu percuma. Idealnya, ekstrakurikuler diadakan 3 kali seminggu.

Saya menambahkan, pencocokan potensi para atlet muda harus dilakukan dengan tepat. Kalau tidak, bisa jadi para atlet hanya jadi partisipan tanpa gelar.

Pemerintah Provinsi Jawa Timur Serius Pembinaan Pada Atlet Pelajar

Dispora Pastikan Prestasi Atlet Tak Terkait Keperawanan, Amankan Ponsel Atlet Tiap Malam

Ada riset doktoral Unesa tentang pencocokan potensi para atlet. Selain dari minat, misalnya melihat dari fisik atlet muda. Kalau berbadan tinggi, mereka sebaiknya langsung diarahkan terjun dalam olahraga voli atau basket. Dengan begitu, potensi sesungguhnya atlet muda tidak tenggelam hanya karena salah langkah memilih cabang olahraga.

Sementara itu, yang tak boleh disepelekan yakni pendidikan para atlet muda. Selain berprestasi di olahraga, mereka juga harus bisa berprestasi di dunia pendidikan. Olahraga dan pendidikan harus berjalan beriringan. (nen/bri)

BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved