Kilas Balik
Cerita Unik Masa Kecil Soeharto yang Tak Banyak Orang Tahu, Pernah Trauma Gara-gara Senjata Tajam
Berikut sederet Cerita Unik Masa Kecil Soeharto yang Tak Banyak Orang Tahu, Pernah Trauma Gara-gara Senjata Tajam
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Musahadah
SURYA.co.id - Tak banyak orang tahu, masa kecil Soeharto manyimpan banyak kejadian unik
Bahkan, salah satunya membuat Soeharto sampai trauma
Melansir dari Intisari dalam artikel 'Soeharto Kecil Trauma pada Alat yang Kelak Menjadi Lambang Partai yang Dibencinya, Kebetulan?', kisah unik masa kecil Soeharto
1. Trauma karena arit

Saat berumur tiga tahun, sepulang dari sawah, Soeharto bermain-main dengan arit atau sabit.
Namun arit itu terlepas dari tangkainya, sehingga mengenai kaki kanan.
Akibat kejadian itu, kaki kanan Soeharto terluka.
Hal itulah yang kemudian membuat Soeharto trauma terhadap arit, senjata tajam yang di kampung-kampung biasa dipakai untuk memotong padi atau rumput.
2. Menelan uang logam
Selain itu, ada pengalaman unik lain yang dialami Soeharto kecil.
Sekitar usia 5 tahun, ketika ibunya ke pasar, Soeharto ditinggal sendirian di rumah, dan diberi uang logam 0,5 sen.
Uang logam setengah sen itu dimain-mainkan, bahkan diemut oleh Soeharto, sampai tertelan.

Karena takut, Soeharto menangis lama sekali.
Apalagi ia ditakut-takuti oleh anak-anak lain bahwa uang itu akan menyangkut di dalam perut dan tidak pernah keluar lagi.
Tidak jelas, apakah kemudian uang itu keluar atau tidak.
Soeharto pun tidak ingat apakah ia berhasil menemukan kembali uang tersebut.
3. Nelangsa karena baju
Satu lagi pengalaman pengalaman unik yang dialami Soeharto.
Saat itu ia bermain bersama seorang saudaranya, Darsono, di depan rumah kakek buyutnya Notosudiro.
Waktu itu, kakek buyutnya sedang membuat baju.
Soeharto kemudian dipanggil dan disuruh mengepas sebuah baju yang sedang dibuat.
Dengan senang hati dipakainya baju itu.

Namun ternyata baju itu bukan untuk dia, melainkan untuk Darsono.
Tak lama kemudian, ia disuruh melepas dan menyerahkan baju itu kepada sepupunya.
Padahal saat itu, Soeharto sendiri tidak memakai kemeja, ia hanya mengenakan celana.
Orang tua Darsono sebetulnya cukup mampu, kenapa dia yang justru diberi surjan oleh kakek buyut?
"Saya merasa nista, hina. Saya nelangsa, sedih sekali. Wah, hidup ini kok begini," Soeharto melampiaskan kesedihannya. (Dwipayana, 1989, hal 10)
Nasib Miris Menimpa Soeharto
Selain itu, nasib miris sempat beberapa kali menimpa Soeharto sebelum akhirnya ia menjadi presiden ke-2 RI
Perjalanan karier Soeharto hingga menjadi orang nomor satu di Indonesia memang beberapa kali mendapat rintangan
Rintangan yang pertama datang saat Soeharto muda belum berkarier di militer
Saat itu, Soeharto ditimpa nasib apes saat ia bekerja sebagai pegawai Bank

Dilansir dari Majalah Hai edisi 18 Februari 2008, hal ini berawal saat ia baru lulus dari sekolah menengah pertamanya pada tahun 1939
Soeharto saat itu berniat mencari kerja agar bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
Soeharto akhirnya mendapat kerja sebagai juru tulis di sebuah bank desa.
Sebagai pegawai bank, saat itu Soeharto harus mengenakan blangkon, beskap, dan sarung.
Suatu ketika, sarung yang dipakai Soeharto tiap hari untuk bekerja sudah lusuh.
Lalu, ia dipinjami oleh bibinya sarung kesayangannya.
Sarung itu ternyata tak sengaja nyangkut di jari-jari sepeda yang sedang ia tunggangi.
Dan akhirnya nasib apes itula yang mengakhiri kariernya sebagai juru tulis bank desa.
Menganggur, Soeharto mencoba peruntungan ke Solo.
Seorang teman menginformasi bahwa Angkatan Laut Belanda sedang mencari juru masak.
Tapi, ternyata begitu sampai di Solo lowongan yang dimaksud sudah tak ada
Soeharto pun kembali ke Wuryantoro dan bekerja serabutan (dari ikut membangun langgar sampai membersihkan selokan air), supaya bisa menyambung hidup.
Tak lama kemudian Soeharto mendengar informasi lowongan kerja bergabung dengan Angkatan Perang Belanda (KNIL).
Tanggal 1 Juni 1940 Soeharto mantap mendaftar sebagai prajurit.
Soeharto mendapat pelatihan kemiliteran yang superkeras.
Tiap hari dari Subuh sampai larut malam, Soeharto tak henti-hentinya digembleng fisik dan mental.
Namun, Soeharto justru kepincut dengan disiplin keras dan keteraturan yang diajarkan di sana.
Makanya, Soeharto sukses lulus sebagai kadet terbaik di angkatannya
Tapi di balik kesuksesannya itu, Soeharto sempat melewati masa-masa sulit di militer
Soeharto ternyata pernah putus asa dan berniat banting stir jadi sopir taksi
Niat Soeharto untuk pindah pekerjaan jadi sopir taksi ini diungkap oleh adiknya, Probosutedjo dalam buku Memoar Romantika Probosutedjo: Saya dan Mas Harto
Menurut Probosutedjo, saat itu Soeharto merasa putus asa dengan karier militernya
Tak hanya itu, Probosutedjo juga menyebut Soeharto merasa diperlakukan tak adil di angkatannya
Berikut kesaksian Probosutedjo yang tercantum dalam bukunya :
"Ini adalah kejadian nyata.
Mas Harto memang pernah sangat ingin banting setir menjadi sopir taksi.
Mas Harto pernah merasa putus asa dengan pekerjaannya sebagai tentara.
Dia tak juga naik pangkat dan merasa disikapi tak adil dalam angkatannya.
Dia mengungkapkan niatnya untuk menjadi sopir taksi saja.
Menyetir mencari uang dan tidak perlu gelisah dengan pangkat." tulis Probosutedjo dalam bukunya