Tujuan Terselubung Aulia Kesuma Setelah Bunuh Suami & Anak Tiri, Tak Cuma Bayar Utang Rp 10 Miliar
Aulia Kesuma alias AK ternyata memiliki tujuan terselubung lainnya setelah membunuh suami dan anak tirinya, Pupung Sadili dan M Adi Pradana
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Musahadah
SURYA.co.id - Aulia Kesuma alias AK ternyata memiliki tujuan terselubung lainnya setelah membunuh suami dan anak tirinya, Pupung Sadili alias Edi Chandra (54) dan M Adi Pradana (23)
Tujuan Aulia Kesuma ternyata bukan hanya untuk membayar utangnya sebesar Rp 10 Miliar, tapi juga ingin menguasai uang sisa penjualan
Dilansir dari Kompas.com dalam artikel 'Selain Bayar Utang Rp 10 Miliar, Aulia Incar Sisa Uang Penjualan Rumah', tujuan terselubung Aulia Kesuma ini diungkapkan Dirkrimum Polda Metro Jaya Kombes Suyudi Ario Seto
Suyudi berkata, Aulia disebut akan menjual rumah itu seharga Rp 14 miliar dengan tujuan membayar utang senilai Rp 10 miliar dan memiliki sisa uang Rp 4 miliar.
"Aset korban dinilainya Rp 14 miliar, tapi utang tersangka (Aulia) sebesar Rp 10 miliar ya. Yang diincar tersangka Rp 4 miliar itu. Dia mikir ada uang senilai Rp 4 miliar yang bisa dia kuasai kalau dia membunuh (Edi)," kata Suyudi di Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Senin (2/9/2019).
• Pantesan Aulia Kesuma Bohong ke 2 Pembunuh Bayaran, Mulanya Tak Minta Bunuh Pupung dan Dana
• Analisis Terbaru Lokasi Cerita KKN di Desa Penari Diduga Ada di Bondowoso. Berikut Foto & Ulasannya
• Penyebab Sebenarnya Kecelakaan Tol Cipularang Diselidiki Pakai Metode TAA, Berikut Penjelasannya
Namun, permintaan untuk menjual rumah itu ditolak oleh Edi.
Hal itu membuat Aulia sakit hati dan merencanakan pembunuhan terhadap Edi dan anak tirinya, M Adi Pradana alias Dana (23).
Diberitakan sebelumnya, motif tersangka AK tega menghabisi nyawa suami dan anaknya karena terlilit utang sebesar Rp 10 miliar.
Utang Rp 10 miliar tersangka AK disebabkan oleh usahanya yang gagal dan perilakunya yang banyak menggunakan kartu kredit.
Rincian utang Rp 10 miliar Aulia Kesuma dipaparkan oleh pihak kepolisian dan juga alasan mengapa ia menanggung utang fantastis tersebut.
Pasalnya, utang 10 miliar inilah yang dituding menjadi akar permaslahan hingga membuat Aulia Kesuma tega menghabisi Pupung Sadili alias Edi Chandra (54) dan M Adi Pradana (23).

Menurut Kapolsek Sukabumi AKBP Nasriadi, Aulia Kesuma terlilit utang hingga mencapai Rp 10 miliar karena ingin membangun usaha.
Aulia Kesuma memiliki utang atas namanya sendiri senilai Rp 7 miliar di salah satu bank.
Sementara itu, utang senilai Rp 2,5 miliar tercatat atas namanya dan juga suami.
Ditambah lagi utang yang berasal dari kartu kredit yang mencapai Rp 500 juta.
"Jadi sekitar Rp 10 M," kata Nasriadi, seperti dikutip dari tayangan Kompas TV, Kamis (29/8/2019).
Lalu apa yang menyebabkan Aulia Kesuma terlilit utang hingga mencapai Rp 10 milyar?
Nasriadi menyampaikan bahwa utang-utang tersebut ia gunakan untuk membangun usaha, salah satunya rumah makan.
Namun, nampaknya bisnis yang ia coba gagal hingga menyebabkan kerugian.
Sementara itu, pasangan ini kabarnya harus membayar cicilan ke bank senilai Rp 200 juta per bulannya.

Aulia Kesuma pun membujuk sang suami, Pupung Sadili untuk menjual rumah mereka demi melunasi utang yang menumpuk.
Namun, bujukannya tersebut ditolak oleh sang suami lantaran rumah tersebut merupakan peninggalan orang tua.
"Suaminya tidak mau karena rumah ini warisan orangtuanya," ujar dia.
Hal ini yang memicu Aulia Kesuma nekat menyewa pembunuh untuk menghabisi suami dan anak tirinya.
Selain motif utang, Aulia Kesuma disebut juga punya motif sakit hati.
Pendapat Psikolog
Seperti diketahui, pemicu utama AK (Aulia Kesuma) tega menghabisi nyawa suami dan anak tirinya karena terlilit utang sebesar Rp 10 miliar.
Dalam kasus Aulia Kesuma ini, faktor tekanan ekonomi dan finansial menjadi pemicu utama hingga mampu membuat pelaku melakukan pembunuhan
Dilansir dari Kompas.com dalam artikel 'Ketika Sesal Terucap dari Istri yang Bakar Jasad Suami dan Anak karena Utang Miliaran', seorang dosen psikologi di Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Laelatus Syifa SA, MPsi angkat bicara tentang kasus tersebut
Menurut Laelatus, tekanan ekonomi yang berlarut-larut sangat dimungkinkan memicu tindakan agresif seseorang.
"Tentu saja permasalahan finansial yang tidak kunjung selesai bisa menyebabkan tekanan psikologis berkepanjangan, yang membuat satu sama lain menjadi lebih sensitif, mudah sakit hati, dan mudah memicu ke tindakan agresif," kata Laelatus
Dilansir dari Hellosehat, masalah pemecatan, utang piutang atau bahkan tidak bisa membayar tagihan bisa menjadi sebuah masalah yang berujung depresi.
Ada beberapa tips yang bisa dilakukan ketika stress akibat masalah finansial.
1. Jangan panik, cobalah menerima kenyataan
Saat Anda mengalami stress akibat masalah keuangan, ada baiknya untuk tetap fokus dan tenang dalam menerima kenyataan.
Kendalikan diri Anda untuk tidak terpengaruh oleh hal lain yang bisa menyebabkan tingkat kecemasan Anda lebih tinggi.
Hindari juga bereaksi berlebihan seperti menangis atau mengeluh pada orang lain secara terus menerus (karena sebagian besar itu tidak membuahkan hasil).
Baiknya Anda tetap tenang dan fokus mencari jalan keluar.
2. Coba buat rencana keuangan lain
Anda harus mencari tahu penyebab dan akar dari masalah keuangan ini terjadi.
Cara yang bisa Anda lakukan adalah menulis hal-hal tertentu yang bisa mengurangi biaya keuangan Anda.
Lalu, Anda harus berkomitmen pada rencana pengurangan biaya tersebut sembari memeriksanya secara teratur.
Meskipun hal tersebut dapat menimbulkan rasa cemas dalam beberapa saat, nyatanya saat Anda menuangkan keluh kesah dan rencana berikut di atas kertas, hal itu bisa mengurangi stress yang ada.
3. Jangan melampiaskan stress ke hal lain yang lebih buruk
Tidak jarang, kondisi stress akibat masalah keuangan akan berujung pada kegiatan yang tidak sehat.
Contoh pelampiasan dari masalah keuangan tersebut adalah seperti merokok berlebihan, minum-minuman keras, berjudi, atau bahkan mencuri barang milik orang lain.
Waspadalah terhadap dorongan diri untuk berlaku demikian.
Jika hal itu malah membuat Anda semakin stress, cobalah untuk meminta bantuan dari psikolog atau klinik kesehatan sebelum stress Anda ini berubah menjadi depresi.
4. Coba ubah masa-masa sulit menjadi sebuah peluang lain
Di waktu-waktu sulit seperti ini, ada baiknya Anda mengambil hikmah yang positif.
Meski sulit, masa-masa seperti ini bisa membuat perubahan terhadap diri sendiri.
Anda bisa memikirkan cara-cara lain sambil memotivasi diri untuk keluar dari masalah keuangan ini.
Pertimbangkan juga untuk mempelajari keterampilan baru dengan cara mengikuti kursus atau kerja sampingan.
Kuncinya adalah buat diri Anda menggunakan waktu sulit ini untuk berpikir lebih kreatif dan mencari cara baru dalam mengelola keuangan yang berantakan.
5. Mintalah dukungan profesional
Selain beberapa cara di atas, masalah keuangan ini bisa diselesaikan jika Anda meminta bantuan pada orang yang tepat.
Cobalah untuk berkonsultasi pada layanan konseling dan perencana keuangan guna membantu Anda mengendalikan keuangan Anda.
Jika Anda terus terbebani oleh stres, Anda mungkin ingin berbicara dengan seorang psikolog yang dapat membantu mengatasi emosi di balik kekhawatiran finansial Anda.
6. Percayakah kalau semua akan baik- baik saja
Terakhir, saat Anda berada dalam titik depresi yang berat, Anda harus benar-benar percaya kalau semua akan baik-baik saja.
Yakinkan dalam hati kalau Anda bisa dan semua ini akan berubah menjadi lebih baik. Kebanyakan orang yang menerapkan terapi perilaku kognitif bisa melalui hal-hal sulit yang berujung baik.