Reramban, Daun-Daun Gugur di Sekitar Rumah Disulap Jadi Produk Ecoprint Eksklusif

Berawal dari memanfaatkan daun-daun yang berguguran di sekitar rumah, kini Mutiara Arsya Vidianinggar Wijanarko menjalankan bisnis usaha ecoprint.

surabaya.tribunnews.com/christine ayu nurchayanti
Mutiara Arsya ketika berpose di samping produk ecoprint miliknya. Baju yang ia kenakan juga koleksi ecoprint miliknya 

SURYA.co.id | SURABAYA - Berawal dari memanfaatkan daun-daun yang berguguran di sekitar rumah, kini Mutiara Arsya Vidianinggar Wijanarko menjalankan bisnis usaha ecoprint.

Sejak 2017 silam, brand 'Reramban' miliknya mulai merambah industri kreatif yang mengusung konsep ecofriendly ini.

"Akhir-akhir ini sedang tren gaya hidup ecofriendly di masyarakat. Saya berpikir, membuat produk yang unik dan ramah lingkungan merupakan peluang usaha," ungkap Mutiara.

Reramban menghadirkan beragam koleksi busana ready to wear yang cenderung daily, seperti outer, kemeja, jaket, blouse, dan lain sebagainya. Nantinya, Mutiara mengatakan, Reramban juga akan menghadirkan koleksi tas dan dompet.

"Awalnya saya belajar (ecoprint) secara otodidak. Saat itu, saya membuat produk ecoprint yang sederhana. Setelahnya, saya belajar ke Yogyakarta untuk upgrade ilmu agar menghasilkan produk yang lebih eksklusif," ungkapnya.

Selain itu, lanjutnya, Reramban juga kerap bekerja sama dengan dinas, seperti Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Timur.

Reramban pun sering berpatisipasi dalam pameran UMKM yang diselenggarakan baik di dalam maupun luar kota.

"Daun-daun kering yang saya gunakan memang kebanyakan saya dapat dari sekitar rumah seperti daun kesumba, jarak, kalpataru, eucalyptus, dan jenitri," papar Mutiara.

Selain ingin menerapkan ecofriendly dalam pembuatan ecoprint, Mutiara juga ingin memanfaatkan bahan-bahan dari lingkungan sekitar.

Untuk menjalankan usahanya ini, Mutiara dibantu oleh dua karyawan lepas.

"Cara membuatnya, kain yang akan digunakan terlebih dahulu dicuci bersih. Kemudian dicelup ke dalam cairan yang mengandung unsur logam. Setelah itu, tata daun di atas kain. Gulung. Lalu steam selama kurang lebih 240 menit," Mutiara memaparkan.

Kain yang digunakan beragam, mulai dari sutera, katun, rayon, dan lain sebagainya.

"Proses yang paling menentukan yaitu ketika menunggu hasil steam-an. Karena ecoprint ini ajaib, belum tentu yang kita harapkan bisa jadi. Kita tidak bisa menebak hasilnya. Maka dari itu, kemungkinan hasilnya sama itu kecil," Mutiara mengatakan.

Untuk harga, Mutiara membandrol mulai dari Rp 400 ribu untuk kain serta pakaian ready to wear mulai dari Rp 550 ribu. Dalam satu bulan, omzet yang dihasilkan mencapai Rp 8 juta hingga Rp 10 juta.

"Agar tetap eksis, kami selalu berinovasi dan berkomitmen melalui ciri khas produk kami. Tak lupa branding di media sosial serta bangga memakai produk sendiri," pungkasnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved