Kilas Balik

7 Prajurit TNI Dikepung Ratusan Pemberontak Fretilin Saat Jemput Benny Moerdani, Endingnya Selamat

7 Prajurit TNI Dikepung Ratusan Pemberontak Fretilin Saat Jemput Benny Moerdani, Endingnya Selamat. Berikut kisahnya

Kolase KOMPAS.com/HADI MAULANA dan Tribun Jambi
Ilustrasi: pasukan marinir (kiri) dan Fretilin (kanan) 

SURYA.co.id - Beberapa prajurit TNI yang sempat bertugas di Timor Tmur (sekarang Timor Leste) tentu pernah mengalami pertempuran cukup sengit melawan Fretilin

Salah satunya dialami beberapa prajurit TNI dari Batayon Infanteri Lintas Udara (Yonif Linud) 501, yang pernah dihujani tembakan ratusan pemberontak berjuluk 'Krebo Hutan' itu

Dilansir dari SOSOK.grid.id dalam artikel 'Sengit! Kisah Pertempuran Marinir Indonesia Menyapu Habis Kombatan Timor Timur : Maju Terus!',  hal ini berawal saat pasukan dari Batayon Infanteri Lintas Udara (Yonif Linud) 501 berangkat dari markasnya menuju Baucau, Timor-Timur pada bulan Maret 1983

Yonif Linud 501 saat itu dipimpin oleh Letkol Inf Sujana.

Operasi Seroja 1975
Operasi Seroja 1975 (Capture youtube via Trubun Jambi)

Misi mereka ialah mengadakan kontak damai dengan para milis kemerdekaan Timtim.

Pada 9 Maret 1984 Wakil Komandan Batalyon Mayor Inf Wibisono memerintahkan Serda Trilis untuk menjemput dan mengawal Pangab L.B. Moerdani dalam rangka kunjungan orang nomor satu di TNI itu di Timtim.

Serda Tilis beserta 8 personel Yonif Linud 501 bergerak menuju distrik Viqueque menggunakan 4 kendaraan Land Rover untuk menjemput L.B.Moerdani.

Jangan bayangkan perjalanan tersebut akan melewati jalan-jalan mulus.

Di Timtim, jalan-jalan beraspal hanya ada di kota-kota besar macam Baucau dan Dili.

Benar saja pukul 02.30 WIT salah satu kendaraan Land Rover Yonif 501 mogok di tengah hutan rimba.

Untungnya mobil dapat diperbaiki dan bisa melanjutkan perjalanan.

Baru dua jam melanjutkan perjalanan, pada pukul 04.30 WIT 10 Maret 1984, kesembilan personel Yonif Linud 501 dihadang ratusan milisi 'Si Krebo Hutan' alias Fretilin di gunung Baunoraq perbatasan Osso-Viqueque.

Milisi Fretilin langsung menghujani keempat kendaraan Land Rover dengan tembakan gencar

Belum sempat memberikan perlawanan, Serda Tilis sebagai pimpinan para personel Yonif Linud 501 tertembak lengan kanannya.

Ia tewas saat itu juga.

Mengetahui hal ini kedelapan personel Yonif Linud langsung keluar mobil sembari berlindung dan membalas tembakan milisi Fretilin.

Satu lagi personel 501, Pratu Imam terkena tembakan dan meregang nyawa.

Sadar kalah jumlah, sisa personel Yonif Linud 501 tetap nekat bertahan dari serangan Fretilin menggunakan rifle SS-1.

Bagai neraka dunia, ketujuh personil TNI itu dihujani tembakan dari segala arah.

Tahu lawannya terdesak, ratusan milisi Fretilin meneriakkan "Apanca Maubere!" yang berarti "maju terus" untuk segera menghabisi sisa personel Yonif Linud 501.

Antara hidup dan mati, tujuh personel Yonif Linud berusaha menahan serangan Fretilin.

Milisi Fretilin semakin dekat, namun ketika jarak antara mereka tinggal 10 meter lagi datang bala bantuan.

Sebuah helikopter dan tembakan mortir yang berasal dari pasukan Marinir Indonesia menyalak menerjang posisi musuh.

Bantuan dadakan itu membuat Fretilin seperti 'Sitting Duck' alias sasaran empuk karena maju tanpa perlindungan sama sekali.

Tembakan mortir Marinir tadi kemudian menghantam kelompok milisi Fretilin.

Tanpa basa-basi, para personel Marinir langsung memberi serangan tak kalah gencar ke para milisi gerakan pengacau keamanan tersebut.

Hasilnya banyak milisi yang tewas dan akhirnya melarikan diri.

Selamat sudah nyawa para personel Yonif Linud 501.

Pukul 12.00 WIT situasi kembali normal aman terkendali.

Setelah melakukan pengecekan diketahui 3 personel Yonif Linud 501 gugur, 2 orang terluka dan 4 lainnya selamat.

Kesembilan anggota 501 kemudian dievakuasi memakai helikopter menuju lapangan embarkasi di Kelikai.

Personel 501 yang selamat lantas dimntai keterangan oleh Pasi-1 Yonif Linud 501 Kapten Inf Suryo tentang bagaimana rincian penghadangan tersebut. 

Kisah prajurit TNI yang tak kalah heroik dialami Pratu Suparlan

Kisah heroik ini terjadi di medan perang, di wilayah Timor Timur, atau sekarang bernama Timor Leste.

Pratu Suparlan menawarkan diri untuk menahan serangan Fretilin
Pratu Suparlan menawarkan diri untuk menahan serangan Fretilin (Tribun Medan)

Peristiwa yang terjadi pada 9 Januari 1983 ini, menjadikan Pratu Suparlan seorang yang sangat diingat.

Dilansir dari laman kopassus.mil.id, kejadian ini berawal saat ia bersama timnya tengah berpatroli di wilayah Timor Timur.

Di bawah pimpinan Letnan Poniman Dasuki, Pratu Suparlan dan anggota lainnya  berpatroli di garis rawan musuh, yakni di pedalaman hutan bumi Lorosae.

Lokasi tersebut dikenal sebagai tempat bermukimnya para pengacau alias pemberontak bengis, yang dijuluki Fretilin si 'krebo hutan'.

Seperti membangunkan macan yang tertidur, satu unit anggota Kopassus ini pun dicegat oleh gerombolan pengacau.

300 orang Fretilin membawa senjata, disertai senapan serbu, dan pelontar granat.

Maka terjadilah pertempuran sengit antara Kopassus dengan Fretilin.

Jumlah anggota Kopassus yang kalah banyak dari para pengacau itu, membuat mereka kerepotan.

Ditambah lagi, cuaca ekstrem melanda di tengah sengitnya baku tembak.

Dihujani dengan tembakan yang membabibuta, semakin membuat anggota Kopassus semakin terdesak.

Parahnya lagi, mereka sudah terjepit karena di belakangnya terdapat jurang curam.

Sebanyak tujuh anggota Kopassus pun berguguran terkena serangan.

Terpaksa Letnan Poniman pun memberi perintah untuk mundur.

Melihat kondisi medannya, mereka hanya memiliki satu jalan keluar, yakni melalui celah bukit yang ada di sekitar mereka.

Sayangnya, kepungan Fretilin yang terus mendesak itu dinilai tak memungkinkan untuk pelarian mereka.

Akhirnya, Pratu Suparlan pun turun tangan.

Kopassus
Kopassus (Kompas/KARTONO RYADI)

Pratu Suparlan menawarkan diri untuk menahan serangan Fretilin.

Sementara anggota Kopassus lainnya berlarian berlindung menuju bukit.

Pratu Suparlan maju menghadapi para pemberontak ganas itu seorang diri.

Ia hanya bermodalkan senapan milik rekannya yang sudah terkapar tak bernyawa.

Penuh kepercayaan diri, Pratu Suparlan pun menyerang ratusan Fretilin itu.

Sehebat apapun tembakan Pratu Suparlan, tak akan mampu menahan ribuan peluru yang menghujaninya.

Tubuhnya pun  banyak tertembus timah panas yang ditembakkan para pemberontak.

Saking banyaknya terkena tembakan, membuat Pratu Suparlan tak bisa berdiri tegak.

Walaupun mencoba membalas tembakan menggunakan senapan di tangannya, Pratu Suparlan sudah tak sanggup melawan banyak.

Di antara hidup dan matinya Pratu Suparlan yang penuh luka ini, Fretilin malah terus menghujaninya dengan tembakan.

Di detik-detik terakhir sisa tenaganya, Pratu Suparlan pun melakukan tindakan yang tak terduga.

Ternyata masih ada satu senjata pamungkas di dalam kantong seragamnya.

Pratu Suparlan merogoh sebuah granat lalu menarik pemicunya dan dengan berani melompat di antara para Fretilin itu, sambil mengucap takbir.

Ledakan granat ini telah memborbardir puluhan Fretilin.

Sebanyak 83 Fretilin menjadi korban, bersama Pratu Suparlan.

Setelah ledakan granat itu, bala bantuan pun datang.

Ratusan Fretilin yang masih tersisa pun berhamburan diserang oleh bala bantuan TNI.

Sumber: Grid.ID
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved