Kilas Balik
Momen Menegangkan Mahasiswa Datangi Rumah Soeharto Setelah Lengser, Mimik Wajah Pak Harto Berubah
Sekelompok mahasiswa mengalami momen menegangkan saat berkunjung ke rumah Soeharto setelah setahun presiden ke-2 RI itu lengser
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Adrianus Adhi
Sempat ada nada kekecewaan saat Soeharto menjawab pertanyaan mengenai KKN.
"Berbagai kebijakan yang saya keluarkan pada saat menjabat, selalu saya utamakan untuk kepentingan daripada masyarakat banyak. Apabila kemudian lantas ada pelanggaran atau penyelewengan, itu terjadi dalam pelaksanaannya, oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab." kata Soeharto
Mantan penguasa Orde Baru itu mengaku amat kecewa, karena segala masalah KKN selalu dirinya yang dituding.

Tidak terasa, percakapan telah berjalan hampir dua jam.
Cerita mengenai banyak hal yang pernah dilansir media massa maupun belum, mereka dapatkan pagi itu.
Perbincangan itu mereka rasakan sama halnya seorang bapak yang berbicara di depan anak-anaknya, yang tentunya juga diselingi nasihat-nasihat.
Pukul sebelas lewat mereka pun mohon diri, pulang membawa pengalaman yang tak terlupakan.
Terlepas dari kesalahan dan kekeliruannya sebagai manusia biasa, nama Soeharto pernah tercatat dalam sejarah sebagai Bapak Bangsa.
Penjagaan yang super ketat di rumah keluarga cendana memang sudah dilakukan semenjak Soeharto lengser
Setelah Soeharto lengser, suasana mencekam sempat menyelimuti rumahnya sehingga penjagaan di sekitar Jalan Cendana, Jakarta Pusat, sangat ketat.
Dilansir dari Kompas.com dalam artikel 'Kisah Wiranto Cegah "Pengadilan Rakyat" terhadap Soeharto dan Keluarga', tidak ada satu elemen mahasiswa atau massa pun yang bisa menembus barikade aparat keamanan.
Ketika itu, hampir setiap hari ada aksi unjuk rasa yang menuntut Soeharto diadili. Mereka berkumpul di sekitar Taman Surapati dan Tugu Tani.
"Bahkan, tidak jarang saya mendengar ada di antaranya yang menuntut dilakukannya 'pengadilan rakyat' atas mantan Presiden RI, Soeharto," kata Wiranto.
Wiranto mengatakan, hak setiap orang untuk berdemonstrasi. Namun, Wiranto meminta aksi itu dilakukan dengan damai.
Wiranto khawatir gerakan demo dapat mengarah kepada tindakan anarkisme dan brutalisme, yang dianggapnya akan menodai reformasi.