Aksi 22 Mei

Detik-detik Penangkapan TJ Mantan Tentara yang Berencana Bunuh 4 Jenderal, Puluhan Polisi Diturunkan

Detik-detik penangkapan Tajudin atau TJ mantan tentara yang menjadi tersangka rencana pembunuhan empat pejabat negara terjadi pada Jumat (24/5/2019)

Kompas TV
Kadiv Humas Polri, Irjen M Iqbal ungkap kronologi rencana pembunuhan di balik kerusuhan 22 Mei 

SURYA.co.id - Detik-detik penangkapan Tajudin atau TJ mantan tentara yang menjadi tersangka rencana pembunuhan empat pejabat negara terjadi pada Jumat (24/5/2019)

Dilansir dari Kompas.com dalam artikel 'Eksekutor Rencana Pembunuhan Pejabat Negara Ditangkap di Halaman Indomaret', detik-detik penangkapan TJ berawal saat ia tengah duduk di kursi parkiran Indomaret, Jalan Raya Sirkuit Sentul, Babakan Madang, Desa Sentul, Bogor, Jawa Barat

Salah satu warga sekitar bernisial NF yang melihat penangkapan itu mengaku tidak berani mendekat lantaran banyak polisi berpakaian hitam, menggunakan helm dan membawa senjata api laras panjang.

Menurut NF, saat penangkapan itu ada puluhan polisi turun dari mobil dan langsung membekuk TJ lalu dibawa ke dalam mobil. Saat itu lokasi penangkapan masih sepi.

"Iya ditangkapnya pagi, dia (TJ) lagi duduk di kursi tiba-tiba saja datang polisi ada sekitar 10 orang lebih pakaian hitam-hitam bawa senjata dan ada tiga mobil," kata NF kepada Kompas.com saat ditemui di lokasi penangkapan, Rabu (29/5/2019).

Kivlan Zen Pernah Pekerjakan Tersangka Dalang Kerusuhan 22 Mei Sebagai Sopir, ini Kata Kuasa Hukum

Vincent Raditya Dipanggil ke Mabes TNI AU Seusai Lisensi Terbangnya Dicabut, Ditantang ini!

Respons Jenderal (Purn) Wiranto Saat Jadi Target Pembunuhan, Tersenyum Lalu Ungkap Tujuan si Pelaku

Lokasi penangkapan Tajudin alias TJ di Parkiran Indomaret, Jalan Raya Sirkuit Sentul, Babakan Madang, Desa Sentul, Bogor, Jawa Barat, Rabu (29/5/2019)
Lokasi penangkapan Tajudin alias TJ di Parkiran Indomaret, Jalan Raya Sirkuit Sentul, Babakan Madang, Desa Sentul, Bogor, Jawa Barat, Rabu (29/5/2019) (Kompas.com/AFDHALUL IKHSAN)

NF mengatakan, ia melihat TJ dipisah dengan rekannya saat akan dibawa ke mobil.

Pria tersebut diketahui sempat berbincang-bincang dengan TJ di kursi Indomaret tersebut.

"Enggak sendirian. Ada juga satu dipisahin dari temennya (TJ). Pakai jaket celana pendek. Keduanya memang duduk di kursi it, enggak masuk (beli) ke Indomaret. Jadi saya lihatnya dari dalam karena enggak berani mendekat," ungkap NF.

Saksi lain berinisial SM mengaku sebelum TJ pindah tempat duduk ke Indomaret, ia sempat melihatnya bersama seseorang di warung tak jauh lokasi penangkapan.

"Benar, ditangkap di kursi Indomaret. Tapi sebelumnya mereka duduk di sini (warung kopi) pagi-pagi. Yang ditangkap (TJ) ngopi sama temannya sambil berbicara serius dan akhirnya pindah ke Indomaret itu," ucap SM yang merupakan tukang ojek pangkalan

Menurut SM, perawakan TJ besar dan tubuhnya tegap layaknya seorang aparat. Pada saat itu ia juga melihat TJ membawa tas sambil sibuk menelepon.

"Iya di warung ini sama temannya ngopi, yang satu badannya besar bawa tas sambil sibuk nelepon," terangnya.

Warga sekitar pun kaget melihat penangkapan itu karena tersangka tidak melakukan hal yang mencurigakan.

"Biasa saja enggak ada curiga karena yang badannya besar ini seperti Buser. Dan memang dia yang ditangkap kemudian dibawa masuk ke mobil di depan Indomaret itu," bebernya.

Di sisi lain, Kepala Polsek Babakan Madang Komisaris Polisi Wawan Wahyudin membenarkan, terkait penangkapan seseorang yang terduga terlibat dalam kasus kepemilikan senjata api ilegal.

"Iya betul, dari hasil penelusuran anggota kami ada seseorang yang diamankan di sekitar Indomaret. Orangnya langsung ditangkap karena memang kegiatan seperti itu kewenangan Mabes Polri hasil pengembangan barbuk juga disana," ujarnya.

Ia mengatakan orang yang ditangkap bukan warga Babakan Madang, tapi warga Cibinong

TJ merupakan salah satu tersangka dari enam tersangka lainnya yang terkait dengan kepemilikan senjata api ilegal, yang diduga digunakan untuk perencanaan kerusuhan di Jakarta, 21- 22 Mei 2019.

Dari hasil pengembangan, enam tersangka tersebut berupaya membunuh empat tokoh nasional dan satu pimpinan lembaga survei atas suruhan seseorang.

4 Jenderal Target Pembunuhan

Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian mengungkapkan empat nama pejabat negara yang menjadi sasaran dalam rencana pembunuhan oleh enam tersangka yang telah ditangkap.

Keempat nama itu adalah Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Jenderal (Purn) Wiranto, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman (Menko Maritim) Jenderal (Hor) (Purn) Luhut Binsar Panjaitan, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jenderal (Purn) Budi Gunawan, dan Staf Khusus Presiden Bidang Intelijen dan Keamanan Komisaris Jenderal (Purn) Gories Mere.

Hal itu disampaikan Tito Karnavian di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Selasa (28/5/2019).

"Ada Pak Wiranto, Menko Polhukam, Ada Pak Luhut, Menko Maritim. Lalu ada Pak Kepala BIN, dan juga ada Pak Gories Mere," ujar Tito Karnavian. 

Ia mengatakan, informasi tersebut berasal dari Berita Acara Pemeriksaan (BAP).

Tito Karnavian memastikan informasi tersebut bukan berasal dari informasi intelijen.

"Ini dari hasil pemeriksaan tersangka. Jadi bukan informasi intelijen. Kalau informasi intelijen tidak perlu pro justicia," lanjut dia mengatakan.

Polisi mengungkap adanya kelompok pihak ketiga yang ingin menciptakan martir dalam aksi menolak hasil Pilpres pada 22 Mei 2019 di depan gedung Bawaslu, Jakarta.

Selain itu, kelompok ini juga diduga berniat melakukan upaya pembunuhan terhadap empat pejabat negara dan seorang pemimpin lembaga survei.

Kepala Divisi Humas Polri Irjen Muhammad Iqbal menjelaskan, kronologi upaya pembunuhan ini bermula sejak 1 Oktober 2018.

Saat itu, HK mendapatkan perintah dari seseorang untuk membeli senjata.

"HK menerima perintah dari seseorang untuk membeli dua pucuk senpi laras pendek di Kalibata. Seseorang ini, pihak kami sudah mengetahui identitasnya. Sedang didalami," kata Irjen Muhammad Iqbal dalam jumpa pers di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Senin (27/5/2019).

Setelah itu, lanjut Irjen Muhammad Iqbal, pada 13 Oktober HK menjalankan perintah dan membeli senjata.

Ada empat senjata yang didapat oleh HK dari AF dan AD.

Sebagian senjata itu lalu diserahkan HK kepada rekannya, AZ, TJ, dan IR.

Pada 14 Maret, HK mendapat transfer Rp 150 juta. Sebanyak Rp 25 juta ia bagikan kepada TJ.

"TJ diminta membunuh dua tokoh nasional. Saya tak sebutkan di depan publik. Kami TNI Polri sudah paham siapa tokoh nasional tersebut," kata Irjen Muhammad Iqbal. B

Lalu, pada 12 April, HK kembali mendapat perintah lagi untuk membunuh dua tokoh nasional lainnya.

"Jadi, ada empat target kelompok ini menghabisi nyawa tokoh nasional," ujarnya.

Saat ditanya apakah tokoh nasional yang dimaksud adalah pejabat negara, Iqbal membenarkan.

"Pejabat negara. Tapi bukan presiden. Tapi bukan kapasitas saya menyampaikan ini. Nanti kalau sudah mengerucut baru dikasih tahu," kata dia.

Selain empat pejabat negara, belakangan HK juga mendapat perintah untuk membunuh seorang pemimpin lembaga survei.

"Terdapat perintah lain melalui tersangka AZ untuk bunuh satu pemimpin lembaga swasta. Lembaga survei. Dan tersangka tersebut sudah beberapa kali menyurvei rumah tokoh tersebut," ujar Irjen Muhammad Iqbal.

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved