Ramadan 1440 H

Damar Kurung Mini Festival, Upaya Lestarikan Kearifan Lokal Indonesia Digelar di Surabaya

Damar Kurung Institute berkolaborasi bersama warung Mbah Cokro menggelar Mini Festival Damar Kurung 2019, Minggu (19/5/2019).

Penulis: Christine Ayu Nurchayanti | Editor: Parmin
surya.co.id/habibur rohman
DAMAR KURUNG - Peserta menggambar motif damar kurung  di Warung Mbah Cokro Surabaya, Minggu (19/5/2019).  

Surya.co.id | SURABAYA - Damar Kurung Institute berkolaborasi bersama warung Mbah Cokro menggelar Mini Festival Damar Kurung 2019, Minggu (19/5/2019).

Berlokasi di Warung Mbah Cokro, Jalan Prapen No 22 Surabaya, gelaran bertujuan memperkenalkan dan melestarikan lentera khas Kabupaten Gresik ini diikuti  30 peserta dari segala usia, mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa.

"Mini Festival Damar Kurung kali ini berupa workshop pembuatan damar kurung. Hasilnya akan dipamerkan pada malam hari," tutur Novan Effendy, ketua Damar Kurung Institute.

Damar kurung, lanjutnya, merupakan warisan budaya yang hadir sebagai penanda bulan Ramadan. Kali ini, lentera yang berbentuk kubus empat sisi ini menghadirkan berbagai gambar yang merefleksikan aktivitas selama Ramadan.

Sebelumnya, festival serupa telah diselenggarakan di beberapa kota seperti Bandung, Semarang, dan Jogjakarta.

"Festival Damar Kurung sebenarnya sudah berjalan sejak tahun 2012 dan hadir setiap tahun hingga 2017. Biasanya kami hadirkan 300-500 damar kurung. Setelahnya, kami memilih untuk lebih fokus memberikan pelatihan atau workshop pembuatan damar kurung seperti hari ini," tutur Novan.

Ia menganggap Surabaya menjadi salah satu kota yang antusias menyambut kegiatan ini. Terbukti dengan banyaknya pesan dan pertanyaan yang masuk di media sosial Damar Kurung Institute.

"Dengan adanya kegiatan ini, semoga masyarakat lebih mengenal damar kurung dan terus melestarikannya," jelasnya.

Angga, aktivis komunitas Paguyuban Sedikit Masyarakat Seni Surabaya menuturkan ia tertarik dengan damar kurung karena memiliki karakteristik yang unik.

"Ternyata kita juga punya lampion, bukan hanya Cina. Gambar-gambar yang diusung pun mengangkat kearifan lokal Indonesia," jelasnya.

Angga menuturkan ini baru pertama kalinya ia membuat damar kurung dan mengaku tidak menemui kesulitan.

"Mengikuti acara ini, saya berharap lebih mengetahui tentang damar kurung. Warisan budaya memang harus terus dilestarikan," tutur Angga.

Mini Festival Damar Kurung ini, tutur Bobo, anggota Remaja Cokro merupakan serangkaian acara Pondok Ramadan yang digelar selama bulan puasa.

"Selain ada festival ini, juga ada sajian musik, penggalangan donasi, dan kegiatan lainnya,"jelas Bobo.

Harapannya semoga masyarakat bisa melakukan kegiatan positif selama Ramadan. Adanya festival ini semoga bisa membuat kita lebih mengenal budaya dan sejarah.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved