7 FAKTA 6 Bersaudara yang Lewati Ramadan Tanpa Orang Tua, Ibunya Meninggal Dunia dan Ayah Dipenjara
7 FAKTA 6 Bersaudara yang Lewati Ramadan Tanpa Orang Tua, Ibunya Meninggal Dunia dan Ayah Dipenjara
Penulis: Akira Tandika Paramitaningtyas | Editor: Musahadah
SURYA.co.id - Enam bersaudara ini harus jalani puasa Ramadan 1440 H tanpa ditemani oleh kedua orang tuanya.
Dikabarkan melalui sebuah unggahan Facebook, keenam bersaudara ini harus menjalani puasa sendiri lantaran ibunya baru saja meninggal dunia, sementara ayahnya tengah mendekam di penjara.
Kisah enam bersaudara asal Malaysia ini dikabarkan oleh seseorang yang dulunya adalah majikan dari almarhumah ibunya.
Dilansir dari Tribun Medan dalam artikel 'Ibu Meninggal Ayah Dipenjara, 6 Bersaudara Ini Sambut Ramadhan Tanpa Orang Tua', berikut fakta-fakta yang bisa dirangkum oleh SURYA.co.id.
• Kisah Anak Tukang Bersih-bersih Balai Desa Mojokerto Lulus 3,5 Tahun dan Cumlaude Stikom Surabaya
• Isi Chat WhatsApp Ratna Sarumpaet saat Minta Uang 15 Juta ke Fadli Zon Terungkap, Begini Rayuannya
• Tangis Opick & Ustaz Derry Sulaiman Pecah saat Bawa Rambut Rasulullah ke Tanah Air, ini Amanah
1. Sang ibu meninggal dunia karena kecelakaan
Dilansir dari laman says.com disebutkan bahwa keenam orang anak kecil ini menyambut datangnya bulan Ramadhan tanpa kehadiran kedua orang tua mereka.
Ibu mereka telah meninggal dunia karena kecelakaan pada 25 April lalu.
Sejak kepergian ibu mereka, keenam orang kakak beradik ini tinggal menumpang di rumah om dari ayah mereka.
2. Ayahnya dipenjara
Ayah dari keenam bocah malang itu kini tengah mendekam di penjara.
Ia baru akan bebas setelah perayaan Idul Fitri nanti.
3. Diasuh oleh saudara
Keenam bocah asal Malaysia ini diasuh oleh paman mereka yang bernama Sajirin.
Sajirin merasa prihatin dan bertanggung jawab untuk memastikan keenam ponakannya tetap berada dalam kondisi yang baik dan gembira jelang bulan ramadan.

4. Anak pertama berusia 12 tahun
Sulung dari enam bersaudara inni diketahui baru berusia 12 tahun dan yang bungsu baru berusia satu setengah tahun.
5. Sang ibu bekerja lebih sari satu bidang
Seorang pengguna Facebook bernama Mang Ji yang merupakan majikan dari almarhumah ibu keenam anak ini membagikan cerita tentang keluarga ini.
Ia menceritakan, ibu dari keenam anak ini dulunya pernah bekerja sebagai petugas kebersihan di salah satu Bank.
Ibu itu tidak hanya melakukan satu pekerjaan saja, namun beberapa pekerjaan.
Setiap jam 10 malam, ibu itu sudah menyiapkan nasi lemak untuk dijual di Stesen Petronanas.
Lalu pagi-pagi buta, ia kembali ke rumah untuk mengurus anak-anaknya untuk pergi ke sekolah.
Tak ada kata lelah, ibu keenam anak itu bekerja keras dari pagi hingga malam tanpa istirahat, hanya untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dan keenam orang anaknya.
• Celine Evangelista Berhijab dan Singgung Soal Agama, Ustaz Riza Muhammad Beri Tanggapan
• Alasan Andre Taulany Diistirahatkan dari Program Ini Talkshow, Pihak NET TV: Jadi Hikmah Buat Dia
• Mantan Pacar Vanessa Angel dan Deretan Artis Gagal Melaju Mulus ke Senayan sebagai Anggota DPR RI
6. Sang ayah sempat pulang untuk melihat istrinya
Hingga takdir berbicara lain, sang ibu pun meninggal dunia karena kecelakaan, dan posisi suaminya masih berada di dalam penjara.
Diceritakan saat itu jenazah sang istri tengah didoakan di salah satu masjid.
Saat jenazah istrinya tengah didoakan, sang suami pun datang dengan ditemani dua orang petugas penjara.
Melihat kedatangan ayah mereka, keenam orang anak itu hanya bisa menangis lalu berlari ke dalam pelukan sang ayah.
Ayah dan keenam orang anaknya itu lalu berjalan menuju jenazah sang ibu sambil menangis. Pria itu hanya bisa memeluk istrinya untuk yang terakhir kalinya.
Anak yang paling bungsu sempat duduk di pangkuan ayahnya.
7. Bertemu sang ayah tak sampai 10 menit
Suasana masjid saat itu langsung dipenuhi dengan perasaan iba dan penuh tangis karena menyaksikan momen ini, sungguh rasa sedih yang tak bisa dibendung.
Akan tetapi, tak sampai 10 menit sang suami pun terpaksa harus pulang kembali ke penjara.
Ia tak mampu mengantar jenazah istrinya ke tempat peristirahatannya yang terakhir.
Detik-detik Ibu Aniaya Anaknya hingga Dibekap Bantal
Video yang menunjukkan aksi penganiayaan seorang ibu terhadap anaknya menjadi viral viral di media sosial (medsos) Facebook.
Video aksi penganiayaan seorang ibu terhadap anaknya tersebut menjadi viral setelah diunggah oleh akun Facebook Salam Waras, Minggu (14/4/2019).
Dalam video viral itu, tampak seorang anak kecil yang sedang rebahan di lantai rumah.
Ia tidur pada sebuah bantal sementara di sampingnya ada seorang wanita yang diduga adalah ibunya sendiri.
Dalam rekaman video itu terlihat jelas sang ibu tampak marah dengan bocah kecil tersebut.
Bocah kecil yang sudah menangis dalam rekaman video itu, tampak beberapa kali dibekap menggunakan bantal.
Awalnya sang ibu hanya membekap anaknya itu dengan satu bantal namun kemudian ada pula bantal lain yang diletakkannya pada tubuh sang anak.
Beberapa saat, bocah malang tersebut ditinggalkan oleh ibunya itu dengan posisi masih dibekap dengan bantal.
Ibu yang mengenakan pakaian berwarna merah cerah itu juga tampak mengumpat dan memarahi sang bocah.
Namun tak jelas apa yang dikatakannya pada anaknya itu.

• Pantesan Polisi Diminta Turun Tangan, Isi Percakapan Chat Whatsapp (WA) ABG Tulungagung ini Ngeri
• Foto Misterius Nia Ramadhani soal Tangan Memegang Rokok Terpecahkan, Perhatikan Tanda Panah
• Kebanggaan Ifan Seventeen pada Anak dari Istri Pertama Ghea Gayatri, Pamerkan ini di Sela Umroh
Tak berhenti sampai di situ, bocah yang terus menangis itu juga beberapa kali dipukul olehnya pada bagian wajah.
Penganiayaan yang dilakukan oleh ibu tersebut diduga karena sang anak tidak mau makan.
Di tengah video viral yang beredar itu, tampak sebuah piring berisi nasi berada tepat di atas bocah malang yang dianiaya ibunya itu.
Tampak pula sang ibu mencoba menyuapi sang anak dengan kasar
Bahkan dirinya juga meraupkan nasi yang tak kunjung ditelan oleh sang anak, ke wajah bocah malang itu.
Di akhir video, aksi kekerasan ibu tersebut akhirnya disudahi.
Ia terlihat masuk ke dalam ruangan setelah memukul dan membekap anaknya itu berkali-kali.
Video viral yang diunggah oleh akun Facebook Salam Waras ini, telah dibagikan sebanyak 2,3 ribu kali sejak pertama dibagikan.
Video aksi kekerasan yang dilakukan sang ibu juga turut disebarkan pengguna Facebook pada grup-grup Facebook.
Belum diketahui pasti lokasi, identitas dan kronologi sebenarnya aksi kekerasan yang dilakukan ibu terhadap anak tersebut.
Dampak kekerasan terhadap Anak
Kekerasan terhadap anak seperti dalam video viral tersebut, akan berdampak buruk bagi tumbuh kembang hingga mental sang anak
Perlakuan kekerasan anak di bawah umur ini ternyata berdampak pada fisik dan mentalnya di kemudian hari
Dilansir dari hellosehat, tindak kekerasan terhadap anak tidak hanya berdampak pada masa sekarang, namun juga bisa berpotensi bahaya untuk masa depannya.
Konsekuensi penganiayaan dan pengabaian dapat menuai berbagai dampak negatif pada perkembangan, psikologis dan fisik korban.
Dampak kekerasan terhadap anak bisa berkepanjangan
Sehingga tidak mengherankan kalau ada sangat banyak anak korban kekerasan dan pengabaian yang tidak bisa menikmati masa kanak-kanaknya, apalagi tumbuh dan berkembang melanjutkan hidup sebagai orang dewasa yang normal.
Dampak pada tumbuh kembangnya
Studi embriologi dan pediatri telah menyatakan bahwa otak berkembang dengan kecepatan yang luar biasa selama tahap perkembangan awal.
Kekerasan dan tekanan mental berat dapat memengaruhi respon stres otak, sehingga membuatnya menjadi lebih reaktif dan kurang adaptif.
Penelitian juga telah menemukan bahwa ada kaitan antara kekerasan terhadap anak dengan sejumlah masalah kesehatan di kemudian hari, yang bisa mencakup sebagai berikut:
- Perkembangan otak yang terbelakang
- Ketidakseimbangan antara kemampuan sosial, emosional dan kognitif
- Gangguan berbahasa yang spesifik
- Kesulitan dalam penglihatan, bicara dan pendengaran
- Peningkatan risiko terkena penyakit kronis seperti penyakit jantung, kanker, penyakit paru kronis, penyakit hati, obesitas, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan tingginya kadar protein reaktif C
- Kebiasaan merokok, ketergantungan alkohol (alkoholisme), dan penyalahgunaan obat-obatan
Dampak pada kesehatan mentalnya
Anak-anak yang menderita penganiayaan cenderung kurang percaya diri dan tidak percaya pada orang dewasa.
Mereka mungkin tidak bisa mengungkapkan perasaan yang sebenarnya, sehingga mengalami gangguan dalam mengendalikan emosi.
Semakin lama penganiayaan berlanjut, semakin serius pula dampaknya.
Dalam beberapa situasi, kesulitan ini bisa terus berlanjut sampai masa remaja bahkan dewasa.
Trauma kekerasan adalah salah satu faktor risiko dari gangguan kecemasan dan depresi kronis.
Beberapa kemungkinan efek samping kekerasan anak pada kesehatan mental mereka dapat meliputi:
- Gangguan kecemasan dan depresi
- Disosiasi (penarikan diri; isolasi)
- Kilas balik trauma (PTSD)
- sulit fokus
- sulit tidur
- gangguan makan
- Tidak nyaman dengan sentuhan fisik
- Kecenderungan melukai diri sendiri
- Usaha bunuh diri
Dampak pad kesehatan fisiknya
Mengidentifikasi dampak fisik dari kekerasan bisa menjadi sangat penting dalam mengetahui adanya penganiayaan dan mengambil langkah lebih jauh dalam melindungi anak dari kekerasan dan pengabaian.
Tanda-tanda kekerasan pada anak lebih mudah untuk dikenali daripada jenis kekerasan lainnya, seperti pengabaian atau kekerasan emosional.
Keberadaan satu tanda kekerasan fisik terhadap anak tidak selalu berarti seorang anak menderita penganiayaan.
Namun, menyadari adanya satu tanda kekerasan pada anak bisa memberikan sinyal diperlukannya pengamatan lebih lanjut.
Beberapa tanda kekerasan fisik dapat meliputi:
- Memar, bengkak
- Keseleo atau patah tulang
- Luka bakar
- Sulit berjalan atau duduk
- Nyeri, memar atau perdarahan di area reproduktif
- penyakit menular seksual
- Kebersihan yang buruk