7 FAKTA 6 Bersaudara yang Lewati Ramadan Tanpa Orang Tua, Ibunya Meninggal Dunia dan Ayah Dipenjara
7 FAKTA 6 Bersaudara yang Lewati Ramadan Tanpa Orang Tua, Ibunya Meninggal Dunia dan Ayah Dipenjara
Penulis: Akira Tandika Paramitaningtyas | Editor: Musahadah
Tak berhenti sampai di situ, bocah yang terus menangis itu juga beberapa kali dipukul olehnya pada bagian wajah.
Penganiayaan yang dilakukan oleh ibu tersebut diduga karena sang anak tidak mau makan.
Di tengah video viral yang beredar itu, tampak sebuah piring berisi nasi berada tepat di atas bocah malang yang dianiaya ibunya itu.
Tampak pula sang ibu mencoba menyuapi sang anak dengan kasar
Bahkan dirinya juga meraupkan nasi yang tak kunjung ditelan oleh sang anak, ke wajah bocah malang itu.
Di akhir video, aksi kekerasan ibu tersebut akhirnya disudahi.
Ia terlihat masuk ke dalam ruangan setelah memukul dan membekap anaknya itu berkali-kali.
Video viral yang diunggah oleh akun Facebook Salam Waras ini, telah dibagikan sebanyak 2,3 ribu kali sejak pertama dibagikan.
Video aksi kekerasan yang dilakukan sang ibu juga turut disebarkan pengguna Facebook pada grup-grup Facebook.
Belum diketahui pasti lokasi, identitas dan kronologi sebenarnya aksi kekerasan yang dilakukan ibu terhadap anak tersebut.
Dampak kekerasan terhadap Anak
Kekerasan terhadap anak seperti dalam video viral tersebut, akan berdampak buruk bagi tumbuh kembang hingga mental sang anak
Perlakuan kekerasan anak di bawah umur ini ternyata berdampak pada fisik dan mentalnya di kemudian hari
Dilansir dari hellosehat, tindak kekerasan terhadap anak tidak hanya berdampak pada masa sekarang, namun juga bisa berpotensi bahaya untuk masa depannya.
Konsekuensi penganiayaan dan pengabaian dapat menuai berbagai dampak negatif pada perkembangan, psikologis dan fisik korban.
Dampak kekerasan terhadap anak bisa berkepanjangan
Sehingga tidak mengherankan kalau ada sangat banyak anak korban kekerasan dan pengabaian yang tidak bisa menikmati masa kanak-kanaknya, apalagi tumbuh dan berkembang melanjutkan hidup sebagai orang dewasa yang normal.
Dampak pada tumbuh kembangnya
Studi embriologi dan pediatri telah menyatakan bahwa otak berkembang dengan kecepatan yang luar biasa selama tahap perkembangan awal.
Kekerasan dan tekanan mental berat dapat memengaruhi respon stres otak, sehingga membuatnya menjadi lebih reaktif dan kurang adaptif.
Penelitian juga telah menemukan bahwa ada kaitan antara kekerasan terhadap anak dengan sejumlah masalah kesehatan di kemudian hari, yang bisa mencakup sebagai berikut:
- Perkembangan otak yang terbelakang
- Ketidakseimbangan antara kemampuan sosial, emosional dan kognitif
- Gangguan berbahasa yang spesifik
- Kesulitan dalam penglihatan, bicara dan pendengaran
- Peningkatan risiko terkena penyakit kronis seperti penyakit jantung, kanker, penyakit paru kronis, penyakit hati, obesitas, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan tingginya kadar protein reaktif C
- Kebiasaan merokok, ketergantungan alkohol (alkoholisme), dan penyalahgunaan obat-obatan
Dampak pada kesehatan mentalnya
Anak-anak yang menderita penganiayaan cenderung kurang percaya diri dan tidak percaya pada orang dewasa.
Mereka mungkin tidak bisa mengungkapkan perasaan yang sebenarnya, sehingga mengalami gangguan dalam mengendalikan emosi.
Semakin lama penganiayaan berlanjut, semakin serius pula dampaknya.
Dalam beberapa situasi, kesulitan ini bisa terus berlanjut sampai masa remaja bahkan dewasa.
Trauma kekerasan adalah salah satu faktor risiko dari gangguan kecemasan dan depresi kronis.
Beberapa kemungkinan efek samping kekerasan anak pada kesehatan mental mereka dapat meliputi:
- Gangguan kecemasan dan depresi
- Disosiasi (penarikan diri; isolasi)
- Kilas balik trauma (PTSD)
- sulit fokus
- sulit tidur
- gangguan makan
- Tidak nyaman dengan sentuhan fisik
- Kecenderungan melukai diri sendiri
- Usaha bunuh diri
Dampak pad kesehatan fisiknya
Mengidentifikasi dampak fisik dari kekerasan bisa menjadi sangat penting dalam mengetahui adanya penganiayaan dan mengambil langkah lebih jauh dalam melindungi anak dari kekerasan dan pengabaian.
Tanda-tanda kekerasan pada anak lebih mudah untuk dikenali daripada jenis kekerasan lainnya, seperti pengabaian atau kekerasan emosional.
Keberadaan satu tanda kekerasan fisik terhadap anak tidak selalu berarti seorang anak menderita penganiayaan.
Namun, menyadari adanya satu tanda kekerasan pada anak bisa memberikan sinyal diperlukannya pengamatan lebih lanjut.
Beberapa tanda kekerasan fisik dapat meliputi:
- Memar, bengkak
- Keseleo atau patah tulang
- Luka bakar
- Sulit berjalan atau duduk
- Nyeri, memar atau perdarahan di area reproduktif
- penyakit menular seksual
- Kebersihan yang buruk