Berita Blitar

Berkat Mainan Anak-anak Caplokan Agus Jadi Pengusaha Sukses, Dulu Ikut Orang kini Punya Dua Mobil

Berkat Mminan anak-anak caplokan Agus Widodo menjadi pengusaha sukses, dulu ikut orang kini punya dua mobil.

Penulis: Imam Taufiq | Editor: Parmin
surya.co.id/imam taufiq
Agus Widodo memperlihatan mainan anak-anak caplokan hasil produksinya. 

Kata si pemesan itu, caplokan itu akan dikirim ke Bali. Akhirnya, dirinya mencari bahan-bahan yang dibutuhkan, di antaranya kayu Sengon atau kayu Waru. Kebetulan, kayu jenis itu mudah didapat dan harganya sangat terjangkau.

"Kenapa kok pakai kayu Waru atau Sengon, karena jenis kayunya ringan dan kuat atau tak nudah patah meski jatuh atau dibentur-benturkan. Sebab, kalau bahan kayunya berat, itu pasti tak nyaman bagi anak-anak yang memakainya." paparnya.

Karena belum mahir namun mendadak dapat order sebanyak itu, Agus tak hanya tertantang. Namun, hampir tak kenal lelah. Siang malam, ia terus mengerjakannya, hingga mendekati sempurna. Berkat kerja kerasnya itu, ia akhirnya berhasil menuntas order itu. Dalam waktu sebulan lebih, ia berhasil menyelesaikan pembuatan 50 buah barongan mini dan langsung.

"Saat itu, hanya saya jual Rp 70.000 per buah (dan sekarang sudah naik jadi Rp 150.000 per buah," ujarnya).
Dari order pertama kali itu, tambah dia, bukan hanya keuntungan yang didapat. Namun, Agus merasa mendapatkan pengalaman. Sebab, begitu baru bisa, ia mampu mengerjakan sendiri caplokan sebanyak 50 buah. Akhirnya, itu kian membuatnya semangat dan kian memacunya, untuk menyempurnakan caplokan buatannya.

"Akhirnya, dengan berjalannya waktu, saya terus memproduksinya, dan menemukan pasar baru. Tanpa memasarkan sendiri, produk saya bisa dikenal ke daerah lain. Tak hanya ke Bali, juga ke Malang, bahkan kini ke Kalimantan dan Lampung. Mungkin, karena getok tular, karena saya nggak pernah memasarkan langsung," ujarnya.

Kini, home industry Agus sudah dikenal ke berbagai daerah, terutama daerah yang ada wisatanya. Seiring dengan berjalannya waktu, permiintaan itu terus naik. Bahkan, ia menargetkan, dengan karyawan 15 orang, ia harus mampu menghasilkan barongan mini sebanyak 130 buah per hari. Itu jika dikurs-kan bisa sekitar Rp 16.900.000.

Itu berarti keuntungannya sehari diperkirakan sekitar Rp 6.900.000. Itu sudah dipotong buat biaya produksi dan ongkos karyawan, yang digaji secara borongaan. Katanya, biaya produksinya murah. Sebab, bahan bakunya, seperti kayu Sengon atau Waru, banyak tersedia di tempatnya dan harganya terjangkau.

"Kami hanya mampu melayani pesananan. Bahkan, kadang belum waktunya pengiriman, pelanggan-pelanggan itu sudah menelponnya, dan minta dipercepat," paparnya.

Memang, Agus mengaku produk caplokan buatanya sangat kompitable (layak bersaing dengan pasar). Karena itu, anak-anak mencukainya. Mengapa demikian, itu karena ia mengutamakan atau menjaga kualitasnya. Misalnya, pengecatan atau pembuatan motif, Agus tak mau dikerjakan asal-asalnya. Namun, kualitasnya harus dijaga. Misalnya, catnya harus mengkilat dan harus kuat atau tak mudah luntur.

"Tak heran, anak-anak menyukainya. karena catnya seperti menyala kalau kena sorot sinar sehingga menarik kalau dilihat. Karena itu, anak-anak suka dengan caplokan buatan kami," ujarnya.

Karena dirinya sudah puinya nama, maka Agus selalu menekankan pada karyawannya, agar bekerja semaksimal mungkin, untuk menjaga kualitas. Meski hanya untung sekitar Rp 40.000 per caplokan, dirinya mengaku sudah cukup puas.

Sebab, bukan semata-mata keuntungan yang diutamakan, namun kepuasan pelanggan yang nomer satu.

"Kalau selama kita itu ada kemauan atau ada tekad kuat, maka tak ada hal yang sulit. Bagi pengusaha itu, kuncinya adalah kerja keras. 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved