Kilas Balik
Korban Penculikan Aktivis 98 Ungkap Kisahnya Jelang Soeharto Mundur, Diborgol & Mata Ditutup Kain
Desmond salah satu korban penculikan aktivis 1998 di era Soeharto, menceritakan pengalamannya. Simak kisahnya!
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Musahadah
SURYA.co.id - Rangkaian peristiwa reformasi 1998 saat menjelang Soeharto mundur, tak bisa lepas dari kisah penculikan terhadap para aktivis saat itu.
Dua di antaranya, penculikan terhadap aktivis 1998 bernama Desmond Junaedi Mahesa dan Pius Lustrilanang pada Februari 1998.
Desmond kala itu merupakan aktivis 1998 yang menjabat sebagai Ketua Lembaga Bantuan Hukum Nusantara (LBHN), sementara Pius adalah aktivis Aliansi Demokrasi Rakyat (Aldera).
Hilangnya Desmond dan Pius dilaporkan sejumlah aktivis ke kepolisian pada 10 Februari 1998.
Dikutip dari pemberitaan Harian Kompas, 13 Mei 1998, Desmond mengungkapkan pengalaman penculikan yang dialaminya.
• Aksi Prabowo & Pasukannya Memburu Presiden Fretilin, Ini Sosok Prajurit yang Berhasil Menembaknya
• BREAKING NEWS - Vanessa Angel Diborgol dan Pakai Baju Tahanan, Ia Menutupinya Pakai Ini
• Aksi TNI Berambut Gondrong Tembak Mati Anggota Fretilin di Timor Timur, Sempat Saling Mengamati
• Vanessa Angel Hamil? Terungkap Alasan Dia Mau Bunuh Diri, Kapolda Jatim Tak Akan Istimewakan
• Kisah Prajurit Kopassus & Kostrad Selamatkan 26 Peneliti yang Disandera OPM Pimpinan Kelly Kwalik
Kesaksian ini disampaikan Desmond pada 12 Mei 1998 didampingi Koordinator Badan Pekerja Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Munir, anggota Komnas HAM Albert Hasibuan, Yusuf Pani, dan La Ode Baharsani (DPD Ikadin Banjarmasin).
Desmond mengisahkan, penculikannya berawal pada 3 Februari 1998 di kawasan Cililitan Besar, Jakarta Timur.
Menurut Desmond, pada 3 Februari 1998 pukul 02.30 WIB, kantornya di Jalan Cililitan Kecil didatangi 8-10 orang.
Pagi hari pukul 08.00 WIB, kembali datang orang tak dikenal.
Desmond mengaku tak curiga akan ada yang menimpanya.
"Kemudian, saya keluar kantor naik bus nomor 06 sampai di Kampung Melayu," kata dia.
"Antara LAI dan GMKI, saya dihadang dua orang yang menodong dengan senjata. Sesudah ditodong, saya bergerak, kacamata saya jatuh, saya sulit mengenali orang. Tetapi ada mobil Suzuki Vitara warna abu-abu di GMKI. Jatuhnya kacamata membuat saya tidak leluasa dapat bergerak karena mata saya minus dan silinder, jadi sulit untuk mengenal orang. Saya diringkus, dimasukkan mobil, kepala saya ditutup seperti tas hitam dan musik diputar keras-keras serta dihimpit dua orang. Sejak itu saya tidak tahu diputar-putar, setelah 50 menit saya sampai di suatu tempat," papar Desmond.
Desmond mengaku diborgol, matanya ditutup kain hitam.
Selama tiga jam, ia diinterogasi tentang aktivitasnya.
"Setelah itu saya dibawa ke bak air. Setelah sempat disuruh menyelam, saya ditanya lagi soal sikap saya. Setelah selesai, saya dibawa ke sebuah ruangan dengan enam sel. Di situ sudah ada Yani Afri dan Sony, keduanya anak DPD PDI Jakut yang ditangkap Kodim Jakarta Utara soal peledakan bom di Kelapa Gading," demikian kesaksian Desmond saat itu.