'Contekan' Jokowi Disorot saat Debat Capres 2019, Ruhut Beber Isinya dan Serang Balik Prabowo

'Contekan' Jokowi Disorot saat Debat Capres 2019, Ruhut Beber Isinya dan Serang Balik Prabowo

Editor: Musahadah
Tribun Images
Fakta di Balik Serangan Jokowi ke Prabowo Soal 6 Caleg Gerindra Mantan Koruptor 

SURYA.CO.ID - Debat capres-cawapres 2019 yang berlangsung, Kamis (17/1/2019) meninggalkan perdebatan panjang antar para pendukung di media sosial. 

Pendukung capres-cawapres nomor urut 2, Fachri Hamzah singgung adanya calon presiden yang membaca tulisan di kertas saat debat berlangsung. 

Meski tak menyebut nama, banyak yang menduga capres yang disindir Fachri Hamzah adalah Jokowi yang terlihat membaca tulisan di kertas saat debat.

Fakta di Balik Serangan Jokowi ke Prabowo Soal 6 Caleg Gerindra Mantan Koruptor, Ini Datanya!

Cek Fakta Prabowo Sebut Wilayah Jawa Tengah Lebih Luas dari Malaysia, Lihat Data Britanica dan BPS

Meski begitu, di awal tampil, Prabowo juga tampak membawa sebuah perangkat elektronik dan kertas. 

Begini cuitan Fachri Hamzah: 

"Calon presiden tidak perlu dibantu atau dilindungi dalam debat. Biarkan mereka ditelanjangi oleh kata2 mereka sendiri. Mereka jangan lagi membaca tulisan orang. Biar keluar apa yang sebenarnya ada dalam kepala, dalam hati dan dalam impian mereka. Jangan dibela!," tulisnya. 

Cuitan Fahri ini pun ditanggapi netizen. 

@FourryM: Yg lebih konyol nya lagi, nanya pun dia sambil baca text. Apa2an ini????? Yg satu nya olopoh doang yg satunya baca kerepekan

Faisal Amri‏ L Ya bedalha, narasi jawaban JKW textual kata demi katanya, artinya tidak ada ide yg diproduksi dari otaknya secara spontan, semua sudah ada dalam lembaran kertas dan dia tinggal membacanya saja.

Fakta di Balik Serangan Jokowi ke Prabowo Soal 6 Caleg Gerindra Mantan Koruptor
Fakta di Balik Serangan Jokowi ke Prabowo Soal 6 Caleg Gerindra Mantan Koruptor (Tribun Images)

Menanggapi hal ini, pendukung capres nomor urut 1, Ruhut Sitompul langsung menjelaskan maksud tulisan di kertas yang dibaca Jokowi. 

Melalui cuitannya, Ruhut Sitompul menjelaskan bahwa ada alasan tersendiri mengapa Jokowi kerap melihat catatan yang ia bawa.

Menurut Ruhut Sitompul, catatan Jokowi itu berisi data yang ingin disampaikan.

Karenanya, guna meminimalisir kesalahan, Jokowi pun kerap melihat catatan tersebut saat sedang menyampaikan pernyataan.

Hal itu juga diungkap Ruhut Sitompul untuk membuat pernyataan Jokowi semakin akurat.

Melalui penjelasan itu, Ruhut Sitompul juga menegaskan bahwa catatan yang dibawa Jokowi itu sesungguhnya bukan contekan.

"Pak Jokowi pakai Catatatan semua yg disampaikan dgn Data jadi Faktanya Akurat bukan Contekan,” ulas Ruhut Sitompul.

Di bagian lain, Ruhut juga mengkritik pendapat Prabowo soal luas wilayah Jawa Tengah dan Malaysia.

Calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto menyinggung kesejahteraan gubernur di Indonesia yang tidak sebanding dengan luas wilayah yang ditanganinya.

Dalam pernyataannya tersebut, Prabowo Subianto juga menyebutkan bahwa luas wilayah Jawa Tengah lebih besar daripada Malaysia.

Padahal, gaji yang didapat terbilang kecil.

"Sebagai contoh, bagaimana bisa seorang gubernur gajinya hanya Rp 8 juta? Kemudian dia mengelola provinsi umpamanya Jawa Tengah yang lebih besar dari Malaysia dengan APBD yang begitu besar," kata Prabowo dalam debat Pilpres 2019 perdana, Kamis (17/1/2019) malam di Gedung Bidakara, Jakarta.

Benarkah pernyataan Prabowo Subianto tersebut?

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), luas wilayah Jawa Tengah pada tahun 2017 adalah 32.544, 12 km persegi.

Sementara, dilansir dari Britanica, Malaysia terdiri dari dua wilayah, yaitu Semenanjung Malaysia atau Malaysia Barat dan Malaysia Timur, yang berada di Pulau Kalimantan.

Luas Malaysia seluruhnya adalah 330.323 km persegi.

Seolah menyadari kesalahan yang diucap Prabowo Subianto, Ruhut Sitompul pun menyampaikan kritikannya.

"Hanya yg Suka Bohong & Fitnah memuji Pak Prabowo ngomong sesukanya tdk dgn catatan “Akibatnya Malaysia yg 10 X lebih luas dari Jawa Tengah menjadi sama Luasnya," tulis Ruhut Sitompul dalam laman Twitternya, Jumat (18/1/2019). 

Serangan Jokowi

Fakta terungkap di balik 'serangan' calon presiden (capres) nomor urut 1 Jokowi ke capres nomor urut 2 Prabowo Subianto dalam debat capres-cawapres 2019 yang digelar, Kamis (17/1/2019).

Dalam debat yang dipandu Ira Koesno dan Imam Prayogo itu, Jokowi melemparkan pertanyaan soal jumlah calon legislatif mantan napi koruptor yang diusung oleh Partai Gerindra.

Jokowi yang diberi kesempatan untuk bertanya oleh moderator debat mengawali pertanyaannya dengan menyodorkan data Indonesian Cooruption Watch (ICW). 

Dalam data itu, kata Jokowi, Partai Gerindra disebut paling banyak mengusung caleg mantan napi koruptor. 

Jokowi menanyakan tentang hal itu kepada Prabowo mengingat Prabowo merupakan Ketua Umum Partai Gerindra. 

"Menurut ICW, partai yang bapak pimpin, termasuk yang paling banyak mencalonkan mantan koruptor atau mantan napi korupsi. Yang saya tau, caleg itu yang tanda tangan ketua umumnya. Berarti pak Prabowo yang tandatangan. Bagaimana bapak menjelaskan mengenai ini," tanya Jokowi seperti dikutip dari tayangan live KompasTV. 

Atas pertanyaan Jokowi, Prabowo mengaku belum mendapat laporan tentang itu. 

Ia juga menganggap data ICW sangat subjektf. 

"Kalau ada bukti laporkan ke kami," ujar Prabowo. 

Fakta di Balik Serangan Jokowi ke Prabowo Soal 6 Caleg Gerindra Mantan Koruptor
Fakta di Balik Serangan Jokowi ke Prabowo Soal 6 Caleg Gerindra Mantan Koruptor (Tribun Images)

Jokowi yang diberi tanggapan kembali menegaskan pertanyaannya. 

Jokowi mengaskan yang ia maksud adalah mantan napi korupsi yang dicalonkan sebagai caleg. 

"Itu ada. ICW memberikan data itu jelas sekali, ada enam yang bapak calonkan," kata Jokowi. 

Atas balasan Jokowi, Prabowo kemudian menganggap hal itu sebagai demokrasi. 

Jika caleg mantan napi korupsi itu tak disukai masyarakat tentu tidak akan dipilih. 

Lantas benarkan data ICW yang disampaikan Jokowi? 

Dalam catatan Tribunnews.com pada 21 September 2018, Partai Gerindra mengusung enam calon legislatif (caleg) mantan narapidana korupsi.

Enam caleg tersebut, terdiri dari tiga orang caleg DPRD Provinsi, dan tiga orang caleg DPRD Kabupaten Kota.

Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden 02 Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno saling berpelukan dengan pasangan calon Presiden nomor urut 01 Joko Widodo dan Maaruf Amin usai mengikuti acara Debat Pertama Capres dan Cawapres di Gedung Bidakara, Jakarta Selatan, Kamis (17/1/2019). (Tribunnews/Jeprima)
Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden 02 Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno saling berpelukan dengan pasangan calon Presiden nomor urut 01 Joko Widodo dan Maaruf Amin usai mengikuti acara Debat Pertama Capres dan Cawapres di Gedung Bidakara, Jakarta Selatan, Kamis (17/1/2019). (Tribunnews/Jeprima) (Tribunnews.com/Jeprima)

Tiga caleg eks koruptor DPRD Provinsi itu antara lain, Mohamad Taufik dari Dapil DKI 3, Herry Jones Kere dari Dapil Sulawesi Utara, dan Husen Kausaha dari Dapil Maluku Utara.

Sementara tiga caleg eks koruptor lainnya dari DPRD Kabupaten/Kota yaitu, Alhajad Syahyan dari Dapil Tanggamus, Ferizal dari Dapil Belitung Timur, dan Mirhammuddin dari Dapil Belitung Timur.

Diajukannya enam caleg eks koruptor dari Partai Gerindra menjadikan partai pimpinan Prabowo Subianto itu sebagai partai politik peserta Pemilu 2019 yang paling banyak mengajukan caleg mantan napi korupsi.

 Artikel ini telah tayang di tribunnewsbogor.com dengan judul Sindir Pernyataan Prabowo di Debat, Ruhut Ungkap Kenapa Jokowi Selalu Lihat Kertas 'Bukan Contekan'

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved