KSAD
Direktur Eksekutif IPI Sebut Jenderal Andika Perkasa Pernah Menangkap Pimpinan Al Qaeda
Jenderal Andika Perkasa resmi menjabat Kepala Staf Angkatan Darat ( KSAD) menggantikan Jenderal Mulyono yang akan pensiun pada Januari 2019.
News Analisis Direktur Eksekutif Indonesia Public Institute (IPI) : Karyono Wibowo
SURYA.co.id | JAKARTA - Jenderal Andika Perkasa resmi menjabat Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) menggantikan Jenderal Mulyono yang akan pensiun pada Januari 2019.
Menantu mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) AM Hendropriyono itu kini dipercaya sebagai orang nomor satu di matra TNI AD.
Pengangkatan Jenderal Andika sebagai KSAD baru mendapat berbagai tanggapan dari sejumlah kalangan.
Baca: Andika Perkasa Seangkatan dengan Kapolri, Presiden Jokowi Sebut Rekam Jejaknya Komplit Jadi KSAD
Baca: Karier KSAD Baru Andika Perkasa makin Melesat di Era Presiden Jokowi. Ini Profil dan Kehebatannya
Baca: Sisca Dewi Dituduh Peras Jenderal Bintang Dua, Punya Ajian Bulu Perindu, Mbah Mijan pun Turun
Baca: Pedangdut Sisca Dewi : Saya Tahu Dia (Irjen Pol BS) Tak Boleh Beristri Lebih dari Satu
Pengangkatan Jenderal Andika Perkasa sudah tepat karena telah memenuhi berbagai persyaratan. Dari segi karier, Andika memulai karirnya dari bawah.
Karier Andika yang melejit tidak luput dari sorotan publik dan tentu ada pula yang mengkaitkan dengan situasi politik. Suatu hal yang wajar sebagai sebuah pendapat.
Fenomena semacam ini sudah lazim terjadi di berbagai era pemerintahan. Meskipun karirnya cepat melesat, tapi Jenderal Andika Perkasa termasuk perwira berprestasi yang mengawali karirnya dari bawah.
Sebelum dipercaya menjadi KSAD baru, sejak lulus dari akademi militer tahun 1987 Jenderal Andika Perkasa telah mengawali kariernya di Korp Baret Merah satuan elit Komando Pasukan Khusus (Kopassus) selama 12 tahun dengan menduduki berbagai jabatan.
Jabatan terakhir Jenderal Andika Perkasa di Kopassus sebagai Danton 32 Grup 3/Sandha Kopassus di tahun 2002.
Ia juga pernah menjabat sebagai Komandan Korem 023/Kawal Samudra dengan pangkat kolonel di awal tahun 2013.
Terhitung sejak 8 November 2013 Andika menjabat sebagai kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad) dengan pangkat brigadir jenderal.
Lalu pada 22 Oktober 2014 dua hari setelah Jokowi dilantik menjadi presiden, Andika mendapat promosi sebagai Komandan Pasukan Pengamanan Presiden (Danpaspampres).
Pernah menjadi Panglima Kodam XII/Tanjung pada Mei 2016. Awal Januari 2018 Andika mendapat promosi kenaikan pangkat letnan jenderal dan menjabat sebagai Komandan Pembina Doktrin, Pendidikan dan Latihan (Dankodiklat) TNI.
Selang tujuh bulan kemudian Andika mendapat promosi sebagai Panglima Komando Strategis (Pangkostrad).
Dari aspek pengalaman tugas Andika cukup malang melintang dalam mengemban misi militer. Semasa bertugas di Kopassus, Andika pernah melaksanakan berbagai operasi militer, yaitu Operasi Teritorial di Timor Timur pada tahun 1992, operasi Bhakti TNI di Aceh (1994) dan pernah bertugas dalam misi operasi khusus di Papua.
Pernah memimpin operasi penangkapan tokoh teroris Omar Al-Faruq, salah satu pimpinan organisasi Al Qaeda pada 2002 di Bogor.
Dari segi akademis sosok Andika yang menjadi jenderal bintang empat termuda saat ini memiliki prestasi akademik yang cukup gemilang.
Ia tercatat sebagai lulusan terbaik Sekolah Staf Komando TNI Angkatan Darat (Seskoad) tahun 2000. Meraih gelar Master of Science (MSc) dan Doctor of Philosophy (Ph.D) dari Harvard University.
Tantangan yang dihadapi bangsa ini semakin kompleks. Berbagai ancaman yang datang dari dalam dan luar negeri semakin canggih, paralel dengan pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah memberi warna baru dalam mengidentifikasi berbagai ancaman negara.
Meningkatnya penetrasi organisasi trans nasional, perang cyber dan berbagai macam proxy war membutuhkan paradigma baru TNI AD dalam menjaga pertahanan dan kedaulatan negara.
Di sisi lain, tantangan politis yang dihadapi TNI secara umum dan TNI AD khususnya adalah kerap mendapat godaan politik yang datang dari berbagai kelompok yang ingin menarik-narik TNI terlibat dalam pertarungan politik.
Bahkan ada pihak yang secara terbuka mendorong kembali agar TNI memiliki hak pilih sebagaimana yang pernah terjadi di era demokrasi parlementer pada pemilu 1955.
Semua tantangan tersebut membutuhkan paradigma baru TNI ke depan.
Saya berharap dari deretan karir dan prestasi yang dimiliki Andika bisa menjadi modal untuk memimpin TNI AD sekaligus membangun paradigma baru khususnya TNI AD dalam menghadapi berbagai tantangan yang complicated dan multidimensi.
Jika itu bisa dilakukan maka Andika bisa menjadi harapan baru bagi TNI untuk menjadikan TNI lebih maju, solid, profesional dan merakyat.