5 Fakta Syachrul Anto Penyelam yang Meninggal Saat Evakuasi Korban Lion Air PK-LQP
Syachrul Anto anggota Diver Rescue tim penyelam evakuasi Lion Air PK-LQP meninggal saat sedang melakukan tugasnya, Jumat (2/11/2018).
Penulis: Akira Tandika | Editor: Adrianus Adhi
SURYA.co.id - Syachrul Anto anggota Diver Rescue tim penyelam evakuasi Lion Air PK-LQP meninggal saat sedang melakukan tugasnya, Jumat (2/11/2018).
Kabar itu disampaikan langsung oleh istri korban di rumah duka, Jalan Bendul Merisi Gang VIII no 41 Surabaya, Sabtu (3/11/2018).
"Dia berangkat Jumat (2/11/2018). Tadi malam jam 20.00 WIB kami dikabari dari Basarnas. Saat itu kami masih di Yogyakarta karena dia berangkat dari Yogyakarta ke Jakarta," kata Lyan Kurniawati.
Baca: BREAKING NEWS - Jenazah Penyelam yang Meninggal saat Evakuasi Korban Lion Air Tiba di Surabaya
Baca: Trenyuh, Sebelum Meninggal Penyelam Lion Air Tulis Itu Puisi Tentang Korban yang Diselamatkannya
Baca: Penyelam yang Meninggal saat Evakuasi Lion Air Pernah Jadi Relawan Jatuhnya AirAsia Tahun 2014
Menurut data dari lapangan serta diambil dari beberapa grup Tribunnews.com, berikut sejumlah fakta yang dapat dirangkum oleh SURYA.co.id.
1. Syachrul Anto sempat menjadi relawan Palu sebelum ke Jakarta
Hal ini seperti yang ditulis di akun Facebook atas nama Yosep Safrudin, yang diduga rekan tim penyelam, sekitar pukul 00.30 WIB.
Awalnya, akun ini mengabarkan duka tersebut.
"Innalillahi wa innailaihi rojiuun
Pahlawan kemanusiaan yang sangat mulia
Terlibat beberapa kali evakuasi korban pesawat Lion, Airasia, dan Kapal Pelni
Harus berakhir jatah rezekinya di alam fana ini, di Perairan Karawang saat mengevakuasi beberapa paket jenazah (Lion Air) JT 610," tulis akun Yosep Safrudin.
Menurutnya, Syachrul Anto adalah divers yang sangat berpengalaman.
Dia tanpa lelah dan rela meninggalkan perusahaan sampai berbulan-bulan demi ikut berpartisipasi dalam misi kemanusiaan.
Dia bahkan baru satu minggu kembali dari Palu untuk membantu korban gempa dan tsunami.
Diakui, Yosep, Syachtrul Anto meminta dia menjemputnya di Bandara Halim Perdanakusuma dua hari lalu untuk bisa ikut membantu mengevakuasi korban Lion Air
"Pinjem Alat selam ku, minta diantar ke posko evakuasi JT610 di priok...," tulis akun ini.
Diakuinya Syachrul Anto adalah seniora yang sudah seperti saudaranya. Dia sangat humble dan baik hati.
"Sempat terlibat bisnis bareng kecil2an...
Seringkali antar jemput kalo silaturahmi ke Makassar...
...rindu gelak tawa dan kebaikan2nya....
Selamat Jalan..
"Ayah anto, Om anto, ayah haji"
(Begitu teman2 divers memanggilnya....)
Syachrul Anto
Semoga Om menghadap sang Khalik dgn Khusnul khotimah.....
.......Semua kita berasal dari Allah dan kita semua akan kembali ke hadapan Nya.....
Selamat Jalan...
Pahlawan kemanusiaan.....," tulisnya.
2. Syachrul Anto merupakan relawan tetap di Basarnas
Menurut penuturan sang Istri, Syachrul Anto merupakan relawan tetap di Basarnas sejak ia tinggal di Makassar.
"Kami tinggal di Makassar. Bapak dari Makassar besar di sini dan saya yang dari Jawa. Bisnis di sana juga dan teman-teman penyelam juga di Makassar. Relawan tetap di Basarnas," kata Lian sembari mengusap air matanya.
Baca: Luna Maya Berikan Pesan Khusus untuk Keluarga Reino Barack Sambil Terisak, Semoga Semua Bisa Happy
Baca: Analisa Hotman Paris Soal Ayah dari Anak Putri Juby, Benarkah Delon?
3. Pernah ikut membantu kasus serupa di tahun 2014
Lyan Kurniawati berduka setelah mendengar kabar suaminya meninggal saat penyelaman membantu evakuasi jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 di perairan Karawang, Jawa Barat.
Tubuhnya mencoba tegar, namun sesekali Lyan menangis.
Wajahnya sembab memerah mengingat kembali komunikasi terakhir suaminya.
"Jumat malam (2/11/2018) saya dikabari, saya syok dia berangkat sehat. Tadi malam saya ke Jakarta langsung dan sudah meninggal kemudian saya bawa kesini," kata Lyan Kurniawati.
Saat itu, Lyan mendapat informasi suaminya dan beberapa temannya menyelam hingga kemudian dikabarkan meninggal dunia.
"Saya belum sanggup tahu detailnya. Dia berangkat dua hari lalu. Dia punya lisensi dan menjadi relawan sejak evakuasi pesawat Air Asia tahun 2014" kata Lyan.
Ditambahkannya, keputusan Syachrul berangkat ikut penyelaman evakuasi pesawat Lion Air JT-610 itu direncanakannya bersama tim penyelam Makasar.
"Dia punya komunitas, gabung komunitas di Makassar. Ada lisensi juga," kata Lian.
4. Sudah 10 tahun geluti hobi menyelam
Almarhum Syachrul Anto dikenal memiliki hobi menyelam sejak 10 tahun terakhir.
Lyan Kurniawati mengatakan hobi tersebut disalurkannya dengan mengikuti komunitas diver di Makassar yang merupakan rumah asal korban.
Sejak mengikuti komunitas dan kegiatan penyelaman, korban mulai menjadi relawan di beberapa kejadian penyelaman evakuasi bencana.
Kali pertama, korban mengikuti relawan penyelaman evakuasi bencana AirAsia pada tahun 2014.
Selain itu, Syachrul juga sempat berangkat ke Palu sekitar sepekan untuk membantu evakuasi korban gempa dan tsunami.
"Dia relawan, bukan dari tim Basarnas. Suami saya kebetulan punya lisensi menyelam dan menawarkan diri kalau misalnya ada musibah yang dia bisa membantu. Di AirAsia dulu, kemudian di Palu meskipun bukan keahliannya dia bantu evakuasi saja," kata Lyan kemudian mengusap air matanya.
Baca: Cerita Pilu Penyelam Syachrul Anto, Pulang dari Palu Ikut Evakuasi Lion Air hingga Meninggal Dunia
Baca: Penyelam yang Meninggal saat Evakuasi Jatuhnya Lion Air Itu Tertarik Menyelam 10 Tahun Lalu
5. Sempat tulis puisi tentang keluarga korban Lion Air PK-LQP
Meninggalnya Syachrul menyisakan tangis duka dari keluarga korban.
Sebelum menyelam, Syahrul yang akrab dipanggil Anto ini sempat mengirimkan pesan kepada istrinya.
Bapak satu anak ini pamit akan menuju titik koordinat penyelaman.
"Dia selalu kirim foto bersama timnya dan akan ke lokasi. Terakhir saya berat ngelepasin dia berangkat tapi dia selalu tidak bisa dilarang kalau mau pergi seperti ini," kata isteri korban.
Saat mengirim foto tim dan pamit penyelaman, Syachrul alias Anto juga mengirim kata-kata puisi tentang keluarga korban Lion Air.
...
"Allah menyeleksi dengan perhitungan yang tak pernah salah. Mereka ditakdirkan dalam satu janjian berjamaah. Takdir seperti itu tanpa dibedakan usia. Proses pembelian tiket, check in, terbang dan sampai akhir perjalanan Lion Air hari ini, hanya sebuah proses jalan untuk pulang menjumpai takdir yang tertulis di Lahul Mahfuz," pesan Syahcrul Anto.
"Sebuah catatan yang tak pernah kita lihat, tapi kita jumpai. Takdir sangatlah rapi tersusun kehendak Allah tak terjangkau dengan akal manusia . Allahuakbar..," tambahnya.
"Lalu kapan giliran kita pergi? Hanya Allah yang tahu. Kesadaran iman kita berkata bersiap setiap saar, kapanpun dan dalam keadaan apapun," lanjut Anto.
...
Puisi tersebut dikirimkan Anto saat berada di Karawang bersama tim bersiap penyelaman.
Kata-kata tersebut membuat sang isteri, Lyan Kurniawati kembali menangis.
Ia tak menyangka pesan tersebut menjadi pesan suaminya membantu korban jatuhnya pesawat Lion Air JT-610.
"Dia bilang waktu mati itu sudah ditentukan kok takut. Dia bilang itu," kata Lyan Kurniawati terisak tangis.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/surabaya/foto/bank/originals/penyelam-lion-air_20181103_132249.jpg)