Ekonomi
Rupiah Bisa Anjlok Rp 16.000 per Dolar. Ini Analisis Senior CSA Research Institue, Reza Priyambada
Analis Senior CSA Research Institue Reza Priyambada berpendapat, ada beberapa faktor yang mengakibatkan rupiah kian tergerus.
Para gubernur bank dan menteri keuangannya saling berbagi tips mengenai mengenai cara penanganannya.
"Langkah yang mereka ambil adalah mengupayakan agar nilai tukar bergerak sesuai fundamentalnya. Penting menjaga resiliensi ekonomi agar kurs tidak bergerak liar," tutur Doddy Zulverdi di Nusa Dua, Bali, Rabu.
IHSG anjlok tajam
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan pemerintah juga tengah menjaga stabilitas ekonomi nasional dengan memastikan daya saing pasar keuangan Indonesia tetap menarik dan menjaga transaksi berjalan tetap terjaga.
"Kami terus melakukan reformasi untuk memastikan daya arus masuk investasi asing. Kami juga terus meningkatkan daya tarik untuk meningkatkan investasi," papar Perry Warjiyo.
Bank Indonesia juga mengawal suku bunga yang diterapkan serta bekerjasama dengan pemerintah, otoritas jasa keuangan (OJK), dan lembaga lainnya.
"Kami telah memperhitungkan efek dari normalisas bank AS. Kami telah memasukkan ini ke dalam kebijakan suku bunga dan nilai tukar,"Perry.
Pada Kamis (11/10/2018), harga saham gabungan terkoreksi cukup tajam ke posisi 5.702,82 poin atau melemah 117,84 poin setara 2,02 persen.
IHSG terimbas melemahnya bursa saham di Asia.
Indeks Shanghai Composite melemah cukup dalam, 5,22 persen disusul pelemahan indeks Hang Seng 3,54 persen, indeks Nikkei melemah 3,89 persen dan Strait Times melemah 2,69 persen.
IHSG mencatatkan nilai transaksi sebesar Rp 7,42 triliun dari 11,23 miliar unit saham yang diperdagangkan dan frekuensi sebanyak 374,984 kali.
Sebanyak 337 saham melemah, 78 saham lainnya menguat, dan 94 saham bergerak mendatar.
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Inarno Djajadi mengatakan pelemahan IHSG terdampak melemahnya bursa saham global.
"Karena dampak dari luar, Dow Jones kan turunnya luar biasa sehingga pasti berdampak ke Indonesia. Hang Seng juga anjlok hampir 3 persen," kata Inarno.
Inarno menuturkan, tekanan pada bursa saham dalam negeri lantaran gejolak yang berasal dari eksternal tersebut sifatnya hanya sementara.
Selain itu, adanya pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia di Bali menunjukkan kepada dunia internasional fundamen ekonomi dalam negeri masih kuat.