Jelang Pilpres 2019

Ma'ruf Amin Kunjungi Kiai Spiritual Prabowo, Pengamat: Beliau Ingin Bangun Jaringan Ketokohan

Kiai Ghofur juga merupakan guru spritual Ketua Umum Gerindra yang sekaligus bacapres rival Joko Widodo dan Kiai Ma'ruf, Prabowo Subianto.

Penulis: Bobby Constantine Koloway | Editor: Parmin
surya/bobby constantine koloway
Petrus Hariyanto, CEO Lembaga Riset IT Research Politic Consultant (iPOL) Indonesia. 

SURYA.co.id | SURABAYA - Pengamat politik dari lembaga survei IT-Riset Politic Consultant (iPol) Indonesia, Petrus Hariyanto menyebut hal yang biasa atas kunjungan bakal calon wakil presiden, KH Ma'ruf Amin.

Termasuk manuver Kiai Ma'ruf yang mengunjungi Prof. Dr. KH. Abdul Ghofur, pengasuh Pondok Pesantren Sunan Drajat di Paciran, Lamongan, Selasa (4/9/2018).

Kiai Ghofur merupakan keturunan ke-14 dari Sunan Drajat. Tokoh ini adalah ayah kandung mantan Ketua DPD Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Jatim, Gudfan Arif.

Kiai Ghofur juga merupakan guru spritual Ketua Umum Gerindra yang sekaligus bacapres rival Joko Widodo dan Kiai Ma'ruf, Prabowo Subianto.

Bahkan, Prabowo baru saja mengunjungi Kiai Abdul Ghofur pada awal Mei lalu.

Menurut Petrus, sebagai tokoh kyai, Kiai Abdul Ghofur bersama Kiai Ma'ruf Amin ingin menunjukkan politik yang santun dan beradab.

"Disinilah pentingnya silaturahim yang efektif. Bukan hanya bicara kandidat atau basis," kata Petrus.

Petrus menyebut fenomena kearifan di Jatim telah berlangsung sejak pemilihan Gubernur di Pilkada serentak lalu.

Yang mana para Kiai tetap menerima figur kandidat calon pemimpin yang bukan didukungnya.

"Politik di Jawa Timur sekali lagi menunjukkan politik yang beradab dan maju. Sekaligus membuktikan peran dominan para ulama," imbuhnya.

Selain itu, sebagai basis kemenangan Jokowi di pemilu lalu, Jatim juga dinilai sebagai wilayah prioritas yang wajib dimenangkan.

Apalagi, Jatim merupakan wilayah dengan basis Nahdlatul Ulama dan Pesantren serta kiai yang cukup kuat.

"Hal ini yang membuat sosok kiai sangat penting untuk mengunci kemenangan sejak awal," jelasnya.

Sehingga, wajar apabila kiai Ma'ruf Amin turun terlebih dahulu dibanding Jokowi.

Pada intinya, Kiai Ma'Ma'ruf ingin membuktikan bahwa mesin Jawa Timur dengan kekuatan ulama dan jaringan pensantren dapat dikapitalisasi menjadi suara.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved