Kilas Balik
Kisah Kadet AURI yang Sukses Gempur Basis Belanda - Bermodal Pesawat Tua, Serang 3 Tempat Sekaligus
Merespon aksi Agresi Militer Belanda I, para kadet AURI memberikan serangan dadakan pada basis Belanda di 3 lokasi. Simak cerita kesuksesan mereka!
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Musahadah
Serangan udara yang berlangsung di pagi buta itu ternyata berhasil dengan gemilang.
Pesawat Cureng yang diterbangkan Sutardjo Sigit berhasil melancarkan pemboman di Salatiga. Sasarannya adalah konsentrasi-konsentrasi pasukan Belanda.
Sementara pesawat Guntai yang diterbangkan Mulyono berhasil mencapai sasaran sesui dengan rencana dan menjatuhkan bom di Semarang.
Serangan udara di Semarang dilakukan di dua tempat. Yakni bagian bawah kota Semarang dan kota bagian atas (Candi).
Dalam serangan udara itu pesawat Guntai berhasil menjatuhkan enam buah bom dan menghancurkan 11 bangunan serta mengakibatkan 7 personel serdadu Belanda tewas.
Sedangkan pesawat Cureng yang diterbangkan Suharnoko Harbani, karena terpisah dengan dua pesawat lainnya, Sutardjo Sigit lalu berinisiatif menyerang kota Ambarawa yang juga sudah diduduki oleh pasukan Belanda.
Ketiga kadet berhasil menjalankan misi dengan menghancurkan basis militer Belanda di tiga kota Ambarawa, Salatiga, dan Semarang.
Operasi dilaksanakan selama satu jam dan mendarat kembali ke home base pukul 06.00.
Tanggal 29 Juli 1947 diingat sebagai hari yang membanggakan bagi AURI, karena dalam usianya yang relatif muda, AURI (sekarang TNI AU) berhasil melaksanakan serangan balasan terhadap pertahanan Belanda di Ambarawa, Semarang, dan Salatiga, melalui operasi udara yang dikenal dengan Operasi Udara Pertama.
Baca: Usai Rumah Ahmad Dhani Laku Rp 12 Miliar, Kini Milik Mulan Jameela juga Ikut Dijual, Buat Kampanye?
Baca: Cara Kirim Chat WhatsApp (WA) Secara Otomatis, Bisa Dijadwalkan Waktu Pengirimannya Juga
Tokoh Pendiri AURI Tewas di Hari yang Sama (29 Juli 1947)
Dilansir dari laman tni-au.mil.id, keberhasilan serangan udara AURI pada tanggal 29 Juli 1947 tersebut harus dibayar mahal, sebuah pesawat Dakota VT-CLA yang membawa sumbangan obat-obatan untuk Palang Merah Indonesia dari Singapura, ditembak Belanda ketika mendekati Pangkalan Udara Maguwo.
Pesawat Dakota VT-CLA membuat satu kali putaran untuk persiapan mendarat, tiba-tiba muncul dua buah pesawat pemburu Kittyhawk yang melakukan penembakan dengan gencar terhadap Dakota VT-CLA.
Dakota VT-CLA kemudian terbang kearah selatan dalam keadaan terbakar dan jatuh di desa Jatingarang, Kelurahan Tamanan dekat Desa Ngoto Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, sebelah tenggara kota Yogyakarta.
Dari semua awak pesawat dan penumpang, hanya seorang yang selamat yaitu A. Gani Handonotjokro.
Sedang korban yang gugur adalah : Komodor Muda Udara Agustinus Adisutjipto, Komodor Muda Udara Prof. Dr. Abdulrachman Saleh, Opsir Muda Udara Adisumarmo Wiryokusumo, Ex Wing Commander Alexander Noel Constantine (Australia) dan istrinya Ex Squadron Leader Roy Huzelhurst (Inggris), Bhidaram (India) dan Zainal Arifin (Indonesia).