Kilas Balik
Kisah Kadet AURI yang Sukses Gempur Basis Belanda - Bermodal Pesawat Tua, Serang 3 Tempat Sekaligus
Merespon aksi Agresi Militer Belanda I, para kadet AURI memberikan serangan dadakan pada basis Belanda di 3 lokasi. Simak cerita kesuksesan mereka!
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Musahadah
Suryadarma juga menekankan bahwa dirinya tidak bisa memerintah dan juga tidak bisa melarang.
Jadi intinya serangan udara tersebut sifatnya sukarela.
Para kadet seperti Sutardjo Sigit, Mulyono, Suharnoko Harbani, dan Bambang Saptoaji merasa sangat antusias untuk melaksanakan serangan udara tersebut.
Mereka semua bersedia menjadi sukarelawan untuk menjalankan misi menggempur markas-markas Belanda menggunakan pesawat peninggalan Jepang yang sebenarnya tidak berdaya ketika harus menghadapi pesawat tempur Belanda.
Terlebih lagi pesawat-pesawat yang akan diterbangkan para kadet ini tidak memiliki dudukan senjata dan cantelan, maka bom-bom yang akan dijatuhkan pun dimasukkan ke dalam kokpit.
Setelah bisa terbang sampai di sasaran bom-bom itu lalu dijatuhkan menggunakan tangan.
Sebelum melaksanakan serangan, para kadet mendapat brifing terlebih dahulu dari Wakil Kepala Operasi Lanud Maguwo, Halim Perdanakusuma terutama untuk menentukan target mana saja yang akan diserang sekaligus mencari jalur penerbangan yang aman.
Sesuai arahan dari Halim, target yang diincar adalah markas Belanda di Semarang, Ambarawa, dan Salatiga.
Karena merupakan serangan udara yang bersifat mendadak dan diam-diam, pada pukul 05.00 tanggal 29 Juli 1947 para kadet penerbang sudah siap di kokpit pesawat masing-masing di Lanud Maguwo.
Mereka baru saja mendapat brifing terakhir dari Halim Perdanakusuma dan Suryadarma yang berada di lokasi untuk melepas para kadet penerbang yang akan melancarkan serangan udara untuk pertama kalinya..
Dari empat pesawat yang hari itu akan digunakan untuk penyerangan, ternyata ada satu yang mengalami kerusakan.
Akibatnya Bambang Saptoaji yang bertugas menerbangkan pesawat bersangkutan tidak jadi berangkat.
Pada pukul 05.11 pesawat Guntai yang diterbangkan Mulyono mulai take off.
Penerbangan Mulyono disusul oleh pesawat Cureng yang diterbangkan Sutardjo Sigit dan selanjutnya disusul pesawat cureng yang dipiloti oleh Suharmoko Harbani.

Ketiga pesawat terbang secara konvoi untuk saling mengawasi tanpa melakukan komunikasi radio agar tidak tersadap oleh alat komunikasi Belanda.