Kilas Balik

Pengakuan Pilot Pesawat Pengebom Hiroshima saat PD II - Tak Menyesal Malah Buat Aksi Kontroversial

Kisah serangan bom atom di kota Hiroshima dan Nagasaki Jepang dalam Perang Dunia II tak lepas dari peran Brigadir Jenderal Paul Warfield Tibbets

Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Musahadah
Ade Sulaeman
Paul Tibbets di usia pensiun 

Tibbets juga tetap aktif sebagai anggota AU AS (USAF) dan baru pensiun pada tahun 1966 dengan pangkat Brigadir Jenderal.

Tibbets kemudian pindah ke kawasan Columbus untuk menjalankan bisnis penerbangan hingga tahun 1985.

Tapi kontroversi tentang pengeboman atom Hiroshima dan Nagasaki tetap saja mengusik ketenangan Tibbets di masa pensiunnya.

Misalnya saja, pada tahun 1976 untuk mengenang pengeboman atas Hiroshima dan Nagasaki, Tibbets kembali menerbangkan pesawat B-29 dalam sebuah acara Air Show dan memperagakan bagaimana cara bom atom dijatuhkan.

Aksi peragaan yang dimaksudkan untuk mengenang sejarah itu justru menimbulkan kritik dan kecaman peristiwa pengeboman Jepang makin gencar.

Namun, Tibbets tetap menanggapi dengan kepala dingin tanpa pernyataan penyesalan.

Untuk menghindari aksi kecaman atau sasaran demonstran lebih lanjut jika dirinya sudah meninggal, Tibbets berpesan agar makamnya dibuat tanpa identitas.

Permintaan Tibbets atas tata cara pemakamannya akhirnya dituruti.

Pada 1 November 2007, Tibbets meninggal karena serangan stroke dan gagal jantung serta juga karena usianya sudah lanjut (92).

Jenasahnya kemudian dikremasi dan abunya ditabur di laut Selat Inggris, karena disanalah tempat yang sering dilintasi Tibbets saat mengudara selama PD II

Baca: Kisah Perjalanan Tupolev Tu-16 Badger TNI AU Hingga Akhir Hayatnya, Pensiun Gara-gara Urusan Politik

Baca: Jet Tempur MiG-21 AURI, Si Pencegat yang Tak Sempat Unjuk Kehebatan Meski Daya Gertaknya Sangar

Kisah Lahirnya Pesawat B-29 Superfortress

B-29 Superfortress dalam PD II
B-29 Superfortress dalam PD II (Ade Sulaeman)

Dilansir dari Intisari, inilah sepenggal kisah B-29 Superfortress buatan Boeing, yang lahir ke dunia menjadi algojo pamungkas guna menutup lembaran kelam Perang Dunia II.

Didesain sebagai pesawat pengebom strategis, B-29 mampu terbang tinggi dan menjangkau jarak yang sangat jauh.

Pesawat berukuran tambun (panjang 30,18 meter, bentang sayap 43,06 meter) ini merupakan pengebom terbesar dan tercanggih pada eranya.

Kehadiran si Benteng Super sebagai penerus si Benteng Terbang (B-17 Flying Fortress) sekaligus membuat ciut negara lain. Kapasitas bawa bom B-29 tiga kali lipat dibanding B-17 dan jangkauan terbangnya dua kali lipat lebih jauh.

Halaman
123
Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved