Selain Whatsapp, Aplikasi Telegram Juga Punya Fitur Keamanan Data yang Bahkan Digemari Para Teroris
Disamping Whatsapp, aplikasi Telegram juga menawarkan berbagai fitur unik dengan keamanan data yang cukup ketat
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Adrianus Adhi
Keunikan inilah yang diklaim membuat Telegram dapat mengantongi 200 juta pengguna aktif tanpa harus diperkenalkan melalui iklan manapun.
"Kami beroperasi dengan cara ini. Kami tidak menganggap Telegram sebagai organisasi atau aplikasi. Telegram adalah sebuah ide, itu adalah gagasan setiap orang di planet ini yang memiliki hak untuk bebas," tulis Pavel Durov, pendiri Telegram.
Kendati demikian jumlah 200 juta pengguna aktif ini memang masih sangat jauh jika dibandingkan dengan WhatsApp. WhatsApp kini telah mencapai lebih dari satu miliar pengguna aktif.
Telegram sendiri pada awalnya dibuat atas bentuk kritik pada pemerintahan Rusia.
Telegram dibuat agar ada jalur komunikasi aman yang tidak dapat ditembus badan intelijen Rusia.
Namun, Jade Parker, peneliti senior dari grup riset TAPSTRI yang berfokus pada penggunaan internet para teroris, mengungkapkan bahwa kemampuan enkripsi Telegram bukanlah satu-satunya faktor yang membuat teroris tertarik menggunakan Telegram.
Enkripsi juga telah diterapkan media komunikasi lain seperti WhatsApp, namun Telegram masih berada selangkah di depan karena menyediakan berbagai fasilitas lain untuk memudahkan komunikasi, baik yang bersifat rahasia ataupun terbuka, dari individu ke individu ataupun menarget kalangan yang lebih luas.
Ada juga fasilitas groups, private message, dan Secret Chat.
Fitur Secret Chat bisa terbilang istimewa karena menerapkan enkripsi client-to-client.
Semua pesan yang terkirim dienkripsi dengan protokol MTProto.
Berbeda dari pesan biasa di Telegram yang bisa diakses dari berbagai perangkat karena berbasis cloud, pesan Secret Chat hanya bisa diakses melalui dua perangkat, yakni perangkat pengirim yang menginisiasi percakapan dan perangkat penerima.
Isi percakapan bisa dihapus kapan pun, atau diatur agar terhapus secara otomatis.
Kombinasi beberapa fasilitas yang berbeda ini, menurut Parker, memudahkan grup teroris seperti ISIS dalam memakai Telegram sebagai “pusat komando dan kendali”.
Lantas, apa yang membedakan Telegram dan WhatsApp, terutama dari segi keamanan?
Dilansir KompasTekno dari Blog Fortinet, Telegram dan WhatsApp sama-sama menggunakan teknologi enkripsi. Meski begitu, keduanya menggunakan teknologi yang berbeda.
Telegram menggunakan teknologi enkripsi bikinan sendiri bernama MTProto. Protokol itu dikerjakan langsung oleh Nikolai Durov, salah satu pendiri Telegram.
Teknologi tersebut berbasiskan enkripsi AES 256-bit, enkripsi RSA 2048, dan Diffie-Hellman.
Teknologi enkripsi ini sangat dibanggakan oleh Telegram. Sampai-sampai, Telegram menawarkan hadiah uang sangat besar bagi yang mampu membobolnya.
Berbeda dari Telegram yang sedari awal sudah menawarkan layanan chatting terenkripsi, WhatsApp baru belakangan ini memakai layanan enkripsi.
WhatsApp sendiri menggunakan layanan enkripsi dari perusahaan bernama Open Whisper System. Teknologi enkripsi yang digunakan di tiap layanan pun berbeda.
Untuk layanan pengiriman pesan, teknologi enkripsi yang digunakan bernama Signal Protocol dan layanan telepon menggunakan SRTP.
Dengan teknologi enkripsi seperti itu, WhatsApp mengklaim tidak bisa dekripsi pesan yang sudah dienkripsi oleh sistem. Artinya, WhatsApp sendiri tidak bisa membaca pesan yang ada.
Perusahaan keamanan Fortinet mencatat beberapa kelebihan yang dimiliki WhatsApp dari segi keamanan.
Yang pertama adalah tidak ada pesan yang disimpan di server. Memang semua pesan yang dikirim pengguna akan dialirkan melalui server WhatsApp.
Namun, setelah dikirim, pesan tersebut akan terhapus dari server. Meski begitu, ada beberapa laporan yang menyebutkan bahwa WhatsApp pernah menyerahkan data percakapan ke pemerintah negara tertentu.
Kelebihan lainnya, pesan yang ada di bagian grup juga aman karena telah dienkripsi.
Kelemahan WhatsApp, sebagaimana KompasTekno rangkum dari blog Fortinet, Sabtu (14/7/2017), salah teknologi enkripsi yang digunakan oleh WhatsApp, yakni Curve25519, dikatakan kurang banyak dipelajari seperti RSA.
Selain itu, kemampuan enkripsinya pun baru hadir baru-baru ini.
Masih menurut Fortinet, kelebihan Telegram dari segi keamanan adalah teknologinya yang open source.
Oleh karena itu, enkripsi bisa dikembangkan beramai-ramai dan dari developer seluruh dunia.
Kelemahannya sendiri, Telegram menggunakan teknologi SHA1. Teknologi itu kurang begitu dipilih dibandingkan dengan SHA256.
Kelemahan lainnya, pesan yang terkirim di aplikasi Telegram disimpan di server milik Telegram. Meski begitu, Telegram mengklaim tidak akan mengakses data percakapan itu.
Baca: Teroris Sering Menggunakan Aplikasi Ini Untuk Mengkoordinir Serangan, Ternyata Begini Cara Kerjanya!