Selain Whatsapp, Aplikasi Telegram Juga Punya Fitur Keamanan Data yang Bahkan Digemari Para Teroris

Disamping Whatsapp, aplikasi Telegram juga menawarkan berbagai fitur unik dengan keamanan data yang cukup ketat

wikimedia common
Logo Telegram 

SURYA.co.id - WhatsApp (WA) terus meningkatkan kualitas layanan dengan fitur-fitur yang memungkinkan penggunanya makin nyaman dan aman.

Baca: Whatsapp Makin Canggih Dengan Berbagai Fitur, Inilah 5 Tips Aman Saat Menggunakannya

Namun, dengan berbagai macam fitur yang lengkap, apakah keamanan berkomunikasi dengan WhatsApp bisa dipercaya, mengingat Facebook mengalami skandal penyalahgunaan data pengguna awal tahun lalu.

WhatsApp mengklaim jika privasi dan keamanan perpesanan, menjadi prioritas platform tersebut. Semua pesan di WhatsApp secara otomatis dilindungi oleh enkripsi end-to-end.

Artinya, semua pesan baik teks maupun suara hanya bisa dilihat oleh si pengirim dan penerima saja. Pihak ketiga, termasuk WhatsApp tidak akan bisa mengaksesnya.

Dirangkum KompasTekno dari situs resmi WhatsApp, Sabtu (23/6/2018), beberapa fitur bisa digunakan untuk mengontrol keamanan dan privasi chatting di WhatsApp.

1. Pengaturan privasi

Cara mengatur beberapa fitur privasi di WhatsApp
Cara mengatur beberapa fitur privasi di WhatsApp (Kompas.com)

Pada menu privasi, ada beberapa fitur yang bisa digunakan untuk mengontrol privasi profil pengguna.

Di antaranya adalah laporan pesan telah dibaca, tanda waktu terakhir dilihat (last seen), informasi profil, dan foto profil.

Penyetelan privasi bisa dilakukan dengan pergi ke tombol menu di pojok kanan atas bergambar titik tiga, lalu pilih setelan (setting), akun (account) dan pilih privasi (privacy).

Setelah pilih menu privasi, pilih opsi fitur mana yang akan dikontrol. Untuk mengontrol keamanan laporan pesan telah dibaca, tanda waktu terakhir dilihat, informasi profil, dan foto profil, bisa memilih opsi siapa saja yang diperkenankan melihatnya.

Jika semua orang yang menyimpan kontak diperkenankan melihat, pilih opsi "semua orang" (everyone), jika mengijinkan kontak yang kita simpan saja, pilih opsi "kontak saya" (my contacts).

Namun jika tidak ingin siapapun melihat, pilih "tidak ada" (nobody).

Sedikit catatan, jika menonaktifkan informasi terakhir dilihat dan tanda terima pesan, makan Anda juga tidak bisa melihat pemberitahuan tersebut.

Laporan dibaca akan selalu dikirimkan untuk percakapan grup, bahkan jika Anda telah mematikan opsi ini di pengaturan privasi Anda.

Hingga saat ini, tidak ada cara untuk menonaktifkan informasi "sedang mengetik" atau "online".

2. Mengontrol pembaruan status

Pengguna juga bisa mengontrol pembaruan status. Sama seperti sebelumnya, pembaruan status juga bisa diatur siapa saja yang diperbolehkan melihat.

Opsi yang bisa dipilih adalah "semua kontak" yang merujuk pada kontak yang anda simpan di perangkat.

Opsi kedua adalah "kontak saya dengan pengecualian", di mana Anda bisa memilih beberapa kontak untuk dihalau meliat pembaruan status, layaknya fitur "sembunyikan"(hide) di Instagram story.

Terakhir adalah pilihan "hanya berbagi dengan beberapa kontak tertentu". Artinya, hanya kontak-kontak pilihan Anda saja yang bisa melihat pembaruan status Anda.

3. Memblokir pengguna yang tidak diinginkan

Fitur ini bisa mencegah kontak tertentu untuk menghubungi Anda, baik melalui teks atau telepon.

Caranya, pilih opsi "blokir kontak", lalu klik ikon kontak di pojok kanan atas untuk memilih kontak mana saja yang ingin diblokir.

Dengan begitu, akun yang diblokir tidak akan bisa mengirim pesan atau melakukan panggilan telepon ke WhatsApp Anda.

4. Menghapus percakapan

Baik pesan personal maupun pesan grup, sama-sama bisa dihapus. Untuk menghapus percakapan pesan di ruang percakapan personal, tahan pesan-pesan yang ingin dihapus lalu pilih ikon tong sampah dan pilih hapus.

Jika usia pesan kurang dari 1 jam 8 menit 6 detik, Anda bisa memilih opsi hapus untuk semua.

Lalu untuk pesan di jendela grup, untuk menghapus beberapa pesan saja bisa menggunakan cara seperti menghapus pesan personal.

Namun jika ingin menghapus semua percakapan, bisa pilih opsi "bersihkan percakapan" (clear chat). Jika ingin keluar dari grup sekaligus membersihkan isi pesan, ketuk dan tahan grup yang hendak dihapus hingga muncul tanda centang di bawah foto profil, lalu pilih opsi "keluar grup" (exit group).

Kemudian hapus semua percakapan seperti cara sebelumnya.

5. Autentikasi dua langkah

Otentikasi dua langkah pada WhatsApp
Otentikasi dua langkah pada WhatsApp (Whatsapp)

Secara sederhana, autentikasi dua-langkah merupakan proteksi berlapis sebuah aplikasi ketika pengguna hendak masuk ke akunnya.

Metode autentikasi dua-langkah umumnya menggunakan SMS untuk mengirim kode verifikasi. Selain memasukan kata sandi, pengguna juga harus memasukan kode verifikasi yang diterima melalui SMS.

Cara menggunakan autentikasi dua langkah untuk ponsel Android, pilih ikon menu tiga titik di sisi kanan atas layar.

Selanjutnya pilih "Settings" dan tekan "Account". Maka akan muncul pilihan "two-step verification".

Tekan pilihan tersebut dan masukkan enam digit yang diinginkan sebagai passcode. WhatsApp akan meminta konfirmasi ulang passcode tersebut disertai permohonan memasukkan alamat e-mail.

Untuk pengguna iPhone, cara mengaktifkan otentikasi dua langkah hampir sama seperti di ponsel Android.

Hanya saja, menu "Account" diakses dari ikon "Settings" di pojok kanan bawah layar. Jika sudah mengikuti semua prosesnya, akun pengguna diklaim bakal lebih aman.

Disamping Whatsapp, aplikasi Telegram juga menawarkan berbagai fitur unik dengan keamanan data yang cukup ketat.

Dilansir KompasTekno Blog Telegram, Telegram dikenal sebagai aplikasi obrolan yang sangat ketat dalam privasi data.

Telegram sangat menjaga kerahasiaan pengguna sampai-sampai aplikasi ini menjadi favorit jaringan teroris sebagai alat komunikasi.

Sejak awal berdiri, layanan chatting ini mengedepankan diri sebagai platform yang aman dari intipan luar.

Telegram memiliki fitur enkripsi end-to-end yang dapat mencegah pesan dicegat dan dibaca kecuali oleh pengirim dan penerima.

Selain itu fitur channel pada Telegram bersifat terbuka untuk publik dan bebas diikuti oleh pengguna.

Karena itulah channel ini seringkali disalahgunakan oleh pelaku terorisme untuk menyebar propaganda.

Keunikan inilah yang diklaim membuat Telegram dapat mengantongi 200 juta pengguna aktif tanpa harus diperkenalkan melalui iklan manapun.

"Kami beroperasi dengan cara ini. Kami tidak menganggap Telegram sebagai organisasi atau aplikasi. Telegram adalah sebuah ide, itu adalah gagasan setiap orang di planet ini yang memiliki hak untuk bebas," tulis Pavel Durov, pendiri Telegram.

Kendati demikian jumlah 200 juta pengguna aktif ini memang masih sangat jauh jika dibandingkan dengan WhatsApp. WhatsApp kini telah mencapai lebih dari satu miliar pengguna aktif.

Telegram sendiri pada awalnya dibuat atas bentuk kritik pada pemerintahan Rusia.

Telegram dibuat agar ada jalur komunikasi aman yang tidak dapat ditembus badan intelijen Rusia.

Namun, Jade Parker, peneliti senior dari grup riset TAPSTRI yang berfokus pada penggunaan internet para teroris, mengungkapkan bahwa kemampuan enkripsi Telegram bukanlah satu-satunya faktor yang membuat teroris tertarik menggunakan Telegram.

Enkripsi juga telah diterapkan media komunikasi lain seperti WhatsApp, namun Telegram masih berada selangkah di depan karena menyediakan berbagai fasilitas lain untuk memudahkan komunikasi, baik yang bersifat rahasia ataupun terbuka, dari individu ke individu ataupun menarget kalangan yang lebih luas.

Ada juga fasilitas groups, private message, dan Secret Chat.

Fitur Secret Chat bisa terbilang istimewa karena menerapkan enkripsi client-to-client.

Semua pesan yang terkirim dienkripsi dengan protokol MTProto.

Berbeda dari pesan biasa di Telegram yang bisa diakses dari berbagai perangkat karena berbasis cloud, pesan Secret Chat hanya bisa diakses melalui dua perangkat, yakni perangkat pengirim yang menginisiasi percakapan dan perangkat penerima.

Isi percakapan bisa dihapus kapan pun, atau diatur agar terhapus secara otomatis.

Kombinasi beberapa fasilitas yang berbeda ini, menurut Parker, memudahkan grup teroris seperti ISIS dalam memakai Telegram sebagai “pusat komando dan kendali”.

Lantas, apa yang membedakan Telegram dan WhatsApp, terutama dari segi keamanan?

Dilansir KompasTekno dari Blog Fortinet, Telegram dan WhatsApp sama-sama menggunakan teknologi enkripsi. Meski begitu, keduanya menggunakan teknologi yang berbeda.

Telegram menggunakan teknologi enkripsi bikinan sendiri bernama MTProto. Protokol itu dikerjakan langsung oleh Nikolai Durov, salah satu pendiri Telegram.

Teknologi tersebut berbasiskan enkripsi AES 256-bit, enkripsi RSA 2048, dan Diffie-Hellman.

Teknologi enkripsi ini sangat dibanggakan oleh Telegram. Sampai-sampai, Telegram menawarkan hadiah uang sangat besar bagi yang mampu membobolnya.

Berbeda dari Telegram yang sedari awal sudah menawarkan layanan chatting terenkripsi, WhatsApp baru belakangan ini memakai layanan enkripsi.

WhatsApp sendiri menggunakan layanan enkripsi dari perusahaan bernama Open Whisper System. Teknologi enkripsi yang digunakan di tiap layanan pun berbeda.

Untuk layanan pengiriman pesan, teknologi enkripsi yang digunakan bernama Signal Protocol dan layanan telepon menggunakan SRTP.

Dengan teknologi enkripsi seperti itu, WhatsApp mengklaim tidak bisa dekripsi pesan yang sudah dienkripsi oleh sistem. Artinya, WhatsApp sendiri tidak bisa membaca pesan yang ada.

Perusahaan keamanan Fortinet mencatat beberapa kelebihan yang dimiliki WhatsApp dari segi keamanan.

Yang pertama adalah tidak ada pesan yang disimpan di server. Memang semua pesan yang dikirim pengguna akan dialirkan melalui server WhatsApp.

Namun, setelah dikirim, pesan tersebut akan terhapus dari server. Meski begitu, ada beberapa laporan yang menyebutkan bahwa WhatsApp pernah menyerahkan data percakapan ke pemerintah negara tertentu.

Kelebihan lainnya, pesan yang ada di bagian grup juga aman karena telah dienkripsi.

Kelemahan WhatsApp, sebagaimana KompasTekno rangkum dari blog Fortinet, Sabtu (14/7/2017), salah teknologi enkripsi yang digunakan oleh WhatsApp, yakni Curve25519, dikatakan kurang banyak dipelajari seperti RSA.

Selain itu, kemampuan enkripsinya pun baru hadir baru-baru ini.

Masih menurut Fortinet, kelebihan Telegram dari segi keamanan adalah teknologinya yang open source.

Oleh karena itu, enkripsi bisa dikembangkan beramai-ramai dan dari developer seluruh dunia.

Kelemahannya sendiri, Telegram menggunakan teknologi SHA1. Teknologi itu kurang begitu dipilih dibandingkan dengan SHA256.

Kelemahan lainnya, pesan yang terkirim di aplikasi Telegram disimpan di server milik Telegram. Meski begitu, Telegram mengklaim tidak akan mengakses data percakapan itu.

Baca: Teroris Sering Menggunakan Aplikasi Ini Untuk Mengkoordinir Serangan, Ternyata Begini Cara Kerjanya!

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved