Hari Kartini 2018 - Penderitaan Hidup Putra Satu-satunya RA Kartini, Soesalit Djojoadhiningrat
Anak pertama RA Kartini dan satu-satunya, Soesalit Djojoadhiningrat, lahir pada tanggal 13 September 1904.
Bahkan, dalam akhir bukunya, Efatino Febriana berkesimpulan, kalau kartini mamang mati karena sudah direncanakan.
Demikian pula Sitisoemandari dalam buku "Kartini, Sebuah Biografi", menduga bahwa Kartini meninggal akibat permainan jahat dari Belanda.
Permainan jahat dari Belanda ingin agar Kartini bungkam dari pemikiran-pemikiran majunya yang ternyata berwawasan kebangsaan.
Ketika Kartini melahirkan, dokter yang menolongnya adalah Dr van Ravesten, dan berhasil dengan selamat.
Selama 4 hari pascamelahirkan, kesehatan Kartini baik-baik saja. Empat hari kemudian, dr van Ravesten menengok keadaan Kartini, dan ia tidak khawatir akan kesehatan Kartini.
Ketika Ravesten akan pulang, Kartini dan Ravesten menyempatkan minum anggur sebagai tanda perpisahan.
Setelah minum anggur itulah, Kartini langsung sakit dan hilang kesadaran, hingga akhirnya meninggal dunia.
Sayang, saat itu tak ada autopsi. Meski demikian, pihak keluarga tidak mempedulikan desas-desus yang muncul terkait kematian Kartini, melainkan menerima peristiwa itu sebagai takdir Yang Mahakuasa.
Sementara pendapat yang berbeda yang dinyatakan oleh para dokter modern di era sekarang.
Para dokter berpendapat Kartini meninggal karena mengalami preeklampsia atau tekanan darah tinggi pada ibu hamil.
Namun hal ini juga tidak bisa dibuktikan karena dokumen dan catatan tentang kematian Kartini tidak ditemukan. (Tribun Jabar/Berbagai Sumber)
Baca: Masih Ingat Ucok Baba? Tak Lagi Melawak, Kondisinya Kini Bikin Kaget Banyak Orang
Baca: Rezeki Nomplok! Muntahan Paus Milik Nelayan di Kupang Laku Rp 1,6 Miliar
Baca: Astaga! Ada Jasad Bocah Laki-laki di Dalam Perut Buaya saat Dibelah
Baca: Pria Banyuwangi 12 Hari Jalan Kaki ke Bangkalan Sambil Baca Shalawat Nabi. Ini Tujuannya