Kuliner
Rujak Cobek, Cara Lain Menikmati Rujak Serasa Bikin Sendiri di Sumenep
Siti Khotijah (30), pemilik rujak cobek mengaku ide ini hadir karena ingin tampil beda.
Penulis: Khairul Amin | Editor: Parmin
SURYA.co.id | SUMENEP – Umumnya menikmati rujak di atas piring, “Rujak Cobek” yang ada di Jalan Tengku Umar Gang 1 No 21, Pandian, Sumenep menyajikan hal berbeda. Setiap pembeli bisa menikmati rujak dari cobeknya secara langsung.
Siti Khotijah (30), pemilik rujak cobek mengaku ide ini hadir karena ingin tampil beda.
“Biar gak sama aja, biasanya kan pakai piring,” terang ibu dua anak tersebut pada surya, Senin (19/2/2018).
Meskipun harus mengeluarkan uang lebih untuk membeli cobek, bagi Khotijah, itu adalah resiko yang harus di tanggungnya. Sampai sekarang Khotijah miliki 50 koleksi cobek ukuran kecil, sekitar diameter 15 cm.
“Ya namanya pengen tampil beda mas, keluar biaya lebih besar gak apa-apa,” tutur Khotijah sambil tersenyum.
Saat ditanya kenapa usaha rujak, karena menurut Khotijah, pembuatan rujak tergolong gampang.
“Selain gampang, resiko ruginya kalau gak laku kecil, paling cuma sayur,” terang Khotijah.
Rujak yang ditawarkan Khotijah terdapat dua pilihan, kuah kacang, dan kuah petis.
Kuah kacang dipadukan dengan rebusan ketela pohon dan lontong, sementara kuah petis dengan buah. Buah yang disediakan hanya kedongdong, mentimun, bengkoang, pepaya, dan nanas.
Dua jenis kuah tersebut terdapat tambahan wajib berupa potongan kangkung, tauge, juga kripik singkong.
“Pentol sama potongan tahu itu pilihan mas, tergantung selera pembeli,” terang Khotijah.
Satu porsi rujak kuah kacang Rp 7.000 rupiah, sementara kuah petis Rp 5.000 rupiah.
Khotijah memulai usaha “rujak cobek” sejak tahun 2013. Sejak itu, warung Khotijah tidak pernah sepi pengunjung.
Setiap harinya warung Khotijah buka dari pukul 10.00 Wib hingga pukul 17.00 Wib.
“Setiap hari rata-rata terjual 100-150 porsi, tidak bisa lebih dari itu mas, capek, apalagi ini kan tidak ada pekerjanya,” tutur Khotijah.
Dari porsi tersebut, setiap harinya rata-rata menghabiskan 5 kilogram petis.
Sedang Muhadi (42), suami dari Khotijah mengaku kadang membantu istrinya tersebut saat ramai.
“Ya bantu, tapi cuma bagian ngangkat-ngangkat saja,” terang laki-laki yang juga buka jasa bengkel motor di rumahnya tersebut.
Sebelum memulai usaha rujak, Khotijah memang sudah terbiasa bekarja di warung-warung.
“Apa saja saya kerjakan mas, yang penting halal,” tegas Khotijah.
Menurut Khotijah, tantangan terbesar dari usahanya adalah saat ramai, tidak semua pembeli teratasi.
“Ya kadang ada pembeli tidak mau antre mas, suka tidak sabar,” terangnya sambil tersenyum.
Penikmat rujak buatan khotijah tidak hanya dari area Sumenep saja, bahkan sering dari luar kota, bahkan luar Madura.
“Biasanya temen atau rekan kerja pembeli yang sudah biasa kesini, kebanyakan dari luar Madura mas,” terangnya.
Mega Dewi Lastini (19), salah satu pengunjung rujak mengaku sengaja memilih rujak cobek karena tampilannya yang beda.
“Sering banget, selain enak, juga karena langsung makan rujak di cobek, kayak ngerujak sendiri, biasanya kan di piring,” terang mahasiswi semester 4, Universitas Wiraraja tersebut.
Akibat ketekunan dan usahanya tersebut, Khotijah meraup keuntungan setiap bulannya hingga Rp 3 juta.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/surabaya/foto/bank/originals/rujak-cobek_20180219_193156.jpg)