Khofifah dan Emil Menuju Jatim 1
Khofifah Indar Parawansa Gagas Rumah Informasi Super Koridor untuk Tingkatkan Nilai Produk Lokal
Provinsi Jawa Timur menjadi provinsi yang paling besar produksi ekspornya di Indonesia.
Penulis: Fatimatuz Zahro | Editor: Adrianus Adhi
SURYA.co.id | Surabaya - Provinsi Jawa Timur menjadi provinsi yang paling besar produksi ekspornya di Indonesia. Akan tetapi masyarakat yang menjadi produsen utama produk di wilayah pedesaaan belum mampu terangkat ekonominya lantaran kurangnya akses dan bantuan konektivitas dengan pasar.
Oleh sebab itu, untuk bisa membantu masyarakat agar bisa menambah nilai jual dan masuk ke pasar internasional, bakal calon gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menawarkan gagasan dalam bentuk rumah Informasi Super Koridor.
"Misalnya Lumajang itu kaya dengan pisang, dan buahnya yang luar biasa. Namun selama ini petik olah kemas jualnya masih belun maksimal, 15 tahun lalu saya membuat alat dari Pindad untuk membuat pisang Lumajang bisa masuk ke pasar internasional," kata Khofifah, Sabtu (11/2/2018).
Slicer itu bisa mengiris pisang dengan ketipisan yang sama. Tidak hanya itu, alat tersebut juga bisa menbersihkan pisang dan memasukkannya dalam vacum friying. Dengan alat ini tidak akan ada keripik pisang yang terlalu matang atau masih mentah.
"Krispinya sama, tidak ada minyak yang menetes, dan krispinya terjaga sampai delapan bulan ke, ini sudah saya lakukan sekitar delapan tahun yang lalu," kata Khofifah.
Namun saat ini pengembangan alat itu ke masyarakat produsen pisang masih belum maksimal. Menurutnya untuk bisa masuk ke pasad internasional kadang perusahaan dari luar negeri tidak mau pakai bungkus dan merk. Sebab nilai tambah itu ada di bungkus dan merk.
"Saya ingin sampaikan ini jadi PR kita saat ini bagaimana kita harus bisa membuat produk lokal Jawa Timur tembus pasar global. Saya sudah diskusi dengan Pakde Karwo (gubernur Jatim). Saya matur ke beliau, pakde, apa yang sebetulnya yang harus sudah disiapkan," kata Khofifah.
Ternyata untuk bisa membuat kerjasama jual beli ekspor dengan negara lain, maka dibutuhkan pakar hukum untuk mengurus kontrak. Lalu juga butuh translator. Selain itu juga dibutuhkan operator yang bisa menghubungkan dan mencarikan pasar yang pas untuk produk lokal di kancah global.
"Kalau sekarang pedagang keripik pisang. Dia misalnya standar higienisnya sudah memenuhu standar, maka pasarnya harus kita bantu. Maka kami memiliki gagasan untuk membuat Informasi Super Koridor," kata Khofifah.
Di informasi super koridor ini akan memuat tiga hal yang menjadi kebutuhan pengusaha lokal. Kantornya ini akan menyiapkan lawyer, translator dan juga operator untuk menge-link-an ke dunia usaha internasional.
"Saya sekarang sedang minta untuk dihitung berapa kebutuhan lawyer, translator dan operator untuk bisa membantu memasarkan produk-produk lokal Jawa Timur agar bisa laku di pasar internasional. Sebab menurut saya problem masyarajat saat ini adalah keterbatasan akses, dan mahalnya akses ini," katanya.
Dengan adanya rumah Informasi Super Koridor, produsen lokal bisa menganggap rumah informasi itu adalah kantornya. Dan tidak lagi sulit untuk memasarkan produknya sampai ke luar negeri.
"Ketersediaan akses ini menjadi penentu, dan nantinya biaya akan ditanggung oleh Pemerintah Provinsi sebagai penyediaan akses," kata Khofifah.
(fz/Fatimatuz Zahroh)