Khofifah dan Emil Menuju Jatim 1

Khofifah-Emil Tawarkan Program Imam Masjid, Gereja dan Vihara Dapat Tunjangan Bulanan

Khofifah menawarkan program pemberian tunjangan sapaan penghormatan bagi imam masjid, viraha, dan gereja

Penulis: Fatimatuz Zahro | Editor: Titis Jati Permata
surya/habibur rohman
Bakal Calon Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa saat mengikuti Harlah ke-72 Muslimat NU Kabupaten Kediri diarea lapangan simpang lima (SLG) Gumul Kediri, Minggu (4/2/2018) 

SURYA.co.id | JEMBER - Perang program dan konsep untuk pengembangan Jawa Timur menjadi tonggak merebut suara dan dukungan dari masyarakat.

Salah satu program yang ditawarkan oleh Bakal Calon Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan pasangannya Emil Elestianto Dardak tidak hanya menyentuh pengajar madrasah diniyah, Hafidz Hafidzoh, maupun pesantren Madura.

Namun juga akan menyasar imam masjid, viraha, dan juga gereja.

Dalam sambutannya di Pondok Pesantren Nurul Qarnain Baletbaru Sukowono Kabupaten Jember, Jumat (9/2/2018), Mantan Menteri Sosial serta Mantan Menteri Pemberdayaan Perempuan ini menawarkan program pemberian tunjangan sapaan penghormatan bagi imam masjid, viraha, dan gereja dalam bentuk tunjangan bulanan.

"Semacam tunjangan kehormatan, nama formatnya sedang kita cari. Kami ada hitung-hitungan, masjid di seluruh Jawa Timur ada sebanyak 41 ribu, lalu kita juga sedang finalisasi jumlah gereja, kelenteng dan vihara berapa," ucap Khofifah.

Seiring dengan pemberian sapaan penghormataan pada hafidz hafidzoh, maka menurut Khofifah, imam masjid yang menjadi referensi utama bisa disyaratkan minimal mampu menghafal 10 juz.

"Kalau ini akan berseiiring dengan memberi penghormatan hafidz, maka imam masjid yang jadi referensi utama, maka kita sudah hitung imam masjid bisa disyaratkan hafal sebanyak 10 juz dan menjadi bagian dari imam tetap, mestinya juga kita berikan sapaan satu bulan Rp 2 juta. Pemberian sapaan itu di luar sapaan atau tunjangan dana APBD kabupaten kota," ucap Khofifah.

Intinya, Khofifah ingin agar di Jawa Timur bisa menjaga keberagaman. Dan menjadi tugas dari pemerintah untuk memberikan sapaan dan tunjangan kehormatan bagi mereka.

Lebih lanjut, disampaikan Khofifah, sapaan kehormatan ini mungkin menjadi penting.

Kiai dan bu nyai maupun santri bisa jadi tidak sempat berguru langsung, yang tidak sempat langsung ke bu Nyai maka santri saat ini bisa nyantri lewat digital.

Ada yang memang jelas dasarnya, sanatnya, dan ada yang tidak jelas sanatnya, tetapi karena viral maka jadi perbincangan dan menjadi dasar membangun proses muamalat di lingkungan masing-masing.

"Inilah kenapa sebelum Gus Dur wafat yang dikumpulkan adalah kiai kampung. Karena kiai kampung ini adalah yang mengajarkan cara solat, bagaimana mengajarkan bersuci dan dasar dasar agama ke masyarakat terdekat," kata Khofifah.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved