Berita Pasuruan

Kisah Sugiarto, Lulusan SMA yang Sukses Raih Kalpataru Berkat Kegemarannya Tanam Pohon Sejak Kecil

Bibit pohon itu dibuatnya secara mandiri. Ia membuat bibit pohon-pohon unggul di rumahnya.

surya/galih lintartika
Sugiarto dan aktivitasnya 

Selanjutnya, ia pun sangat patuh dan mendalami ilmu pramuka.

Dasa Dharma Pramuka nomor dua, cinta alam dan kasih sayang sesama manusia, ia praktikkan dan terapkan dalam kehidupannya.

Nah, dari situlah ia memiliki bekal dan ingin berbuat kebaikan.

"Saya sebenarnya miris melihat banyak lingkungan yang rusak, pohon jadi korban penebangan liar dan masih banyak lagi. Saya ingin lingkungan dan hutan di Indonesia ini aman dan nyaman , jauh dari penebangan atau penggundulan hutan liar," kata Sugiarto kepada Surya.

Ia mulai melakukan gerakan menanam pohon. Bibit pohon itu dibuatnya secara mandiri. Ia membuat bibit pohon-pohon unggul di rumahnya.

Selanjutnya, bibit pohon itu dibawa ke hutan dan ditanam.

Hutan yang menjadi prioritasnya itu hutan yang sudah mulai gersang dan pohonnya sedikit yang tumbuh di sana.

"Sejak lulus SMA, saya keliling ke hutan atau ke lahan di sekitar Pasuruan saja. Ada lahan kosong, saya tanami, saya beri bibit pohon. Selain meminimalisir penggundulan hutan, saya juga ingin lingkungan di sekitar saya ini hijau dan asri," tambah dia.

Dia menjelaskan, untuk mencapai titik ini pun tak mudah. Ia mengaku banyak cibiran saat ia memulai gerakan tanam pohon dan membuat pusat konservasi lingkungan seperti ini.

Ia mengaku pernah dianggap sebelah mata oleh sebagian orang. Bahkan, yang lebih menyakitkan, ketika ia diremehkan oleh orang-orang di lingkungan keluarganya.

"Banyak yang mengatakan, kamu iku ngapain saja. Sudah lulus SMA kerja saja, daripada melakukan hal yang tidak penting dan tidak menghasilkan. Keliling, menanam pohon, tidak ada manfaatnya. Cibirannya saat itu sangat menyayat dan melukai hati saya," papar dia.

Namun, dari cibiran itu, ia justru semakin terpacu untuk membuktikan bahwa ia mampu.

Ia sempat kesal terhadap orang-orang yang ada di sekitarnya. Ia merasa tidak ada yang mendukungnya.

"Lebih kesalnya lagi, orang di luar desa saya masuk ke sini, mendapatkan kepercayaan yang luar biasa dari warga. Tapi, saya ini anak desa sendiri mau berinovasi dan berkreasi tapi tidak mendapatkan kepercayaan," jelasnya.

Ia sempat minder dan kurang percaya diri, karena ia menyadari bahwa dirinya bukan orang yang memiliki pendidikan tinggi.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved