Liputan Khusus

Batik Dolly Makin Terkenal, Motif Jarak dan Kupu-kupu Jadi Ciri Khas

Gambar daun dan buah jarak sengaja dipilih untuk mewakili nama lokasi pembuatan, yakni kawasan Jarak.

surya/m taufik
Batik tulis bermotif daun jarak dan kupu-kupu yang diproduksi UKM Batik Jarak Arum makin diminati. 

SURYA.co.id | SURABAYA - Jika melihat kain batik bermotif daun jarak yang dipadu dengan gambar kupu-kupu, itulah motif batik tulis yang diproduksi di kawasan bekas Lokalisasi Jarak.
Motif batik ini dikembangkan UKM Batik Jarak Arum.

Menurut Fitria Anggraeni Lestari, ketua kelompok Batik Jarak Arum, motif tersebut sengaja diciptakan sebagai identitas produksinya.

“Di batik yang kami produksi ada gambar daun jarak, buah jarak, dan kupu-kupu,” katanya kepada Surya, pekan lalu.

Dijelaskan, gambar daun dan buah jarak sengaja dipilih untuk mewakili nama lokasi pembuatan, yakni kawasan Jarak.

Sedangkan gambar kupu-kupu, bisa diidentikkan dengan ‘kupu-kupu malam’ yang puluhan tahun menghiasi kawasan Jarak.

UKM ini berdiri bersamaan dengan deklarasi penutupan Lokalisasi Dolly dan Jarak pada 2014.
Sekarang, jumlah anggotanya tinggal enam orang, dari sebelumnya sebanyak 10 orang.

“Lainnya mrotol,” ujar ibu dua anak yang tergabung dalam Pahlawan Ekonomi (PE) tersebut.

Diceritakan, saat awal kelompok ini mendapat pelatihan membatik dari pemerintah.

Sekitar satu bulan pelatihan, kain batik hasil karyanya dijual untuk modal atau kulakan bahan baku guna melanjutkan produksi.

Sedangkan alatnya, seperti canting, kompor, dan sebagainya saat awal itu mendapat bantuan dari pemerintah.

“Awalnya memang sulit. Tapi saya sangat senang ketika kain batik karya pertama saya bisa laku. Saat itu terjual Rp 125.000 satu lembar,” kisahnya girang.

Meski harus berjuang dari nol, perempuan 38 tahun ini mengaku bangga bisa menekuni dunia barunya.

Apalagi setelah batik karya UKM tersebut mulai banyak dikenal dan bisa masuk sejumlah mal dan pusat perbelanjaan.

Kelompok ini bermarkas di Rumah Kreatif Batik di Putat Jaya Barat VIII-B/ 31.

“Namun, kami juga mengerjakan di rumah sambil menyelesaikan kegiatan rumah tangga. Kan kami ibu rumah tangga, jadi punya banyak kewajiban juga di rumah,” urainya.

Fitria sendiri saat lokalisasi Dolly dan Jarak masih beroperasi, berprofesi sebagai penjual pakaian.
Sasaran jualannya adalah para PSK yang berada di lokalisasi terbesar itu. Mulai pakaian sehari-hari sampai pakaian yang superseksi biasa dijualnya.

Demikian halnya anggota kelompoknya. Dulunya juga menggantungkan pekerjaan dari keberadaan lokalisasi.

Seperti tukang cuci, tukang antar PSK, pijat, dan sebagainya. Beberapa mantan PSK dan mucikari juga sempat bergabung dengan kelompok ini.

Dari perjuangan itu, mereka sudah mulai menuai hasil. Omzet penjualan batik Jarak Arum sudah mencapai Rp 3 juta sampai Rp 5 juta per bulan.

Bahkan, saat banyak pesanan dari hotel dan mal omzetnya bisa tembus di atas Rp 10 juta. (fla/ufi)

Sumber: Surya Cetak
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved