Ramadan 2017
Menyusuri Jejak Islam di Ujung Situbondo, Ponpes Salafiyah Syafi'iyah yang Berusia 103 Tahun
Pondok yang berada 33 kilometer (km) dari pusat Kota Situbondo ini ternyata sudah berusia satu abad lebih.
Penulis: Galih Lintartika | Editor: Titis Jati Permata
SURYA.co.id | SITUBONDO - Sepintas Pondok Pesantren (Ponpes) Salafiyah Syafi'iyah di Dusun Sukorejo, Desa Sumberejo, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo, sama dengan pondok pada umumnya.
Namun, siapa sangka, pondok yang berada 33 kilometer (km) dari pusat Kota Situbondo ini ternyata sudah berusia satu abad lebih.
Dalam catatan, pondok ini sudah berusia 103 tahun atau berdiri sejak tahun 1914 silam.
Suasana pesantren sangat kental terasa, saat SURYA.co.id berkunjung ke salah satu pondok tertua ini.
Memasuki gapura yang berjarak 1 km dari pusat pondok sudah ada papan bertuliskan area santri.
Papan itu digunakan sebagai tanda bahwa santri tidak boleh keluar dari area pondok lebih dari 1 km.
Sekalipun lebih dari 1 km, santri harus mengurus izin sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang ada.
Selangkah lebih maju, tampak parkir bus dan roda empat bagi para pengunjung ponpes.
Area parkir ini sangat luas sekali. Jika diperkirakan, area ini bisa diisi lebih dari 30 bus.
Di sebelahnya, puluhan kios yang menjual pernak - pernik tentang pondok dan sejenisnya siap melayani pengunjung pondok yang ingin membawa buah tangan ke rumahnya.
Setelah itu, tampak berjajar bangunan asrama santri laki - laki dan perempuan yang terpisah, masjid, musala, auditorium, ruang bahasa, dan masih banyak lagi.
Pondok ini dilengkapi dengan sejumlah fasilitas yang memadai, meskipun usianya tak lagi muda.
Di area 24 hektar ini, pesantren mampu menampung 14.000 santri dari sejumlah wilayah di Indonesia.
Bahkan, ada beberapa santri yang berasal dari luar Indonesia, seperti Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam.
Jumlahnya memang tidak mendominasi, sebab tidak lebih dari 20 orang santri berasal dari luar negeri.
Sayangnya, SURYA.co.id tidak bisa bertemu dengan para santri dari negeri tetangga, karena yang bersangkutan sedang pulang kampung.