Citizen Reporter

Menyimak Histori Kesultanan Yogyakarta dari Puncak Panggung Krapyak

Panggung Krapyak dulu dan sekarang, beda fungsi dan peruntukan, namun tetap tegak berdiri demi sejarah itu sendiri ...

Editor: Tri Hatma Ningsih
rintahani johan pradana/citizen reporter
Panggung Krapyak Yogyakarta 

Reportase Rintahani Johan Pradana
Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Malang

GARIS imajiner yang membentang dari Gunung Merapi hingga Pantai Parangkusumo menjadi salah satu poros magis bagi Kesultanan Yogyakarta. Membentang dari utara menuju selatan, melalui beberapa titik. Gunung Merapi, Tugu Golong-gilig, Malioboro, Keraton Yogyakarta, Panggung Krapyak, berujung di Pantai Parang Kusumo.  

Keberadaan Panggung Krapyak menarik untuk diulas. Bangunan empat sisi ini memiliki nilai historis bagi perjalanan historis Keraton Yogyakarta.

“Panggung Krapyak, tempat yang dulunya berfungsi sebagai arena berburu menjangan bagi para pangeran maupun raja di Yogyakarta,” ungkap Bayu Widiyatmoko, penulis buku Kronik Peralihan Nusantara.

Panggung Krapyak diperkirakan dibangun medio 1700-an, berdiri di tengah persimpangan jalan, dengan tinggi sekitar 10 m dan luas antara 17 m x 15 m. Bangunan cagar budaya ini berada di ujung selatan tapal batas Yogyakarta. Ada empat lubang pintu dan delapan jendela yang menghiasi masing-masing sisi.

“Dahulu, di awal Kesultanan Yogyakarta, sekitar pertengahan abad ke 18, wilayah Krapyak masih berupa hutan rimbun. Masih banyak binatang buas, sehingga dirasa tepat untuk dibangun pos pertahanan sekaligus menjadi tempat mengasah kemampuan berburu para pangeran dan raja,” imbuh Bayu.

Kini, Krapyak berubah menjadi kawasan permukiman padat penduduk dan menjadi salah satu wilayah pesantren di Yogyakarta. Uniknya, meski Yogyakarta telah berkembang menjadi kota metropolitan, namun kesadaran menjaga peninggalan sejarah terus digalakkan.

Kecakapan untuk menggunakan busur dan anak panah, rasanya mutlak diperlukan bagi para pangeran sehingga dari atas Panggung Krapyak, mereka dapat melatih kecakapan tersebut. Bila dicermati, dalam rangkaian garis imajiner Yogyakarta, panggung Krapyak memiliki nilai filosofis tentang kewaspadaan dan kecakapan.

Bangunan cagar budaya peninggalan sejarah, tak akan mampu bicara banyak tanpa usaha melestarikan dan mengenalkan kepada generasi muda. Menjaga dan melestarikan bangunan peninggalan sejarah menjadi tanggung jawab seluruh pihak.

Di Panggung Krapyak, ada nilai filosofis yang mustinya mampu dipahami oleh generasi muda saat ini, bukan sekadar tempat yang berada pada rangkaian garis imajiner yang  menghubungkan titik-titik penting bagi perjalanan historis Keraton Yogyakarta.

Ada pesan tentang kewaspadaan, tentang bagaimana mengolah kecakapan untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan, tempat di mana seorang manusia hidup, berbaur dengan alam.

Sumber: Surya Cetak
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved