Sambang Kampung

Kampung Abon Padmosusastro Surabaya, Resep Rahasia Jaga Kualitas

Kampung Padmosusastro di Surabaya dikenal sebagai kampung abon. Begini kisah dibalik tenarnya abon di kampung tersebut...

Penulis: Fatimatuz Zahro | Editor: Eben Haezer Panca
surabaya.tribunnews.com/Ahmad Zaimul Haq
Siti (43), salah satu produsen Abon di Jl Padmosusastro, Selasa (14/3/2017). Di kawasan itu terdapat sekitar 6 penguasaha Abon. 

SURYA.co.id | SURABAYA  - Penghasil abon dengan kualitas ekspor ada di Surabaya? Tak diragukan lagi, berasal dari Kelurahan Pakis, Kecamatan Sawahan. Tepatnya, di Jl Padmosusastro Surabaya. Setidaknya, di sepanjang jalan ini ada enam rumah tangga pengusaha abon sapi.

Sarti (67), warga Jl Padmosusastro No 86,  adalah orang yang pertama kali menggagas bisnis kuliner abon sapi.

Ibu tiga anak ini memulai usaha abon sapi sejak 1995. Mulanya, ibu rumah tangga biasa ini bekerja sebagai buruh masak. Ia lalu belajar membuat abon dan mendirikan usaha, dengan merek Abon Sapi Bu Sarti.

“Setiap hari saya produksi 30 kilogram (kg) daging sapi untuk diolah menjadi 22 kg abon sapi,” kata Sarti, Selasa (14/3/2017).

Ada dua varian rasa yang dibuatnya, yaitu manis dan pedas.

Produksi Sarti itu sudah agak menurun, sejak banyak yang ikut produksi abon di jalan ini. Dulu sehari, ia bisa produksi sampai 50 kg. Kadang dijual biasa, dan untuk melayani pesanan.

“Perkilogram dihargai Rp 47.500. Jangan tanya rasanya, dijamin bikin balik,” ucapnya.

Menurutnya, pengunjung yang mencari abon sapi miliknya memang sudah banyak. Kebanyakan dari luar kota, seperti Jakarta, Balikpapan, Medan, bahkan ada yang sampai dibawa ke luar negeri, seperti Singapura.

“Dulu itu Pak Habibie sempat jadi langganan. Kalau presiden sekarang belum pernah ke sini,” ujarnya.

Sudah lima tahun ini, menurut Sarti, kampungnya ditetapkan sebagai sentra usaha abon sapi. Saat ini ada enam rumah tangga yang berusaha memproduksi abon sapi.

Lima di antaranya, orang yang pernah bekerja pada dirinya, lalu mandiri mendirikan usaha sendiri.

“Ada abon sapi dua bersaudara itu anak saya, lalu Hermawan itu juga. Resepnya satu, tapi beda tangan kadang juga beda sih,” terangnya.

Kualitas abon disini, diakuinya, terjamin. Bahkan, sampai enam bulan tidak basi dan masih bisa dikonsumsi. “Resep rahasianya ada. Salah satunya pakai santan yang kental. Lalu nggak pakai micin dan pengawet,” ucap Sarti.

Belum Miliki Koperasi

Pengusaha abon sapi lain di Jl Padmosusatro No 102, Soetyowati mengatakan, saat ini secara pasar memang sudah lancar. Terutama dari luar kota, Jakarta, dan Mojokerto.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved