Citizen Reporter

Berguru Kasmaran Membaca pada Sang Penjaja Sastra Syaf Anton

bagaimana agar anak kasmaran membaca? ternyata mendongeng tidak cukup, butuh kehadiran buku di saat orangtua membagikan sebuah dongeng...

Editor: Tri Hatma Ningsih
alexas-fotos-px
ilustrasi 

Reportase : Agus Setiawan
Mahasiswa STKIP PGRI Ponorogo/Panitia sekolah Literasi Gratis

SEKOLAH Literasi Gratis (SLG) STKIP PGRI Ponorogo kali ini menghadirkan sosok inspiratif, Syaf Anton, penulis dari Sumenep, Minggu (6/11/2016).

Anton, tamu SLG angkatan ketiga, sekaligus pemateri pembuka di bulan November 2016 ini. Di sela-sela mengisi sekolah literasi, Anton bercerita tentang perjalanannya sebelum sampai di Ponorogo, singgah di Jombang dan Ngawi untuk menjajakan sastra, berbagi ilmu untuk orang lain sebagai amal kebajikan.

“Apa gunanya ilmu jika hanya disimpan untuk dirinya tidak ditularkan kepada orang lain,” tutur lelaki berambut gondrong itu.

Beliau juga menekankan pentingnya membaca sebagai seorang penulis. Membaca itu input ilmu untuk membuka jaring-jaring pemikiran untuk selanjutnya diwadahkan dalam karya.

Namun, membaca tidak lantas terfokus pada teks atau buku-buku saja. Lebih jauh bisa membaca apa saja, misalnya membaca lingkungan sekitar atau realitas sosial, yang merupakan lahan potensial untuk dijadikan ide tulisan.

Selain membaca untuk menulis, Syaf Anton memberikan pencerahan kepada peserta untuk menggiatkan budaya baca pada anak. Kebetulan pada saat itu, peserta dari kalangan umum bertanya tentang tip untuk membudayakan anak membaca.

Anak tidak suka membaca bukan kesalahannya, melainkan kesalahan orangtua yang tidak mau mengajarkan anak untuk membiasakan membaca.

Tidak perlu jauh-jauh dengan menggalakkan anak membaca secara intensif, melainkan dengan mendongeng di waktu berkumpul atau sebelum tidur. Dengan mendongeng tidak hanya menumbuhkan ketertarikan pada cerita, tetapi memotivasi anak untuk kasmaran membaca. Ketertarikan bersumber dari keinginan untuk mengetahui cerita secara detail.

Yang perlu diingat orangtua ketika mendongeng harus membawa bukunya, walau sesunggguhnya mendongeng bukan membaca. Tujuannya tidak lain untuk memberikan contoh sekaligus secara tidak langsung mengajari budaya membaca.

“Bukankan anak akan meniru apa yang dilakukan orang terdekatnya,” pungkas penulis kumpulan puisi Langit Suasa Langit Pujangga itu.

Sumber: Surya Cetak
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved