Lebaran 2016

Kupat Ketek, Kuliner Khas Lebaran Ketupat di Gresik, Rasanya lebih Gurih dari Ketupat Biasa

“Kupat Ketek dimasak menggunakan Air Ketek sampai sekitar 5 jam. Airnya inilah yang diambil dari tempat khusus,”

Penulis: M Taufik | Editor: Parmin
surya/m taufik
TEKUN - Inem bersama saudaranya sibuk membuat Kupat Ketek di rumahnya, Selasa (12/7/2016). 

Air Khusus
Nama Kupat Ketek diambil dari nama air khusus yang dipakai untuk memasaknya, yakni Air Ketek.

Air ini terbilang langka, karena tidak di semua lokasi ada. Salah satu sumber air ketek yang tersisa ada di Ngargosari.

Surahman, suami Inem, harus naik turun bukit untuk mendapatkan air yang warnanya kecokelatan tersebut.

Jaraknya tidak terlalu jauh dari rumahnya, hanya beberapa ratus meter, tapi karena medan yang sulit menjadi alasan kenapa jarang ada orang hendak membuat Kupat Ketek mengambil sendiri airnya meski tahu lokasinya.

Sumber air itu berada di bawah bukit Giri, dekat dengan bekas pabrik pengolahan kayu.
“Harus jalan kaki, naik turun dan melewati rawa. Debit airnya juga kecil, sehingga tidak bisa langsung mengambil dalam jumlah banyak,” kata pria kelahiran tahun 1955 tersebut.

Dibantu dua anak lelakinya, pria asli kelahiran Bangkalan Madura ini harus mengambil air menggunakan timba kecil, kemudian dimasukkan ke dalam jeriken. Lalu, jeriken berisi air ketek itu diangkat dengan pundaknya menuju ke rumah.

“Kalau hari-hari biasa, mengambil air untuk dipakai sendiri. Tapi pas menjelang Kupatan seperti sekarang, air ketek laku dijual karena banyak orang yang juga membuat Kupat Ketek di rumahnya masing-masing,” lanjutnya.

Karena itulah, setiap menjelang Kupatan, dia selalu memasang dua drum di depan rumahnya. Di bagian atas ditempeli papan kecil bertuliskan “Jual Air Ketek”.

Harganya, satu jerigen berisi 25 liter air ketek dijual Rp 15.000.

Bertahun-tahun menekuni bisnis tersebut, Kupat Ketek dan Air Ketek Surahman bukan hanya terjual di Gresik.

Dua tahun terahir, ada pelanggan dari Papua yang selalu membeli kupat dan air ketek darinya.

“Ada yang dimasak dulu di Gresik kemudian dibawa ke Papua dalam kondisi sudah siap makan. Ada juga yang langsung dibawa ke sana untuk memasak di sana,” kisahnya.

Tahun ini, penjualan Air Ketek tidak seramai tahun sebelumnya. Tahun lalu Surahman berhasil menjual enam drum air ketek menjelang Kupatan, tapi sekarang hanya lima drum saja belum habis sampai menjelang malam.

“Mungkin yang sebelumnya bikin sendiri, sekarang memilih beli langsung jadi biar tidak repot. Atau memang peminat Kupat Ketek sudah semakin berkurang,” pungkasnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved