BPJS Kesehatan
Pengusaha Masih Merasa Terbebani BPJS Kesehatan
#SURABAYA - Selama ini rata-rata pekerja sudah ada yang ikut asuransi swasta. Dengan tambahan investasi. Manfaatnya juga lebih besar dibanding BPJS.
Penulis: Sri Handi Lestari | Editor: Yuli
SURYA.co.id | SURABAYA - Keengganan pengusaha untuk mendaftarkan tenaga kerjanya dalam mengikuti program BPJS Kesehatan, antara lain karena manfaat yang masih diragukan, sekaligus terbebani.
"Karena selama ini rata-rata pekerja sudah ada yang ikut asuransi swasta. Dengan tambahan investasi. Manfaatnya juga lebih besar dibanding BPJS," kata Umar Dani, salah satu pengusaha konveksi kelas menengah di Sidoarjo, 29 Desember 2015.
Setelah dirundingkan dengan sekitar 100 pekerjanya, Dani mengaku mereka ogah menggunakan BPJS dan memilih pakai asuransi swasta dengan nilai premi per orang Rp 100.000 per bulan. Dengan asuransi itu, para pekerja mendapatkan fasilitas kesehatan (faskes) langsung di rumah sakit rujukan. Tanpa ke faskes pertama, seperti Puskesmas, Klinik, atau praktek dokter umum.
"Kalau memang harus pakai BPJS, pekerja minta double. Kami dikinta bayar double dan minta kelas I. Bagi kami berat. Di asuransi swasta itu, dengan nilai Rp 100.000, ada nilai investasi yang bisa dinikmati bila tidak dimanfaatkan," lanjut Dani.
Pengusaha bidang informal, Nur Hasan, yang berjualan besi tua, mengakui bila pihaknya tidak mendaftarkan karyawannya ke BPJS.
"Kapan hari ada petugas sosialisasi kemari dan meminta 25 karyawan saya untuk ikut BPJS. Tapi karyawan saya tidak mau saya daftarkan dan uangnya diminta mau daftar sendiri, dipakai daftar sendiri," kata Nur Hasan.