Eksklusif Permukiman di Bibir Bencana

Malam Hari, Warga Rela Giliran Begadang Untuk Melihat Tanda-tanda Air

Banjir seringkali datang tengah malam, saat warga sedang menikmati istirahat.

surya/eben haezer panca
Banjir kerap kali melanda Desa Sitiarjo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang. Warga mengandalkan deteksi banjir lewat pergerakan semut dan binatang. 

SURYA Online, MALANG - Satu-satunya teknologi era modern yang dimanfaatkan warga desa untuk mengantisipasi dampak banjir hanyalah sinyal telepon seluler.

Saat terjadi hujan di desa-desa hulu sungai  yang letaknya lebih tinggi dari Sitiarjo, warga di desa-desa itu akan menghubungi perangkat-desa Sitiarjo untuk memberikan peringatan.

Hujan deras yang terjadi di desa-desa itu bisa menyebabkan Sitiarjo banjir, meski hujan sama sekali tak menyentuh Sitiarjo.

Informasi ini lantas disambungkan ke warga lainnya melalui media yang sama.

Namun mereka juga mengombinasikannya dengan perangkat-perangkat komunikasi tradisional seperti kentongan bambu.

“Lonceng gereja juga dibunyikan terus kalau sudah mau banjir,” kata Yusak Krisnanto (40), Ketua Tim Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (SIBAT) Kecamatan Sumbermanjing Wetan PMI Kabupaten Malang.

Ia lalu menunjuk arah gedung gereja yang terletak di sisi barat kediamannya.

Cara manual dengan mengandalkan tanda-tanda agak efektif untuk deteksi di siang hari.

Tapi banjir seringkali datang tengah malam, saat warga sedang menikmati istirahat.

Samsul Rohmad, Ketua RW 15 Desa Sitiarjo menyebutkan, saat hujan semakin kerap terjadi akhir-akhir ini, warga harus rela giliran begadang hingga dini hari untuk melihat munculnya sinyal bahaya.

“Kalau hujan turun pada malam hari, orang-orang sampai melekan (begadang). Begitu lihat tanda-tanda air akan datang, segera mengamankan barang-barangnya,” kata Samsul.
Hutan Gundul

Samsul menuturkan, makin besarnya ancaman banjir ini disebabkan gundulnya di hutan-hutan hulu sungai Penguluran akibat pembalakan liar.

 Lahan hutan penyangga dan resapan air, sebagian besar berubah fungsi.

Hilangnya hutan itu membuat tanah dan material dari desa-desa di hilir sungai, terbawa arus ke sungai.

“Dua sungai utama di Desa Sitiarjo, yakni sungai Penguluran dan sungai Bambang. menjadi dangkal dan gampang meluap,” katanya.

Sumber: Surya Cetak
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved