Eksklusif Permukiman di Bibir Bencana
Hapus Trauma, Zaini Pilih Pandangi Bekas Longsoran
Bapak enam anak itu mengaku sudah biasa menyaksikan lokasi di mana dia dan istrinya nyaris tewas.
SURYA Online, JOMBANG - Rumah itu terlihat lebih megah ketimbang rumah lain di kanan kirinya.
Dari beberapa bagian yang belum rampung, terlihat rumah itu memang baru saja dibangun.
Dari teras rumah, pemandangan alam perbukitan yang elok, memanjakan si empunya.
Tapi bukan pemandangan indah itu yang membuat pemilik rumah selalu menatapnya. Sebaliknya justru pengalaman duka mendalam yang menyebabkannya.
Zaini pemilik rumah itu. Dia adalah satu dari lima warga Kopen yang selamat dari longsor pada 28 Januari 2014.
Dia, istri dan keluarga kakaknya selamat dari musibah yang merenggut 14 nyawa manusia yang masih kerabatnya itu.
Nyawa Zaini nyaris melayang dari tubuhnya kalau saja terlambat beberapa menit.
“Terlambat sedikit saja, nyawa saya dan istri ya sudah Wallahualam,” ungkap Zaini.
Setengah jam Zaini terjebak di dalam rumahnya yang tertimbun longsor.
Rumahnya hilang terkubur runtuhan tanah dinding tebing. Tinggal ruang tamu dan teras yang tersisa.
Zaini terjebak dalam runtuhan. Dia nyaris putus asa karena teriakannya tak juga didengar.
Dia melihat istrinya juga mulai lemah. Tapi semangatnya kemudian bangkit.
Hati berkata, dia harus terus bertahan hidup. Semangatnya bertahan hidup muncul setelah teringat enam anaknya.
Zaini kembali berteriak minta tolong. Dini hari itu, kondisi gelap gulita dan Dusun Kopen diguyur hujan lebat.
”Setengah jam saya teriak minta tolong. Barulah ada tiga tetangga yang menolong. Tak lama setelah saya keluar, longsoran menghancurkan rumah saya,” ujarnya lirih.