Liputan Khusus Ancaman Gunung Berapi
Banyak Pendaki Ingin Taklukkan Puncak Mahameru
Saat ini pendakian ditutup untuk sementara. Penutupan ini sudah menjadi agenda rutin setiap setiap periode Januari-April.
SURYA Online, LUMAJANG - Lima sekawan memilih merayakan reuni mereka dengan mendaki Puncak Mahameru.
Mereka berharap menemukan cinta sejati mereka kepada Tanah Air dengan mengibarkan bendara mereh putih di puncak tertinggi.
Adegan heroik itu terangkum dalam film 5cm yang menunjukkan kebesaran gunung tertinggi di Jawa itu.
Film yang disutradarai Rizal Mantovani ini ber-setting Gunung Semeru.
Mahameru merupakan sebutan puncak Semeru. Gunung tertinggi di Jawa menjulang 3676 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Banyak pendaki ingin menaklukannya. Setiap tahun, ribuan pendaki dari seantero Nusantara dan manca negara datang untuk menikmati sensasi gunung yang membentang di Kabupaten Lumajang, Probolinggo, hingga Malang tersebut.
Saat ini pendakian ditutup untuk sementara. Penutupan ini sudah menjadi agenda rutin setiap setiap periode Januari-April.
Pasalnya, pada bulan-bulan itu, kondisi di puncak sangat berbahaya.
”Kami tutup pada 7 Januari lalu karena sangat berbahaya bila didaki,” ujar Ningot, petugas Pos Pantau Ranu Pani, awal pekan lalu.
Ranu Pani masuk deretan desa rawan bahaya. Jaraknya yang dekat puncak Semeru menjadi penyebabnya. Hanya sekitar 20 kilometer.
Selain bahaya Semeru, desa ini juga berada dalam kawasan bahaya Bromo.
Malah jaraknya lebih dekat, hanya sekitar 10 kilometer. Pemprov Jatim menetapkan desa ini sebagai Desa Siaga Bencana sejak 2010.
Meskipun berada di antara dua gunung berstatus waspada, masyarakat di sana sama sekali tidak khawatir dampak dari erupsi.
Mereka merasa tidak pernah tersakiti oleh erupsi, meski mereka berada di bawah gunung.
Pengalaman itu mereka anggap sebagai bukti kebenaran mitologi dari moyangnya.
Sebuah mitologi yang menyebut; gunung tidak akan menyakiti selama mereka berbuat baik.
”Di sini aman. Waktu Bromo meletus pada 2010, kita hanya dapat debu tipis,” ujar Sri Wahyuni, warga Ranu Pani.
Ibu tiga anak itu mengatakan, abu vulkanik yang mengarah ke desanya, malah dianggap sebagai pupuk penyubur tanah pertanian. (idl/ben)