Lukisan Wawan Dibawa Presiden Soekarno
"Beberapa minggu kemudian, saya mendapat lima gulungan kanvas, serta dua kardus cat Rembrandt,"
Penulis: Rahadian Bagus | Editor: Adi Agus Santoso

SURYA Online, PASURUAN - Presiden pertama Indonesia, Ir Soekarno pernah meninggalkan kesan bagi pelukis Ida Bagus Madrawan (76). Ditemui di rumahnya, Kelurahan Purworejo, Kecamatan Purworejo Kota Pasuruan, pria yang akrab disapa Wawan ini menceritakan pengalaman yang menurutnya paling berkesan dalam hidupnya.
Saat masih duduk dibangku SMP, Presiden Soekarno bersama Presiden Yugoslavia Josep Broz Tito, menghadiri acara di Denpasar Bali. Pada saat itulah, empat lukisannya yang sedang dipamerkan dipilih dan dibawa oleh Presiden Soekarno. "Setelah itu, saya tiga tahun tidak perlu membayar sekolah lagi," terangnya.
Pria yang berprofesi sebagai pelukis ini mengaku, kemampuannya melukis dipelajarinya secara otodidak. Awalnya ketika duduk di bangku kelas XI SD, dia sering bermain di sebuah kolam milik seorang pelukis asal Belgia. Pada saat itulah, ia kerap mengamati si pemilik rumah saat sedang melukis. Hingga akhirnya, pada suatu hari pelukis asal Belgia ini memberinya sebuah kuas dan cat. "Karena saya sering melihat dia melukis, saya ditanya apakah kamu juga suka melukis. Lalu saya diberi, kuas dan cat," terangnya.
Sejak itulah, dia mulai serius belajar melukis. Hingga akhirnya, pada sekitar tahun 70an, karya-karyanya dibawa adiknya ke Jerman untuk dipamerkan. Dan ternyata, lukisannya yang banyak menceritakan tentang kehidupan masyarakat serta pemandangan di Bali, banyak diminati masyarakat Jerman.
Ia juga pernah mempunyai pengalaman, yang menurutnya cukup berkesan. Secara tiba-tiba, dia mendapat sebuah surat dari seseorang bernama
St Catherine dari sebuah gereja di Afrika Selatan. Dalam surat tersebut, Catherine memintanya untuk membuat lukisan tentang penyaliban Yesus.
"Saya balas surat itu, dengan bahasa Inggris sebisa saya. Saya tanya balik, darimana Anda dapat alamat saya. Dia lalu menjawab, dari Yesus. Katanya lukisan itu nanti akan dipasang di sebuah gereja di Afrika Selatan, saya lupa namanya," kata Wawan.
Wawan pun kemudian menyanggupi permintaan orang yang sama sekali tidak dikenalnya itu. Sekitar dua bulan, akhirnya lukisan pesanan tersebut selesai, dan kemudian ia kirimkan.
Beberapa waktu kemudian, ia mendapatkan surat yang mengabarkan bila lukisannya telah sampai, dan sudah dipajang di gereja. Dalam surat itu, ia diminta untuk menyebutkan berapa uang yang harus dikirim sebagai pengganti lukisannya. "Saya jawab, sudah dibayar Yesus. Beberapa minggu kemudian, saya mendapat lima gulungan kanvas, serta dua kardus cat Rembrandt," katanya sambil tertawa.
Sejak itulah, ia mulai lebih banyak menggambar lukisan religi, bergambar Yesus, Bunda Maria, dan juga Santo Antonius, pesanan dari gereja-gereja. Beberapa lukisannya, kini sudah tersebar di berbagai daerah, satu diantaranya di gereja Antonius Padova, Kota Pasuruan.
Dikatakannya, lukisannya sudah tersebar di gereja-gereja di Makasar, Flores, Jateng, Tapanuli, Jogja, dan juga Jatim. Rata-rata, hampir setiap gereja, terpajang sekitar 15 lukisannya.
Berbeda dengan lukisan pemandangan di Bali, lukisan-lukisan religi karyanya ia berikan secara cuma-cuma. "Bayarnya pakai doa," kata ayah satu orang anak ini. Selain mendapat pesanan lukisan bergambar Yesus, ia juga pernah mendapat pesanan lukisan tokoh-tokoh nasional. Di antaranya lukisan Gus Dur dan Presiden Soeharto.