Liputan Khusus Racun Dalam Makanan

Beras Diberi Bahan Pemutih Baju

Restu, dalam penelitiannya, mengambil 16 sampel beras yang dibelinya dari pasar-pasar tradisional, pusat perkulakan beras dan toko.

zoom-inlihat foto Beras Diberi Bahan Pemutih Baju
surya/hayu yudha prabowo
Ilustrasi beras

SURYA Online, SURABAYA - Penelitian Dosen Fakultas Pertanian Universitas Dr Soetomo (Unitomo) Surabaya Restu Tjiptaningdyah pada tahun 2013 menegaskan mengenai penggunaan klorin pada beras.

Dalam penelitiannya, Restu menemukan fakta sebagian besar beras yang beredar di Surabaya mengandung klorin. Kadarnya berkisar antara 20 hingga 90 ppm.

Restu, dalam penelitiannya, mengambil 16 sampel beras yang dibelinya dari pasar-pasar tradisional, pusat perkulakan beras dan toko.

Dari 16 sampel tersebut, Restu menemukan 10 sampel beras positif mengandung klorin.  

”Saya juga menemukan di toko-toko kecil dekat rumah,” katanya tanpa mau merinci merek-merek beras yang diteliti.

Menurut Restu, kandungan klorin ini tidak memberikan reaksi langsung ketika dikonsumsi seperti muntah maupun mual.

Tetapi zat ini akan terakumulasi dan baru akan menimbulkan dampak pada tubuh 15 tahun kemudian.

Klorin akan mengganggu sistem metabolisme tubuh karena zat ini menghambat sintesa protein.

”Protein ini kan sangat dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan. Kalau sintesa protein terhambat maka akan mempengaruhi metabolisme. Jika terus menerus, maka akan menganggu sistem kerja hati dan ginjal,”terangnya.

Sialnya, beras yang mengandung klorin ini tidak serta merta bisa dihilangkan.

Kandungan klorin ini hanya bisa berkurang saat proses pencucian.

Karena itu Restu menyarankan kepada masyarakat sebelum mengolah nasi untuk mencuci beras lebih dari tiga kali.

Dari hasil penelitiannya beras yang dicuci lebih dari tiga kali kandungan klorin turun hingga 10 ppm namun tidak sepenuhnya hilang.

”Kalau dulu disarankan mencuci beras tidak sering-sering agar kandungan vitamin D tidak luntur. Kalau sekarang saya sarankan dicuci lebih dari tiga kali agar kandungan klorinnya luntur. Ini sebagai antisipasi. Vitamin D kan bisa diambil dari bahan makanan lain,” katanya.

Hasil penelitian ini belum direkomendasikan ke BP POM atau instansi lain karena saat ini Restu masih melakukan pengujian tentang kandungan klorin pada nasi.

”Apakah beras berklorin ketika dimasak masih ada atau konsentrasinya berkurang atau bahkan naik. Ini yang masih kami teliti. Setelah itu hasilnya baru akan kami rekomendasikan,” kata master kesehatan ini. (uus/ab/uni)

Sumber: Surya Cetak
Tags
klorin
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved