Apartemen Jadi Surga Narkoba
Liku-liku Menyergap Pengedar Narkoba Apartemen (4)
Sambil menunggu hasil kerja spionase (SP/informan), tim kecil berdiskusi, mencari penyergapan yang murah.

Sebaliknya polisi seringkali terkendali minimnya dana operasi.
Anggota Polrestasbes Surabaya ini lebih suka dipanggil Nofan.
Ia sengaja menyembunyikan nama aslinya. Maklum sebagai anggota reserse narkoba, ia dituntut menjadi siluman. Terus bergerak tanpa ada yang tahu nama dan jati dirinya.
Nofan ingat betul ketika melakukan penyamaran unik saat menangkap bandar di apartemen Surabaya Selatan.
Siang itu dia dipanggil komandannya untuk masuk tim operasi penggerebekan bandar sabu-sabu di apartemen kawasan Surabaya Selatan.
Operasi didesain silent atau operasi senyap. Tidak tercium siapapun. Bahkan anggota reserse narkoba di luar tim pun tidak boleh tahu. Khawatir bocor.
Satu kendala muncul. Operasi ini sangat minim dana. Tidak lebih dari Rp 4 juta.
Padahal sasarannya sekelas bandar. Bukan bandar kelas kakap memang. Namun omzet dan jaringannya sudah cukup besar.
Tim tidak bisa menggunakan model memancing dengan transaksi karena butuh dana besar.
Dana operasi itu dimaksimalkan untuk memaksimalkan kerja informan.
Sisanya, yang tidak seberapa, yang dicukup-cukupkan untuk tim penyergapan.
Sambil menunggu hasil kerja spionase (SP/informan), tim kecil berdiskusi, mencari penyergapan yang murah.
Komandan tim menemukan ide brilian dan Novan bersama satu anggota tim kebagian melaksanakannya.
”Saya disuruh menyamar sebagai tukang pos, tepatnya kurir atau pengantar barang sebuah ekspedisi,” jelasnya. (idl)