Apartemen Jadi Surga Narkoba
Liku-liku Menyergap Pengedar Narkoba Apartemen (3)
Gara-garanya model kulit dan gaya jalan kita beda. Mereka tahu, kulit kita ini tetap mirip tukang parkir, bukan pengusaha

SURYA Online, SURABAYA - Tugas pengintaian pertama Baron, anggota reserse narkoba di Polrestabes Surabaya nyaris berantakan.
Waktu itu buruan keluar dari apartemen.
Tim Baron langsung siaga. Tapi sesaat kemudian target kembali masuk. Lama di tunggu tak juga keluar.
Khawatir buruan lepas, skenario memasukkan anggota tim ke apartemen dijalankan.
Sebagian anggota disulap penampilannya. Wajah dibersihkan, rambut disisir sangat rapi, dan pakaian berganti necis, lengkap dengan sepatu kantor ala eksekutif.
”Tampil sudah mirip pengusaha. Tapi ternyata masih bisa dikenali penghuni. Gara-garanya model kulit dan gaya jalan kita beda. Mereka tahu, kulit kita ini tetap mirip tukang parkir, bukan pengusaha....”, tuturnya lalu tertawa ngakak.
Beruntung meski penyamaran terbongkar, tim Baron berhasil menyergap.
Target yang berada dalam apartemen sudah mati langkah. Tidak bisa lari dan menyembunyikan barang buktinya.
Baron masih keki jika teringat pengalaman lugunya itu. Tapi kini setelah berkali-kali mendapat tugas pengintaian dan penggerebekan, Baron tak lagi canggung.
Ia sudah punya banyak trik untuk menjaring buruan di apartemen.
“Seperti kata orang, ada seribu cara untuk mereka,” kata Baron sambil tersenyum.
Baron keberatan menceritakan trik-trik yang dimilikinya. Ia khawatir para pemakai dan pengedar buruannya tahu.
Yang pasti, kata Baron, pengintaian di apartemen butuh waktu lebih lama dan lebih sabar dibanding penggerebekan di lokasi lain.
Pengalaman tim Baron selama ini, umumnya menghabiskan satu minggu lebih untuk mengamankan mereka bersama barang buktinya.
Itupun sebatas pengguna dan barang bukti yang tidak banyak.
Kadang polisi melibatkan petugas keamanan apartemen saat datang menggerebek. Tapi cara ini tidak efektif. Rawan bocor ke telinga buruan. Apalagi untuk buruan kelas kakap yang punya banyak anak buah.
Polisi lebih suka menggunakan cara operasi senyap. Konsekuensinya butuh waktu lama dan kesabaran.
“Satu lagi, butuh keberuntungan. Banyak kasus pengintan gagal menangkap target. Perencanaan yang matang, tidak selalu membuahkan hasil bagus,” katanya. (idl)